Al-Azhar dan Perdamaian Antaragama di Dunia

Nalurinya, setiap insan pasti mendambakan perdamaian dan tidak suka dengan adanya peperangan bahkan sekadar permusuhan. Oleh karena itu sikap toleransi harus dimiliki setiap individu untuk menghindari potensi konflik. Salah satu konflik yang sempat terjadi baru-baru ini yaitu konflik antar agama yang terjadi di Swedia. Di mana dilakukan oleh sebagian kelompok anti Islam yang membakar Al-Quran.

Al-Azhar adalah salah satu penggerak toleransi yang banyak berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian antar agama di dunia. Institusi ini tidak pernah melihat ras atau agama siapa pun dalam mewujudkan suatu perdamaian. Bahkan, Al-Azhar sendiri menyeru untuk merangkul semua orang meskipun berbeda agama, sebagaimana yang dikatakan oleh Grand Syeikh Al-Azhar, syeikh Ahmad thoyyib “Teruslah merangkul saudaramu yang Kristen di mana saja, karena mereka adalah mitra di dalam negara kita.”

Al-Azhar dan Benih Perdamaian Agama

Agama Islam adalah agama cinta, mencintai perdamaian dan mengutuk keras kezhaliman. Nabi Muhammad SAW sendiri membawa misi pesan perdamaian. Dan Islam muncul untuk menjadi penyelamat dunia sebagai rahmatan lil ‘Alamin, oleh karenanya setiap ajaran Islam memiliki nilai kebenaran yang tidak diragukan lagi. Ia berusaha menciptakan perdamaian di bumi sehingga umat manusia dan seluruh makhluk Allah dapat hidup sejahtera.

Al-Azhar merupakan institusi keagamaan yang menganut faham ahlu sunnah wal jama’ah yang akidahnya bersendikan ideologi asy’ari dan maturidi, fiqihnya menganut 4 mazhab sunni, sementara akhlak dan tasawufnya mengikuti tasawuf sunni ala Imam Junayd Al-Baghdadi dan Imam Abu Hamid Al-Ghazali. Konsepsi manhaj al-Azhar sudah sejak ribuan tahun silam selalu fokus dalam bidang dakwah ilmiah dan menyebarkan faham wasathiyah. Sebagaimana yang telah dilakukan Al-Azhar pada tahun lalu yaitu pertemuan antar pemuka agama yang diselenggarakan di UEA. Syekh Ahmad Thoyyib dan Paus Fransiskus mendatangani dokumen persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama. Imam besar mengatakan dokumen ini bersejarah dan menyerukan para pembuat kebijakan untuk menghentikan pertumapahan darah dan konflik. Inti dari isi dokumen tersebut adalah toleransi, yang perlu diserukan kepada diri sendiri, kepada semua pemimpin global, dan para pembuat kebijakan.

Contoh toleransi lain yang dilakukan Al-Azhar adalah Al-Azhar mampu berdialog dengan Gereja Koptik Mesir lalu mendirikan Rumah Keluarga Mesir yang menjadi wadah untuk mempererat jalinan antara umat Islam dan Kristen Koptik di Mesir. Al-Azhar juga mampu berdialog dengan Gereja Vatikan lalu mendirikan Komite Tinggi Persaudaraan manusia, untuk melirik kerjasama dalam nilai-nilai humanis yang menjadi titik temu sesama manusia. Bahkan, dalam koferensi Bela Al-Quds yang digelar di Kairo dua tahun silam, Al-Azhar mengundang tokoh-tokoh agama Yahudi yang anti zionisme pun turut diberi panggung untuk menyampaikan pandangannya terkait kota Al-Quds dan penjajah di sana.

Baca Juga Artikel lainnya: Doa Hasan Al-Basri yang Melunakkan Hati Hajjaj bin Yusuf

Toleransi Kunci Perdamaian

Perdamaian tidak akan bisa dicapai secara instan. Untuk mencapainya perlu perkembangan dan proses berkelanjutan. Tanpa adanya perdamaian, kesejahteraan masyarakat dalam beragama tidak akan tercapai. Hal ini dikarenakan tidak adanya sikap toleransi yang memungkinkan keharmonisan dan kerja sama sosial antar masyarakatnya.

Toleransi merupakan kemampuan untuk memberikan sikap yang objektif dan adil pada pendapat, prilaku, ras dan agama yang berbeda, atau sikap saling menghargai, menerima, serta menghormati keragaman budaya dan perbedaan berekspresi. Toleransi lebih mengarahkan manusia untuk menunjukan rasa hormat pada perbedaan tiap-tiap manusia. Bahwa toleransi disini adalah bagaimana kita menghargai dan mengakui eksistensi agama lain, tanpa harus mengakui kebenaran satu sama lain. Juga tanpa saling mengganggu dan mengikuti ibadah juga kepercayaan satu sama lain.

Toleransi merupakan salah satu kunci utama dalam memelihara perdamaian dan menjauhi konflik dalam kehidupan masyarakat beragama. Sangat dibutuhkan toleransi dalam beragama agar tidak terjadi konflik yang sering terjadi. Tetapi sebenarnya bukan perbedaan agama yang dipersoalkan, melainkan perilaku yang merugikan dan menggangu. Hal itulah yang selalu menjadikan orang atau sekelompok orang tidak bertoleransi, atau bisa juga tindak kejahatan mereka yang selalu mengatasnamakan agama. Dan Islam sebagai agama cinta kasih sayang yang menjunjung tinggi perdamaian sangat mengutuk  aksi kejahatan atau terorisme itu.

Dengan demikian, toleransi yang Al-Azhar contohkan, merupakan hal yang penting dilakukan untuk mewujudkan sebuah perdamaian sebagaimana yang didambakan. Oleh karenanya, kita perlu menanamkan di dalam diri kita sifat toleransi terhadap perbedaan dengan melihat sebuah batasan, sebagaimana Islam ajarkan.

Baca Juga Artikel lainnya: Abu Miskin al-Darimi: Sufi yang Jatuh Cinta

Oleh: Nagif Alfarizi*

*Penulis adalah kru Manggala 2020/2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *