Pandemi Covid-19 membuat aktivitas seluruh umat manusia terganggu. Anjuran untuk tetap berdiam diri di rumah membuat kita seakan hanya dapat melakukan sedikit hal. Tidak bisa dipungkiri, salah satu hal yang paling sering dilakukan di rumah belakangan ini adalah berinteraski dengan medsos. Kita habiskan waktu dengan mencari sesuatu yang menarik di jagat dunia maya dan medo guna mengusir kebosanan. Pun, sampai akhirnya tanpa sadar kecanduan medsos.
Pernakah kamu merasa merasa bosan, lelah, atau stress kemudian seketika kamu membuka ponsel dan menonton video-video di Youtube, atau scrolling Instagram, bermain game atau membuka aplikasi lain? Lantas hal tersebut membuatmu merasa fresh kembali dan senang dalam sekejap. Hei, sadarkah bahwa kini rasa bahagia dan senang bisa didapatkan secepat itu?
Alhasil, ketika bahagia dapat diperoleh dalam sekejap, kita tak segan menghabiskan waktu untuk “bahagia”. Ketika matahari terbit, kita buka twitter, lalu YouTube, kemudian membuka instagram. Lantas tak lama setelahnya kita buka twitter lagi, kemudian Instagram lagi, YouTube lagi. Begitu terus secara reflek, hingga tidak sadar matahari nyaris tenggelam. Padahal masih banyak perkerjaan yang kita miliki. Jika terus menerus seperti itu bukankah akan berdampak buruk bagi kita? Untuk mengatasi masalah tersebut ada salah satu cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan melakukan puasa hiburan atau dikenal dengan istilah “Dopamin Detox”.
Mengenal Hormon Dopamin
Perlu kita ketahui bahwa ketika tubuh melakukan aktivitas yang menyenangkan atau membahagiakan, otak akan mengeluarkan senyawa kimia yang bernama hormon dopamin. Dopamin sendiri merupakan salah satu senyawa kimia organik yang berperan penting sebagai hormon dan neuro transmitter di dalam tubuh dan otak agar membuat kita menginginkan sesuatu. Dengan adanya keinginan kita menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu agar tercapai keinginan kita.
Jadi dopamin adalah salah satu zat kimia yang ada di otak. Zat ini berperan memengaruhi emosi, rasa senang, motivasi dan rasa sakit. Yang mana kadarnya dalam otak bisa naik dan turun. Jika kamu melakukan hal-hal menyenangkan seperti mengonsumsi makanan favorit atau bermain game, dopamin bisa meningkat.
Masalahnya adalah ketika kita terbiasa mendapatkan dopamin dalam waktu sekejap dengan kadar yang tinggi. Seperti melalui medsos, game, ataupun film. Jika kita terbiasa dengan dopamin berkadar tinggi melalui aktivitas ringan, kita akan merasa enggan melakukan aktifitas berat yang menghasilkan sedikit dopamin.
Sederhananya, kita jadi kecanduan dopamin, dalam hal ini termasuk kecanduan medsos. Padahal di sisi lain, aktivitas ringan tersebut jauh dari kata produktif, berbeda dengan aktivitas berat yang erat dengan produktivitas. Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan “puasa hiburan”. Bahasa kerennya yaitu “Dopamin Detox“.
Baca Juga Artikel Lainnya: Mengapa Kita Dapat Membenci Seseorang?
Reset Otak dengan Dopamin Detox
Seorang pakar psikiatri dari San Fransisco yang bernama Cameron Sepah berkata bahwa cara untuk menghentikan kecanduan akibat dari terlalu banyaknya hormon dopamin di dalam otak. Cara ini adalah dengan melakukan puasa dopamin atau dopamin detox. Dopamin detox adalah suatu usaha di mana si orang ini melakukan pembatasan terhadap sesuatu yang membuat dia kecanduan.
Istilah ini bisi juga kita sebut sebagai reset otak. Mengapa disebut begitu? Karena ketika kita melakukan dopamin detox bukan berarti kita menghilangkan dopamin dalam diri kita. Namun yang sebenernya terjadi kita akan mereset ulang pola produksi dopamin kepada hal-hal yang positif dan lebih sehat.
Upaya ini bisa dimulai dengan cara tidak melakukan aktifitas yang menyenangkan, tapi membuat kecanduan. Seperti menggunakan internet, bermain game dan makan junk food. Kegiatan-kegiatan tersebut kita ganti dengan aktifitas yang lebih melibatkan fisik, seperti berjalan-jalan di sekitar rumah, berolahraga, meditasi, belajar, membaca buku, melakukan planning tujuan hidup untuk masa depan, atau membangun bisnis. Aktifitas-aktifitas tersebut juga dapat menghasilkan dopamin, namun jauh lebih sehat dan produktif.
Jika kita tarik benang merahnya, dopamin detox membuat hal-hal yang membosankan menjadi lebih menarik. Sehingga kita bisa melakukan hal-hal lain yang lebih berguna dan bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain.
Sebaimana yang disampaikan di awal, dalam hal ini kita berusaha untuk mereset sistem otak agar otak kita kembali merapikan kebiasaan buruk kita. Namun tetap jangan dilakukan secara berlebih. Kita masih boleh memanfaatkan internet untuk sekadar sarana komunkasi dan penunjang produktivitas. Seperti memanfaatkan WhatsApp untuk berkomunikasi dengan orang jauh, dan berbagai software yang membantu kita dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan.
Beri waktu untuk kembali menikmati kegiatan berdopamin tinggi sebagai reward atau penghargaan atas apa yang sudah kita kerjakan seharian penuh. Seperti merasakan berselancar di internet dan medsos, menonton film, atau bermain game tanpa rasa bersalah dan tanpa kecanduan lagi.
Intinya dopamin detox adalah menghentikan segala hal yang menyebabkan efek kecanduan terhadap sesuatu yang tidak produktif. Apapun itu bentuknya, ketika otak kita tahu bahwa ada cara yang mudah untuk mengindari stres dari otak kita, kita akan terbiasa melakukan itu. Jadi cara yang paling baik adalah hindari cara-cara instan dalam menyelesaikan masalah. Yuk, jadi lebih produktif dengan mengatur kebiasaan kita.
Baca Juga Artikel Lainnya: Mitos-mitos yang Menyelubungi Iklan Rokok dan Kosmetik
Oleh: Fakhri Abdul Gaffar Ibrahim
Penulis adalah Mahasiswa Strata Satu Fakultas Bahasa Arab Universitas al-Azhar Kairo