Mengapa Permainan Video Merupakan Bentuk Seni dan Bukanlah Kejahatan Secara Hakikatnya?

Permainan video
Sc: istockphoto.com

Beberapa minggu yang lalu, salah seorang kawan saya ingin membuat suatu resensi tentang suatu permainan video. Untungnya, meskipun sebagian dari mereka menganggap bahwa hal ini merupakan sesuatu yang out of the box, tidak ada yang berkomentar, “Hah? Sebuah resensi permainan video? T-tapi kan, permainan video hanyalah buang-buang waktu saja!” 🤓

Namun, seperti yang kita ketahui, pendapat tersebut sangatlah marak di seluruh penjuru dunia, dan tentu saja, pendapat tersebut bukanlah tidak berdasar. Lagi pula, memang sudah tabiat manusia untuk mencurigai segala hal yang dianggapnya asing, sebagaimana sekelompok orang terdahulu mentah-mentah menganggap teori heliosentris sebagai batil. Namun, tidak seperti teori heliosentris, permainan video bukanlah sebuah teori ilmiah, dan dampak buruknya dapat diamati dengan mudah pada lingkungan masyarakat. Lantas, meski demikian, mengapa Anda, wahai penulis, berani-beraninya menulis ulasan permainan video?

Menggeneralisir seluruh permainan video sebagai buang-buang waktu bukanlah sesuatu yang patut, karena bila kita mengikuti prinsip tersebut, akan banyak sekali aktivitas lain yang menjadi buang-buang waktu pula. Bila Anda mengatakan, “ada aktivitas lain yang lebih produktif”, maka janganlah Anda membaca buku fiksi, dan jangan pula menonton film sebagai hiburan. Bila Anda mengatakan, “permainan video buruk karena menimbulkan candu bila berlebihan”, maka janganlah Anda makan di restoran, jangan makan yang enak, mulai sekarang, makanan Anda hanyalah nasi dengan ayam dan brokoli tak berbumbu. Permainan video merusak mata Anda? Kerja depan komputer pun bisa menimbulkan kerusakan yang serupa bila berlebihan.

Permainan video bukanlah ontological evil—suatu entitas yang jahat secara hakiki—. Demikian pula dengan buku, karya tulis, pisau, kursi, gawai, kipas, jendela, televisi, bola, tembok, dan sebagainya. Semua berada pada tangan sang pengguna; bila ia hendak menggunakan pisau untuk memotong daging maka tidak apa-apa, namun bila ia hendak menggunakannya untuk membunuh, maka tindakan tersebut dapat dianggap sebuah kejahatan. Demikian pula permainan video, bila penggunanya bijak, maka dia bukanlah sebuah momok berkelas Keter yang memerlukan prosedur penanganan khusus.

Namun, nyatanya, masih banyak orang yang tidak mampu menggunakannya dengan bijak. Tidak sedikit kasusnya, seseorang menjadi pemalas atau bahkan melakukan tindak kriminal disebabkan permainan video. Selain itu, memang ada permainan video yang filosofi desainnya menuntut sang pemain untuk melakukan tindak kriminal seperti permainan judi daring. Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa ini bukanlah salah permainan video pada umumnya, namun ini adalah kasus-kasus tertentu yang tidak bisa digeneralisir.

Solusi dari problematika-problematika tersebut merupakan sesuatu yang sangat asasi namun sangat mudah dilupakan, sangat mudah dikatakan namun sulit dilaksanakan: senantiasalah melakukan segala hal dalam moderasi, dan senantiasalah menimbang semua aktivitas dengan nilai moral. Bila kedua prinsip tersebut dijunjung, maka tentunya, memainkan permainan video bukanlah suatu aktivitas yang buruk. Tentunya, masih banyak orang yang perlu mempelajari lebih tentang prinsip ini dan menerapkannya dengan konsisten dalam kehidupan sehari-hari, dan penulis sendiri mengakui bahwa dirinya terkadang masih lalai dalam aspek ini.

Situasi ini sangat memprihatinkan, karena sejatinya, permainan video merupakan suatu bentuk seni. Bahkan, dapat dikatakan bahwasanya permainan video merupakan bentuk seni multimedia yang memiliki dimensi terbanyak dan kemungkinan variasi yang tak terhingga. Disajikannya permainan video pada suatu teknologi yang canggih nan maju menjadikannya sebuah kanvas tempat berpadunya berbagai corak seni media yang lain seperti seni rupa, seni musik, dan bahkan seni sastra. Seluruh warna tersebut bersatu padu dalam suatu lukisan yang sangat indah, dan ditambahlah ia dengan sentuhan terakhir berupa interaktivitas, sesuatu yang nyaris tak terkandung dalam bentuk seni yang lain; adanya keterlibatan keputusan sang pemain yang dapat mengubah apa yang terjadi dalam permainan. Secara teoretis, mungkin ada yang menganggap permainan video sebagai bentuk seni yang tertinggi karena alasan-alasan yang sudah dipaparkan, namun hal tersebut tidak bisa dikatakan secara pasti karena seni adalah sesuatu yang bersifat subjektif.

Pada hakikatnya, permainan video merupakan bentuk seni, dan sebagaimana bentuk-bentuk seni yang lain seperti buku dan film, kita diperbolehkan mengkonsumsinya selama tidak berlebihan. Ingatlah, selalu lakukan segala hal dalam kehidupan dengan moderasi.

Penulis: Ali Afzalur Rahman

Kru Website Manggala 2023-2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *