Hagia Sophia dari Masa ke Masa

Hagia Sophia dari Masa ke Masa

Hagia Sophia merupakan salah satu bangunan megah yang menjadi saksi bisu sejarah peradaban umat manusia dari masa ke masa. Pada 2 Juli kemarin, pengadilan administratif tertinggi Turki membatalkan keputusan 1934 dan mengatakan bahwa pengubahan Hagia Sophia menjadi museum adalah tindakan ilegal.  Kemudian memerintahkan Hagia Sophia dibuka sebagai masjid. Sebelumnya, pada masa pemerintahan Mustofa Kemal Attaturk Hagia Sophia merupakan Museum yang dibuka pada Februari 1935.

Setelah putusan pengadilan, Presiden Recep Tayyip Erdogan menandatangani keputusan presiden untuk menyerahkan Hagia Sophia ke kementrian Urusan Agama Turki. Masjid Hagia Sophia terbuka bagi pengunjung semua agama, dan kalangan yang ingin mengunjungi bangunan bersejarah itu. Walau begitu hal ini cukup disayangkan oleh umat Ortodoks karena menjadi situs bersejarah gereja yang berharga. Bagi mereka seperti setera dengan pusat umat katolik di gereja Katolik Basilika Vatikan, Italia.

Tak hanya umat Ortodoks, bahkan tidak sedikit pemuka umat Islam yang tidak setuju dengan keputusan ini. Semua berdasar karena pengubahan tempat ibadah umat beragama lain menjadi masjid jauh dari nilai-nilai Islam. UNESCO pun masih akan menyelidiki masalah ini. Namun walau begitu pemerintah Turki memiliki kuasa dan kedaulatan untuk mengembalikan museum tersebut menjadi masjid. Terlepas dari berbagai kontroversi Hagia Sophia telah beberapa kali beralih fungsi dari masa ke masa, apakah saja itu?

Awal Mula Hagia Sophia Dibuat

Aya sophia dalam bahasa Turki dan Sancta Sophia dalam bahasa Latin adalah nama lain dari Hagia Sophia yang mana umum kita kenal. Hagia Sophia pada awalnya dibangun sebagai basilika bagi Gereja Kristen Ortodoks Yunani. Kaisar Bizantium Constantius menugaskan pembangunan Hagia Sophia pertama pada tahun 360 M. Pada saat pembangunan gereja pertama, Istanbul dikenal sebagai Konstantinopel, mengambil namanya dari ayah Konstantius, Constantine I, penguasa pertama Kekaisaran Bizantium.

Kekacauan politik pada akhir abad ke 5 yang diakibatkan oleh konflik politik keluarga Kaisar Arkadios, membuat sebagin struktur  pertama dana tap Hagia Sophia terbakar. Peristiwa ini terjadi pada tahun 404 M pada masa pemerintahan Arkadios 395 – 408 M. Penerus Arkadios, Kaisar Theodosios II, membangun kembali Hagia Sophia, dan bangunan baru selesai dibangun pada tahun 415 M. Hagia Sophia kedua berisi lima nave dan pintu masuk yang juga ditutupi oleh atap kayu.

Bangunan ini menggabungkan elemen desain tradisional basilika Ortodoks dengan atap kubah besar, dan altar semi-kubah dengan dua beranda. Lengkungan pendukung kubah ditutupi dengan mosaik enam malaikat bersayap yang disebut hexapterygon. Kubah utama Hagia Sophia bersandar pada lingkaran jendela dan didukung oleh dua semi-kubah dan dua bukan melengkung untuk membuat nave besar. Dinding dilapisi dengan mosaik Bizantium rumit yang terbuat dari emas, perak, kaca, terracotta dan batu berwarna-warni, menggambarkan adegan terkenal dan tokoh-tokoh dari Injil Kristen.

Namun, satu abad kemudian, bangunan itu dibakar untuk kedua kalinya selama pemberontakan Nika terhadap Kaisar Justinian I, yang memerintah dari 527 M hingga 565 M. Tidak dapat memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran, Justinian memerintahkan pembongkaran Hagia Sophia pada tahun 532 M. Dia menugaskan arsitek terkenal Isidoros (Milet) dan Anthemios (Tralles) untuk membangun basilika baru. Hagia Sophia ketiga selesai pada 537 M dan masih berdiri sampai hari ini.

Fungsi Hagia Sophia dari Masa ke Masa

Setelah dibangun kembali pada tahun 537 – 1054 M, Hagia Sophia berfungsi sebagai Gereja Katolik dan Katedral pusat dari patriarkat/keuskupan Konstatinopel. Saat itu Hagia Sophia menjadi gereja terbesar sampai Katderal Sevilla  Spanyol dibangun. Ibadah keagamaan pertama di Hagia Sophia diadakan pada tanggal 27 Desember 537 Masehi.

Pada tahun 1054 – 1204 M akibat terjadi perpecahan antara Katolik dan Ortodoks, Hagia Sophia menjadi Gereja Ortodoks dan pusat patriarkatnya. Pada tahun 1204 M ketika perang Salib ke-4 pasukan Roma yang mulanya menuju Yerrusalem menduduki Konstatinopel. Lalu menjadikan Hagia Sophia menjadi katedral Katolik Roma sampai tahun 1261 M. Dari tahun 1261 M sampai dibukanya Konstatinopel oleh Muhammad II dari Kekhalifhan Utsmani. Hagia Sophia menjadi pusat Gereja Ortodox Timur.

Selanjutnya pada masa penaklukan Konstatinopel pada 29 Mei 1453, Hagia Sophia berubah fungsi menjadi masjid. Sulthan Muhammad II menghadiri ibadah Jumat yang pertama kalinya di masjid pada 1 Juni 1453. Hagia Sophia ditetapkan menjadi masjid kekaisaran. Simbol salib, ikon dan mozaik orang kudus seperti Bunda Maria , santo-santa dan malaikat ditutup dan lainnya dihilangan siganti menjadi nuansa islami. Kubah gereja inilah yang kemudian menjadi inspiraasi bagi seluruh masjid di Kekhalifahan Utsamani dan seluruh masjid sampai saat ini.

Bangunan dipercantik dengan arsitektur yang menampilkan elemen khas Kesultanan Utsamani. Beberapa elemen seperti mihrab dan mimbar, tempat para ustad berceramah, ditambahkan. Bahkan, sebuah perpustakaan juga dibangun di dalamnya.

Setelah penghapusan kekhalifahan Utsmaniyah pada tahun 1924 dan diganti dengan Republik Turki. Attaturk memerintahkan penutupan Hagia Sophia pada 1931 M untuk umum, dan dibuka empat tahun setelahnya pada 1935 M. Atas Thomas Whittemore yang bersahabat dekat dengan Attaturk dan pendiri institut Bizantium Amerika. Pada Februari 1935 Hagia Sophia dijadikan museum.

Karpet untuk ibadah shalat dihilangkan, plester dan cat-cat kaligrafi dikelupas, menampakkan kembali lukisan-lukisan Kristen yang tertutupi selama lima abad. Sejak saat itu, Hagia Sophia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istanbul Sampai pada Juli 2020 kembali dialihfungsikan sebagai masjid.

Walaupun dalam alih fungsi ini menjadi polemik dan menuai pro dan kontra. Presiden Recep Tayyib Erdogan menegaskan bahwa pintu Hagia Sophia akan tetap terbuka bagi semua kalangan termasuk orang asing dan nonmuslim.

Baca Juga Artikel Lainnya: “Perjanjian Tordesillas, Awal Perjajahan Dunia”

Oleh: Nabila Nurunisa

Penulis adalah Kru Majalah Manggala 2020/2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *