11 Hari Tarian William Willett yang Hilang

11 hari

Dalam buku Murders Myths and Monuments of North Staffordshire milik W. M. Jamieson, terdapat sebuah cerita menarik tentang William Willett dari Endon. Willet yang menyenangi lelucon ini bertaruh bahwa ia bisa menari tanpa henti selama 12 hari 12 malam. Pada malam tanggal 2 September 1752, ia pun mulai menari kemudian berkeliling di sekitar desa dan terus berjalan sepanjang malam. Keesokan paginya, pada 14 September menurut kalender baru, Willett berhenti menari dan mengklaim taruhannya. Tapi, hei, kemana 11 hari tarian legend Willett pergi?

Kalender Julian

Pada tahun 45 SM, Julius Caesar mengenalkan sistem baku untuk penanggalan yang didasarkan pada pergerakan matahari. Bersama dengan Sosigenes, seorang astronom dari Alexandria, mereka merumuskan tahun kabisat (leap year) setiap empat tahun, dengan penambahan satu hari pada bulan Februari untuk menggenapkan 6 jam yang berlebih setiap tahunnya. Alhasil, penanggalan Romawi yang selama ini tidak teratur menjadi lebih sistematis dan mudah dipahami.

Sebelum kalender yang kelak dikenali dengan nama Julian ini muncul, Kekaisaran Romawi menggunakan kalender lunisolar yang hanya terdiri dari 355 hari, alias 10 hari lebih pendek dari masa revolusi bumi. Sehingga untuk mengejar matahari, kalender Romawi menambahkan 22 atau 23 hari ke setiap tahun alternatif.

Penambahan hari ini ditentukan oleh Pontifex Maximus, Imam besar dari Kolese Paus. Sayangnya, Pontifex seringkali memperpanjang satu tahun ketika sekutu politiknya berkuasa, dan menguranginya ketika pihak oposisi yang menduduki bangku kekaisaran. Keputusan Pontifex berimbas pada ketidak-tahuan masyarakat mengenai penanggalan sehari-hari. Untuk menyelesaikan kekacauan ini lah, akhirnya Julius Caesar dengan bantuan para astronom dan matematikawan menetapkan kalender yang tetap sinkron dengan matahari tanpa adanya campur tangan dari manusia.

Kalender Gregorian

Pada penanggalan Julian, satu tahun dihitung berdurasi waktu 365 hari 6 jam. Tapi faktanya, bumi berevolusi mengitari matahari hanya dalam waktu 365 hari 5 jam 48 menit 45 detik. Dengan kata lain, penanggalan Julian memiliki selisih waktu 11 menit 15 detik lebih lambat di setiap tahunnya, atau 24 jam setiap 128 tahun. Satu setengah millenium kemudian, akumulasi ini menumpuk menjadi 10 hari.

Akibatnya, hari paskah yang seharusnya dirayakan pada Minggu setelah purnama paskah pun mundur 10 hari mendekati musim panas, dan ini membuat Gereja Katolik tidak suka. Para petinggi Gereja kemudian merumuskan reformasi kalender yang lebih akurat. Paus pada masa itu, Gregorius XIII, mengeluarkan segel kepausan (Papal Bull) yang memangkas 10 hari di Bulan Oktober, yaitu dari tanggal 5 hingga 14 di tahun 1582. Keputusan ini juga kemudian memulihkan vernal ekuinoks (vernal equinox) yang maju 10 hari menjadi sebagaimana asalnya di tanggal 21 Maret.

Penanggalan Gregorian ini diadopsi oleh Spanyol, Portugal, Persemakmuran Polandia-Lituania, dan sebagian besar Italia. Prancis turut mengekor dua bulan kemudian, dengan membiarkan hari Minggu, 9 Desember diikuti oleh Senin, 20 Desember 1582. Juga Austria pada tahun 1584. Namun, dalam beberapa dekade ke depan, masih banyak negara-negara lain yang masih menggunakan penanggalan Julian. Bahkan dalam beberapa kasus, selama berabad-abad, Rusia dan Inggris adalah salah satunya.

Reformasi Penanggalan Inggris

Mayoritas negara yang mengikuti penanggalan Gregorian adalah kerajaan-kerajaan Katolik. Inggris yang saat itu tidak menyukai Gereja Roma pun menolak untuk mengikuti kalender baru. Hampir dua abad ketidak-sinkronan penanggalan berlangsung antar Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Akumulasi selisih waktu ini mencapai 11 hari. Hingga dengan beberapa alasan penguat lainnya, pada tahun 1750 pun Inggris membuat Undang-Undang Kalender Gaya Baru (New Style).

Kalender gaya baru ini kemudian diterapkan pada 1 Januari tahun 1752, dan sesuai dekrit Raja Inggris, George II, tanggal 3 hingga 13 September dihapuskan dari penanggalan. Willett yang saya sebut dalam pembukaan tadi dengan misteri tariannya yang hilang sudah terpecahkan, bukan? Iya, berbahagia lah Willett setelah mengklaim taruhannya.

Lain Willett, lain pula masyarakat Inggris. Pemangkasan 11 hari di Bulan September ini menuai banyak protes. Banyak warga yang meminta kembali 11 hari mereka. Untuk meredakan kerusuhan publik, raja pun melahirkan konsep “cuti berbayar” di mana para pekerja tetap diberi gaji 11 hari mereka meskipun tidak bekerja.

Di lain sisi, protes ini juga disebabkan oleh keyakinan masyarakat bahwa umur mereka yang memendek 11 hari. Tapi tentu kita tidak perlu membahas hal tersebut. Andaikan para warga ini berada di Rusia pada abad ke-20, tentu mereka akan lebih protes lagi. Mengingat pemangkasan hari di jaman itu mencapai angka 13, para warga Rusia tidak memiliki tanggal 1 hingga 13 Februari pada tahun 1918.

Tahun pajak di Inggris

Fakta menarik terkait reformasi penanggalan Inggris adalah tahun pajaknya. Pernahkah anda bertanya-tanya mengapa tahun pajak di Inggris dimulai pada 6 April dan bukan 1 Januari? Jawabannya adalah karena pemangkasan 11 hari di tahun 1752 silam.

Pada kalender Julian, tahun baru dihitung sejak tanggal 25 Maret dan diakhiri pada tanggal 24 Maret setahun kemudian. Untuk menghindari kehilangan 11 hari pendapatan pajak, tanggal ini pun diubah menjadi 5 April pada 1753. Perubahan lain kemudian dilakukan pada tahun 1800, di mana pajak diperpanjang karena adanya tahun kabisat dalam kalender Julian (dalam kalender Gregorian tidak ada) menjadi 6 April yang tetap hingga hari ini.

Penanggalan Ganda

Hal menarik lain dari perubahan kalender gaya baru ini adalah penanggalan negara-negara Eropa. Sejak tahun 1582 hingga reformasi kalender oleh Britania Raya, masyarakat eropa cenderung menggunakan sistem tanggal ganda. Perbedaan awal tahun Julian dan Gregorian lah yang menjadi sebabnya.

Sebagai contoh, kelahiran seseorang pada bulan Februari misalnya dituliskan dengan dua tahun yang berbeda: 1751/52. Maksud dari tanggal ganda ini adalah bahwa menurut gaya lama (old style), orang tersebut lahir di tahun 1751, sementara menurut gaya baru kelahiran tersebut terjadi pada 1752. Perlu dicatat bahwa penanggalan ganda ini hanya berlaku pada bulan Januari, Februari, dan Maret. Tidak berlaku di bulan lain, juga tidak berlaku setelah tahun 1752.

Perubahan Kalender di Masa Depan

Kalender Gregorian sebenarnya tidak akurat 100 persen dengan revolusi bumi. Karena faktanya, selisih waktu antara satu tahun kalender Gregorian dengan satu tahun surya adalah 27 detik, yang menjadi satu hari setelah 3200 tahun. Memang bukan selisih yang besar seperti 11 menit lebih pada kalender Julian, namun dalam 32 milenium ke depan, akumulasi selisih ini akan mencapai 10 hari. Cicitnya cicit kita di masa depan tentu perlu memikirkan kembali cara mereformasi kalender agar selaras dengan musim-musim.

Jika masa itu tiba, saya yakin akan ada seseorang yang mengklaim telah memasak rendang selama 10 hari 10 malam. Menurut para pembaca, akan seperti apa cita rasa rendang ini di masa depan?

Baca Juga Artikel Lainnya: “Mitos-Mitos yang Menyelbungi Iklan Rokok dan Kosmetik”

Oleh: Ayu Husni

Penulis adalah Kru Manggala 2019-2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *