Gegap gempita menyambut tibanya Muharam jamak kita temui. Bisa kita lihat, sanak saudara muslim ramai memperingati bulan isitmewa ini. Bulan yang dikenal sebagai awal dimulainya lembaran baru, lembar kalender hijriah. Kalendernya umat Islam. Wajar, dengan semangat ruhaninya, kaum muslimin berbondong-bondong menerima kehadiranannya. Entah itu dengan memperbanyak sedekah, berpuasa, mengadakan doa dan muhasabah bersama, membaca surat Yasin, memperbanyak amal saleh, maupun sekadar posting pamflet ucapan selamat tahun baru hijriah di storygram atau story WhatsApp.
Hal ini tidak lain sebab Muharam memang memiliki ruang istimewa dalam kalbu kaum Muslimin. Bagaimana tidak? Masyhur kita ketahui, Muharam merupakan awal bulan tahun Hijriah. Artinya, menyambut kehadiran Muharam sama dengan menyambut datangnya tahun baru Hijriah. Tahunnya umat Islam. Dengan demikian, selain memperbanyak amalan saleh, momentum Muharam ini seyogianya membawa kita pada refleksi diri. Hingga kita kembali memutar memori histori perihal penetapan tahun baru hijriah ini.
Selain menjadi awal bulan kalender hijriah—kalendernya umat Islam—Muharam pun memiliki berbagai keistimewaan. Keistimewaan yang tidak sembarang dimiliki bulan lainnya. Ingin tahu apa saja keistimewaannya?
Penanggalan Kalender Hijriah
Kilas sejarah, pada tahun kedua Umar ra. menjabat sebagai khalifah, umat Islam belum memiliki kalender tahunan khusus sebagaimana umat Nasrani yang memiliki kalender masehi. Meski demikian, kala itu mereka biasa menggunakan penetapan waktu berdasarkan bulan (qamariah). Mereka pun sudah mengetahui nama-nama bulan. Dimulai dari Muharam (yang pada saat itu dinamai Safar Awal), kemudian Safar (yang pada saat itu dinamai Safar Tsani), Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Syawal, Zulkaidah, dan diakhiri Zulhijah.
Menariknya, bulan-bulan ini telah Allah S.W.T tetapkan sebelum Allah ciptakan langit dan bumi. Demikian sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat al-Taubah ayat ke-36. Sementara nama dari bulan-bulan tersebut disesuaikan dengan kejadian atau peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada bulan itu.
Kembali ke kalender tahunan Umat Islam. Penetapan tahun hijriah itu sendiri dipicu tatkala Khalifah Umar ra. mengirimkan surat kepada sahabat Musa al-Asy’ari ra. Saat itu, beliau sedang menjabat sebagai gubernur di kota Bashrah. Ketika Musa Al-Asy’ari membuka pesan yang dikirimkan Sayidina Umar ra., disana tertulis tulisan bulan “Sya’ban”. Lantas Musa al-Asy’ari ra. bingung. Sya’ban yang khalifah maksud itu bulan Sya’ban pada tahun kapan? Tahun kemarin kah? Tahun ini kah? Atau yang akan datang?
Kabar ini sampai ke telinga Khalifah Umar ra. Beliau pun mengajak para sahabat bermusyawarah soal penetapan kalender Umat Islam. Mereka pun saling bertukar pendapat; sebaiknya kalender Umat Islam ini dihitung sejak kapan? Apakah sejak lahir nya Nabi Muhammad SAW? Apakah sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW? Atau sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi?
Lantas Ali ra. angkat suara dan mengusulkan bahwa alangkah baiknya momentum hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah menjadi awal mula ditetapkannya kelender Umat Islam. Momentum di kala mereka mereka meninggalkan kota berhala (Mekkah pada saat itu disebut kota berhala). Kemudian pendapat ini disetujui para sahabat. Singkat kata, tahunnya Umat Islam dikenal dengan “tahun hijriah”. Sedikit catatan, meski Muharam selalu dikaitkan dengan tahun baru hijriah, tidak benar bila mengatakan bulan tersebut merupakan waktu hijrahnya Nabi Muhammad SAW.
Keistimewaan Muharam Lainnya
Selain identik dengan tahun baru hijriah, Muharam juga memiliki banyak sekali keistimewaan. Di sana terjadi ragam peristiwa besar yang tercatat dalam tinta emas kenabian. Di antaranya, tanggal 10 Muharam atau masyhur disebut dengan hari Asyura.
Sebagaimana diceritakan dalam kitab Nuzhatu Al-Majalis Wa Muntakhobu Nafais karangan Syeikh Ashofuri. Tanggal 10 Muharam (hari Asyura) memiliki banyak sekali peristiwa historis yang dialami para nabi-nabi Allah. Seperti peristiwa diangkatnya nabi Idris as.
Kemudian peristiwa naiknya Nabi Nuh as ke atas bahtera. Kejadian ituterjadi di atas gunung al-Judi, setelah banjir bah yang menggenangi bumi selama 150 hari. Kala itu, orang yang menaiki bahtera nabi Nuh as selamat. Menariknya, hanya orang-orang ikhlas yang bisa menaiki bahtera tersebut. Begitupula peristiwa diangkatnya Nabi Ibrahim as sebagai kekasih Allah (Habibullah) dan diampuninya Nabi Daud as oleh Allah.
Tidak lupa, di hari Asyura pun, Allah SWT memberikan kerajaan pada Nabi Sulaiman as, sekaligus di tanggal itu pula Allah menarik kembali kerajaan tersebut yang ditandai dengan raibnya cincin Nabi Sulaiman as. Begitupula sembuhnya Nabi Ayub as dari penyakit sejenis lepra, keluarnya Nabi Yunus as dari perut ikan paus setelah 40 hari, bertemunya Nabi Yaqub as dengan anaknya, Nabi Yusuf as setelah terpisah 80 tahun; semua terjadi pada hari Asyura.
Selain itu, pada hari Asyura, Nabi Isa as lahir, dan pada hari itu pula Allah menaikan nabi Isa as. Lebih dekat dengan memoar sejarah umat Islam, Nabi Muhammad SAW menikahi Sayyidah Khodijah pada hari Asyura. Terakhir, Allah pun menciptakan langit, bumi, qolam, Adam dan Hawa itu juga terjadi pada hari tersebut.
Dengan demikian, Muharam tidak kalah eksisnya dengan bulan lainnya. Sebagai awal dari tahun hijriah, Muharam menjadi momen mengisi lembaran catatan amal baru di bulan-bulan berikutnya. Pun, menjadi ajang meningkatkan segala amalan perbuatan agar kelak menjadi lebih baik. Entah itu dalam segi beribadah kepada Allah SWT, maupun Muamalah bersama mahluknya.
Baca Juga Artikel Lainnya: “Bukan Hanya Covid-19, 7 Hal ini Membuat Haji Tertunda”
Oleh: Fahmi Rizki Ardhani
Penulis adalah Kontributor Event Dwara Aksara Manggala KPMJB dan Mahasiswa Jurusan Syari’ah Islamiyah Universitas Al-Azhar Kairo