Puasa Asyura: Syubhat, Jawaban dan Hikmah

Puasa Asyura: Syubhat, Jawaban dan Hikmah
Puasa Asyura: Syubhat, Jawaban dan Hikmah

Hari Asyura (10 Muharram) adalah salah satu hari yang biasa diperingati umat muslim tiap tahunnya baik dengan amalan-amalan sunah seperti puasa, zikir ataupun doa-doa mustahab lainnya. Adapun terkait puasa Asyura ada banyak hadis-hadis yang termaktub dalam sahihain mengenai aspek sosio-historis.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW ketika telah tiba di Madinah beliau mendapati orang-orang yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau bersabda, “Ada apa dengan hari ini, hari dimana kalian orang-orang Yahudi berpuasa?” Maka mereka menjawab, “Ini adalah hari yang agung. Hari dimana Allah menyelamatkan Nabi Musa beserta kaumnya. Di hari ini juga Allah menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya. Maka nabi Musa berpuasa pada hari ini sebagai bentuk rasa syukur. Maka kami juga ikut berpuasa.” Lalu Nabi bersabda, “Kami lah yang lebih pantas dan layak terhadap Musa dari pada kalian.” Kemudian Nabi Muhammad berpuasa di hari itu dan menyuruh untuk berpuasa di hari itu. (HR. Muslim no. 2714).

Syubhat Puasa Asyura dan Jawabannya

Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa aspek historis puasa Asyura ini berangkat dari rasa syukur Nabi Musa terhadap nikmat Allah. Di mana pada hari itu Allah menyelamatkan kaumnya dari Firaun dan bala tentaranya. Kendati demikian, musuh-musuh Islam tiada hentinya siang-malam mendatangkan syubhat tuduhan-tuduhan terhadap berbagai lini aspek ajaran Islam. Salah satunya dalam puasa Asyura ini mereka berpendapat bahwa puasa Asyura adalah siasat Nabi SAW pascahijrah ke Madinah. Hal itu guna merebut hati kaum Yahudi kala itu agar mereka mau menjadi pengikut Muhammad.

Inilah landasan para musuh Islam untuk memperkuat argumen yang mereka bangun. Namun masih ada banyak hadis yang menjelaskan tentang aspek historis puasa Asyura. Menjawab tuduhan di atas dijelaskan dalam kitab madkhal ila al-Quran al-Karim karya Dr Muhammad Abdullah Darraz. Puasa Asyura telah Nabi Muhammad laksanakan jauh sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan. Peristiwa hijrah bahkan telah ada turun-temurun di masa jahiliah. Penulis menukil beberapa hadis dalam sahih Bukhari dan Muslim di antaranya;

Diriwayatkan dari sayyidah Aiysah ra beliau berkata, “Mereka Kaum Quraisy telah melaksanakan puasa Asyura sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan. Hari itu juga ditutupnya Ka’bah (dengan kiswah). Lalu ketika Allah mewajibkan puasa Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa hendak berpuasa di hari itu (Asyura) maka hendaknya berpuasa. Barangsiapa hendak meninggalkannya juga tidak masalah.” (HR. Bukhari no 1592).

Hadis berikutnya  diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Kala itu hari Asyura, beliau mengingat Rasulullah SAW bersabda, “Hari Asyura adalah hari di mana orang-orang jahiliyah berpuasa. Barangsiapa hendak berpuasa di hari itu (Asyura) maka hendaknya berpuasa. Barangsiapa hendak meninggalkannya juga tidak masalah.” (HR. Muslim no. 2700).

Begitulah sabda Nabi kita, Nabi Muhammad SAW yang tidak berbicara menuruti hawa nafsu melainkan atas dasar wahyu “Wa ma yantiqu anil hawa, in huwa illa wahyun yuha.

Baca Juga Artikel Lainnya: Eksistensi Muharam dalam Kalender Hijriah

Hikmah Puasa Asyura

Adapun hikmah disunahkannya puasa Asyura dalam ajaran Islam adalah sebagai berikut:

Pertama sebagai bentuk keimanan ummat ini terhadap Nabi Musa as atas tugas amanahnya sebagai Nabiyullah dan Kalimullah yang Allah utus kepada Bani Israil. Karena umat ini adalah ummatan wasatha yang mengimani seluruh nabi dan rasul. Tidak seperti kaum Yahudi yang membunuh nabi-nabinya. Juga tidak seperti kaum Nasrani yang mengangkat nabinya sampai derajat ilahiyah.

Kedua sebagai bentuk pelajaran atas ayyamullah (hari-hari Allah), yang merupakan ketetapan-Nya atas pristiwa yang telah terjadi pada kaum-kaum terdahulu. Berikut juga nikmat dan siksaan yang mereka terima. Allah berfirman yang artinya: “Dan sungguh kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda (kekuasan) kami. (Dan kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang dan ingatkanlah mereka terhadap hari-hari Allah.” Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”

Ada banyak ayat yang mengisyaratkan terhadap hari-hari Allah, seperti hari lahirnya Nabi Yahya, Nabi Isa begitu juga dengan lahirnya Nabi besar Muhammad SAW.   

Ketiga menjadikan puasa sunnah dan amalan-amalan mustahab lainnya sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang Allah karuniakan dalam hidup ini. Agar terjauh dari sifat kufur dan menjadi hamba syakur.

Wallahu a’lam

Baca juga artikel lainnya: Refleksi Tadabur Ayat Kauniyah

Oleh: Ahmad Azhar Falahan

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Majalah Manggala 2018/2019

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *