Meredakan Jiwa, Sesaat Sebelum Terlelap

Meredakan Jiwa Sesaat Sebelum Terlelap
Sc: https://www.instagram.com/aqlalfahri/p/C75eaH1SpZr/

Judul Buku : Sebelum Lelap

Nama Penulis : Febriawan Jauhari dan Nidaussalwa Assa’adah

Penerbit dan Tahun Terbit : Buku Jauh, 2023

Jumlah Halaman : 188 halaman

Buku yang berjudul “Sebelum Lelap” ini merupakan karya tulis dari pasangan suami istri Febriawan Jauhari atau yang akrab dipanggil “Kak Jauh” dan Nidaussalwa Assa’adah atau “Kak Nida”. Keduanya merupakan penulis aktif di sosial media yang sudah tidak asing lagi di telinga saya. Buku yang berjumlah 188 halaman ini baru saja diterbitkan pada Maret 2023 lalu, dengan cover yang bernuansa biru laut dan terdapat pula sepenggal kalimat perintah yang sangat menarik perhatian para pembaca “Tidurlah… pikiran-pikiran jahatku!” menarik bukan?!.”

Kak Jauh, telah banyak menerbitkan karya-karya tulis, seperti: Waktunya Pulang, Salah Satu hal Terjahat yang Dilakukan Manusia adalah Meragukan Dirinya Sendiri, Berlabuh, dan Sebelum Lelap. Sedangkan Kak Nida, buku yang akan saya resensikan ini merupakan buku pertamanya yang ditulis bersama sang suami. Dengan membawakan genre Self Healing, menurut saya buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh para pemuda, Gen Z yang sedang berkutat dengan pikirannya sendiri, apalagi bagi yang sedang mencari-cari jati diri, buku ini dapat merubah sudut pandang seseorang tentang hidup dan juga bisa dibaca berulang kali, saat jiwa sedang lelah misalnya.

Di bagian cover belakang buku, penulis memberikan gambaran isi buku ini, maka secara garis besar buku ini berisi tentang bagaimana kita memiliki pemahaman-pemahaman yang baik tentang hidup. Dengan disuguhkannya analogi dan tamsil-tamsil (contoh-contoh) kehidupan, menjadikan bacaan terasa ringan, tidak berat untuk diproses di kepala namun tetap sampai ke hati, menyegarkan jiwa dan membuat muhasabah menjadi lebih nikmat. Dan bukankah memang bacaan seperti itu yang kita butuhkan sebelum lelap? Di mana pikiran sesaat sebelum lelap menjadi begitu liar. Ia berkelana ke banyak tempat; ke masa lalu, masa depan, mimpi-mimpi yang tak kunjung tercapai, ke harapan-harapan orang sekitar, dan ke berbagai tempat lainnya. Sayangnya, pada saat itu energi kita sudah habis dipakai seharian, alhasil kita mengunjungi tempat-tempat itu dalam keadaan lelah. Lelah yang bertumpuk akhirnya membuat kita sakit. Maka yang awalnya ingin menikmati kunjungan ke berbagai tempat itu, justru membuat keadaan semakin buruk, yang seharusnya dikunjungi dengan penuh keberanian, justru menjadi penuh keraguan. Masa depan yang seharusnya dikunjungi dengan optimis, tersebab sakit, malah menjadi pesimis. Begitu seterusnya.

Oleh sebab itu, kita butuh pereda sakit agar pikiran kita bisa kuat berkelana, memikirkan dan merenungi banyak hal. Maka buku ini hadir sebagai pereda pikiran yang liar itu. Sebagaimana judulnya, buku ini sangat cocok dibaca sesaat sebelum lelap. Sebagai gambaran konsep daripada isi buku, saya akan menukil salah satu permisalan dan makna hidup yang tertuang dalam buku ini.

“Sebotol Air”

(Febriawan Jauhari)

“Salah satu hal tersulit dalam hidup ini adalah mendefinisikan kebahagiaan. Banyak yang menyamakan antara bahagia dan banyak. Bahwa kita akan bahagia hanya jika mendapatkan banyak; banyak uang, banyak pujian, banyak jabatan, dan seterusnya. Apakah benar bahagia selalu berarti banyak?”

“Pernahkah kamu haus? Saat haus apa yang kamu minta? Sebotol air atau seember air? Tentu saja sebotol air. Itu sudah cukup. Justru jika meminum seember air malah akan membuat sakit perut.

Mana yang lebih banyak sebotol air atau seember air? Seember air, tapi kenapa kita memilih sebotol air padahal ia lebih sedikit? sebab itulah yang kita butuhkan. Itu yang terbaik saat itu.

Lihatlah, pada kasus ini, lebih banyak bukan berarti lebih baik. Justru lebih sedikit, sesuatu yang cukuplah yang lebih baik.

Merenungi ini akan membuat kita sadar, bahwa menyama-artikan antara bahagia dan banyak itu adalah sebuah kekeliruan. Tidak semua banyak itu baik, pun tidak semua sedikit itu buruk.

Jika hidup memberikanmu banyak, bersyukurlah. Tapi jika memberikanmu sedikit, sadarilah, sangat mungkin itu yang terbaik bagi kita, itu yang paling kita butuhkan saat ini.”

“Baik itu tidak selalu tentang banyak hal. Hal-hal sedikit yang dapat mengantarkan lebih dekat kepada Sang Pencipta juga baik”. (Sebelum Lelap)

Kurang lebih pola isi bukunya seperti contoh di atas. Dalam setiap judul diikuti nama penulis di bawahnya, baik itu Kak Jauh ataupun Kak Nida. Dilanjut dengan disuguhkannya analogi dan permisalan-permisalan, kemudian dipaparkan oleh penulis tentang makna hidup dibalik permisalan tadi. Menariknya, di bagian akhir dari setiap judul pada buku ini, terdapat quotes/nasehat yang bisa menjadi motivasi hidup untuk para pembaca. Judul-judul pada buku ini pun cukup unik dan membuat pembaca penasaran maksud dari judul tersebut misalnya, “Rusa Terindah”, “Kebun Pikiran”, dan puluhan judul lainnya yang mengandung pesan tersirat. Pola seperti ini baru saya temukan di buku ini.

Terakhir, Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh para pencari makna hidup di tengah bisingnya isi kepala. Dengan pemahaman yang baik tentang hidup, maka setiap episode kehidupan ini akan terasa lebih bermakna dan hati menjadi lebih tenang. Buku ini sangat ringan untuk dibaca dan dicerna. Buku ini juga bisa dibaca berulang kali, saat jiwa sedang lelah misalnya.

Penyusun Resensi: Zanira Khairani

Editor: Aghna Irma Yani

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *