Perjanjian Tordesillas, Awal Penjajahan Dunia

Perjanjian Tordesillas
Perjanjian Tordesillas

Perjanjian Tordesillas dikenal dalam bahasa Portugis Tratado De Tordesilhas, sedangkan dalam bahasa Spanyol  Tratado De Tordesillas. Diprakarsai oleh paus Alexander VI pada tanggal 7 Juni 1494. Menariknya, perjanjian yang ditandatangani di Tordesillas (provinsi Valladolid, Spanyol) ini dikatakan sebuah awal penjajahan, sekaligus memiliki dampak yang besar di dunia, khususnya Indonesia.

Perjanjian Tordesillas membagi wilayah pelayaran kekuasaan sekaligus negara Eropa menjadi duopoli eksklusif, antara Spanyol dan Portugis. Wilayah sebelah timur yang ditemukan menjadi  hak Portugis dan sebelah barat (menuju benua Amerika) hak Spanyol.

Kedua kerajaan yang berasal dari satu nenek moyang ini berencana menjelajahi (menjajah) dunia. Karenanya, perjanjian Tordesillas pun dibuat guna menghindari bentrok yang mampu mengundang peperangan, di mana masing-masing dari keduanya saling mengklaim tanah  harapan yang dimilikinya.  Perjanjian ini berlaku dari mulai tanggal 4 Juni 1494 sampai 13 Januari 1750.

Latar Belakang Perjanjian Tordesillas dan Awal Penjajahan di Dunia

Pada abad 14 M bangsa Eropa mendapatkan rempah-rempah dari Konstatinopel, ibu kota kekaisaran Romawi (sekarang kota Istanbul, Turki). Selanjutnya, pada tahun 1453 M wilayah tersebut dibebaskan oleh kekhilafahan Turki Utsmani di bawah pimpinan Muhammad Al-Fatih. Fakta ini mengakibatkan terputusnya akses Eropa terhadap komuditi utama seperti rempah-rempah dan barang komsumsi dari Asia.

Di sisi lain, pada masa tersebut Spanyol dan Portugis memiliki laut armada yang kuat, juga teknologi navigasi dan perlengkapan kapal yang maju. Mereka pun mencari jalur perdagangan baru karena jalur lama sudah dikuasai oleh Turki Utsmani. Didorong penemuan benua Amerika oleh Colombus yang berdarah Portugis, yang di sisi lain mendapatkan bantuan dari Spanyol; maka Raja Ferdinand dan Ratu Isabella meminta Paus agar Portugis tidak mengambil bagian dari benua yang baru ditemukan ini. Maka dibuatlah Perjanjian Tordesillas yang akhirnya menjadi awal dari penjajahan.

Dengan membawa misi 3G, Gold (kekayaan) Glory (kejayaan), dan Gospel (kristenisasi); kedua negara ini saling berlayar ke arah yang sudah ditentukan. Penjelajahan berbuah penjajahan. Perjanjian tordesillas melahirkan kerakusan dan kebiadaban di setiap jengkal tanah yang dijejaki, hingga diingat sebagai salah satu malapetaka terkejam di dunia.

Seperti yang terjadi di bagian daratan benau Amerika, Spanyol melakukan pembantaian terhadap sebagian suku Indian. Sementara sebagian lainnya dijadikan budak. Selain itu, sumber daya alam pun dikuras habis-habisan. Alhasil, perjanjian Tordesillas berakhir setelah kedua negara ini mendarat di Indonesia di bagian Maluku yang terkenal sebagai sumber rempah-rempah.

Perjanjian Tordesillas Berakhir di Indonesia

Meski wilayah pelayaran Spanyol dan Portugis ini sudah dibagi, nyatanya mereka mendarat di pulau yang sama, yaitu kepulauan Maluku Indonesia. Portugis sudah sampai di pulau Maluku dikerajaan Ternate sekitar tahun 1511 kemudian diikuti oleh Antonio De Abreu dan Fransisco Serau yang juga tiba di Ternate pada tahun 1512.  Sedangkan Spanyol tiba di pulau Maluku kerajaan Tidore melalui Filipina pada tahun 1521 menggunakan kapal Victoria dan kapal Trinida.

Pertemuan Portugis dan Spanyol di Maluku ini menimbulkan konflik. Keduanya saling  menuduh telah melanggar perjanjian Tordesillas. Di sisi lain, dua kerjaan Islam terbesar di Maluku yaitu Tidore dan Ternate sedang berseteru. Alhasil, suasana semakin memanas dan terjadilah adu domba atau devide et impera. Sultan Bayanullah (Raja Ternate) berjanji akan menyerahkan monopolo perdaganggan rempah-rempah pada Portugi, begitupula Raja Tidore pada Spanyol.

Perseteruan ini berlangsung cukup lama, hingga Paus mengganti perjanjian tersebut dengan perjanjian Saragosa pada tanggal 22 Aprill 1529.  Perjanjian ini menetapkan Meksiko ke arah barat hingga kepulauan Filipina milik Spanyol sementara Portugis dari wilayah Brazil ke timur sampai kepulauan Maluku. Dengan begitu, Spanyol pergi dari Maluku.

Sayangnya, berakhirnya perjanjian Tordesillas tidak menjadi akhir dari penjajahan di Nusantara. Sebaliknya, Portugis semakin memonopoli perdagangan rempah-rempah dan memperbudak pribumi di penjuru nusantara. Selain itu, hal ini pula yang mejadi pintu penjajahan Belanda di bumi Nusantara, penjajahan terpanjang sepanjang sejarah kelam Indonesia.

 Baca juga artikel lainnya: Peristiwa Tiananmen 1989 dan China

Oleh: Nabila Nurunisa

Penulis adalah kru Manggala periode 2020/2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *