Upaya Pemberdayaan Masisir Melalui Konsep Komunal untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Pemberdayaan Masisir Melalui Konsep Komunal
Sc: dictio.id

Remember! Education is the key to a good life – Prof. Martha C. Beck.-
(Ingat! Pendidikan adalah kunci kehidupan yang lebih baik)

Sebagaimana data yang dipaparkan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), bahwa jumlah seluruh mahasiswa Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 9,32 juta jiwa. Angka tersebut naik 4,02% jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 8,96 juta jiwa.

Peningkatan kuantitas yang cukup signifikan ini juga terjadi pada mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir), khususnya di Universitas Al-Azhar. Setidaknya kini terdapat sekitar belasan ribu mahasiswa dan juga pelajar yang menimba ilmu di bawah naungan lembaga Al-Azhar. Hal ini merupakan suatu pencapaian sekaligus aset besar untuk negara dan tentunya menjadi sebuah pendorong untuk terwujudnya Indonesia emas 2045.

Selain itu, ini merupakan sebuah tugas besar untuk mereka dan para pemangku kebijakan. Bahwa semakin banyak kuantitas mahasiswa Indonesia di Mesir, mestinya harus semakin banyak juga cendekiawan muslim yang sukses dan ber-manhaj wasathy sehingga bisa menjadi pendorong mimpi Indonesia emas 2045.

Melihat kuantitas Masisir yang saat ini jumlahnya semakin bertambah, dan keberadaan mereka di tempat sangat representatif, maka di sini penulis akan memberikan sebuah starategi dan aktualisasi pemberdayaan Masisir melalui konsep komunal untuk mewujudkan Indonesia emas 2045. Hal ini guna meningkatkan kualitas Masisir dan menjaga kredibilitas masyarakat terhadap para mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir.

Upaya Pemberdayaan Melalui Konsep Komunal

Setiap mahasiswa hakikatnya dituntut untuk bisa membawa perubahan, mempunyai tanggung jawab, dan leadership yang hebat. Tentu untuk mendapatkan itu semua bukanlah hal yang mudah. Maka untuk itu perlu adanya manajemen mutu pendidikan yang hebat untuk Masisir, karena mereka akan menjadi benteng pertahanan karakter umat di masa yang akan datang.

Salah satu strategi yang sangat cocok untuk diaktualisasikan di zaman sekarang adalah pemberdayaan Masisir melalui pendekatan konsep komunal. Komunal sendiri merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah milik rakyat atau umum. Maksudnya, komunal merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan komunitas atau masyarakat secara umum.

Secara gamblang konsep komunal adalah konsep mengembangkan sumber daya manusia Masisir dengan cara melibatkan aktivitas bersama, saling membantu satu sama lain, juga mempererat hubungan sosial antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Dalam konsep komunal ini, penulis secara umum membagi ke dalam dua metode, yaitu konsep komunal metode pemula dan konsep komunal metode lanjutan.

Metode Pemula

Langkah pertama dalam konsep komunal adalah metode pemula yang diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa baru atau Masisir yang masih buta akan dasar-dasar keilmuan, sehingga nanti bisa menjadi jembatan untuk ber-istifadah kepada kibar ulama. Dalam metode ini bisa dilakukan oleh Masisir dengan melakukan dua cara yaitu dengan pembentukan rumah binaan dan forum diskusi. Untuk lebih jelasnya, yang dimaksud dengan kedua metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rumah Binaan

Banyaknya mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Mesir, menandakan banyak pula kemampuan Masisir yang begitu bervariasi dalam penguasaan keilmuan, terkhusus untuk kalangan mahasiswa baru. Di antara mereka ada yang sudah mencapai taraf pengetahuan yang mumpuni dan siap untuk terjun langsung meraup ilmu dari para masyayikh. Namun tidak dipungkiri juga, banyak dari mereka yang masih lemah dan bahkan nol dalam penguasaan bahasa serta beberapa hal penunjang lainnya.

Untuk mengatasi hal ini, maka rumah binaan menjadi solusi awal bagi mereka dalam menguasai ilmu keislaman dasar dan menjadi sebuah jembatan untuk jenjang yang lebih tinggi. Kenapa harus demikian? Karena ada beberapa keilmuan dasar yang sangat penting untuk dikuasai oleh calon cendekiawan muslim sebelum memasuki kitab-kitab kibar ulama.

Rumah binaan wajib difokuskan pada seluruh ilmu alat yang akan menjadi gerbang utama dalam menyelami turats-nya para ulama. Karena turats merupakan warisan keilmuan muslim di dunia yang tersaji dalam kitab-kitab kuning yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai produk keilmuan untuk peradaban Islam Indonesia dan dunia. Keberadaan turats sebagai hasil pemikiran Islam klasik, telah menjadi tradisi yang hidup dalam masyarakat muslim hingga kini.

Agar lebih efektif dan sebanding dengan jumlah Masisir, maka rumah binaan ini harus diadakan di setiap kekeluargaan dan platform keilmuan lainnya. Dalam konsep pelaksanaannya, rumah binaan ini dibuat dengan konsep yang tidak membosankan. Dalam artian, tetap memberikan kebebasan kepada Masisir untuk melaksanakan perkuliahan dan aktif di organisasi tertentu, karena pada hakikatnya mahasiswa mempunyai hak perhatian khusus dalam organisasinya agar mereka bisa terus mengeksplor kemampuan lainnya untuk berkembang.

Memang kini, rumah binaan sudah tidak asing lagi di kalangan Masisir dan bahkan sudah ada di sebagian tempat. Tetapi keberadaannya belum sebanding dengan jumlah Masisir dan belum adanya metode lanjutan setelah metode pemula. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu adanya perbaikan sistem setiap tahunnya dengan tetap menjaga hal-hal baik dan mengambil ide-ide baru yang lebih baik.

2. Forum Diskusi Keilmuan

Beriringan dengan pembinaan Masisir di rumah binaan, mereka juga perlu dipupuk dengan mudzakarah atau diskusi keilmuan. Program ini diselenggarakan secara resmi dengan konsep yang teratur. Kenapa harus ada forum diskusi? Karena ini merupakan sebuah aktivitas dan manhaj yang dilakukan oleh para ulama terdahulu serta para intelektual demi terciptanya suasana belajar dan berkembangnya suatu keilmuan.

Dengan adanya forum diskusi, maka mahasiswa akan terangsang untuk berpikir kritis dan menghargai perbedaan pendapat dengan mahasiswa lainnya. Forum ini juga bisa ditambah dengan pelatihan-pelatihan kemampuan non- akademik seperti seminar pelatihan secara berkala guna terciptanya kepemimpinan dan leadership yang matang.

Metode Lanjutan

Pada acara seminar kebangsaan PCI Muhammadiyah Mesir yang berjudul Peran Tazkiyatun Nafs Dalam Menjawab Tantangan Hidup Masyarakat Perkotaan, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. mengatakan bahwa Mesir merupakan negara yang sangat kuat akan sanad keilmuan dan turats-nya. Sedangkan negara barat sangat kuat akan riset dan ilmu penelitiannya. Sehingga mahasiswa di Mesir sudah seharusnya menguasai dan mempunyai dasar turats yang sangat kuat.

Selain itu, Masisir juga sangat perlu untuk di bekali ilmu-ilmu penelitian dan riset guna mencetak lulusan yang mampu bersaing dengan negara-negara maju dan mampu mengimbangi teknologi yang canggih. Maka metode lanjutan ini bisa dilakukan dengan cara pematangan dan penelitian.

Pematangan dan Penelitian

Untuk mencapai lulusan yang mampu bersaing dengan negara maju, maka diperlukannya mentoring Masisir secara berkala baik akademik ataupun non-akademik. Kedua komponen tersebut dapat  dikombinasikan agar mampu menghasilkan mahasiswa yang seimbang antara intelegensi serta kemampuan sosial. Tidak sedikit Masisir yang terjebak dan berhenti dengan hanya mentuntaskan metode pemula, sehingga tidak bisa berkembang dengan baik. Maka langkah selanjutnya, setelah program metode pemula yang berfokus pada ilmu alat, diperlukan adanya mentoring pematangan keilmuan lanjutan kitab-kitab kibar ulama sesuai dengan minat jurusan yang mereka ampu.

Implikasi dari hal tersebut nantinya akan menciptakan banyak pakar keilmuan Islam yang moderat di berbagai penjuru Indonesia. Hingga pada akhirnya lulusan Mesir dalam hal ini Al-Azhar tidak hanya jadi investasi bodong belaka, yang tersisa hanya selembar kertas tidak berguna. Tapi mereka menjadi ahli bidang ilmu keislaman yang sesungguhnya. Jurusan tafsir akhirnya jadi seorang mufassir, jurusan syari’ah menjadi fuqoha, dan yang lainnya.

Melihat perkembangan industri dan teknologi yang semakin canggih, Masisir tidak hanya berhenti di pematangan ilmu keislaman saja, mereka juga perlu dilatih secara mendasar berkaitan dengan ilmu penelitian yang sudah menjadi tradisi dan pakar di negara-negara barat. Maka dengan adanya mentoring penelitian, Masisir dipastikan akan menjadi lulusan yang berkualitas dan akan menjadi cendekiawan muslim bertaraf internasional dan ber-manhaj wasathy.

Epilog

Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga yang berkontribusi dalam lingkungan pendidikan. Tentunya seorang mahasiswa harus mampu menghadapi tren perkembangan zaman yang semakin sini semakin canggih. Lantas dibalik semua itu, Masisir juga harus menjadi benteng pertahanan karakter dan akhlakul karimah yang selaras dengan ajaran Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wasallam di bawah gempuran perkembangan zaman yang semakin canggih, di mana sebagian kelompok sudah menganggap bahwa akhlak sudah tidak menjadi hal utama lagi. Maka dengan upaya pemberdayaan masisir melalui konsep komunal yang terbagi menjadi dua tahapan, ini akan menjadi benteng untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.

Oleh: Nasirul Fahmi

Penulis adalah kru esai Website Manggala 2023-2024

Editor: Nabil Irtifa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *