Tasawuf Modern: Cara Mencapai Kebahagiaan yang Didambakan Banyak Orang

Tasawuf Modern
Sc: ebooks.gramedia.com

Judul Buku                                     : Tasawuf Modern

Nama Penulis                                : Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)

Penerbit dan Tahun Terbit         : Republika Penerbit, 1939

Jumlah Halaman                          : 377 Halaman

ISBN                                                : 978-602-8997-98-0

Ukuran Buku                                 : 13,5×20.5 cm.

Reviewer: Nabil Irtifa

Penulis adalah Kru Manggala 2023-2024

Tasawuf Modern, itulah satu di antara maha karya yang lahir dari goresan tinta cendekiawan muslim bernama Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau masyhur dengan nama pena Hamka. Meski tidak ada satu pun pendidikan formal yang diselesaikannya, ia mampu menerbitkan karya-karya fenomenal di berbagai genre tulisan yang mungkin sangat sulit ditandingi di masa sekarang.

Novel, politik, tasawuf, agama, dan berbagai jenis tulisan lainnya sudah ia tuangkan. Tidak berlebihan, jika kita dapat menyebut sebagai salah satu satrawan dan pemikir terkemuka di Indonesia. Banyak karya monumental lahir dari tangan dinginnya, sebut saja Tenggelamnya Kapal Vander Wijck, Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Tasawuf Modern yang menjadi topik bahasan. Saat ini, tercatat kurang lebih 84 buku menarik yang lahir dari buah pikiran Hamka yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia bahkan sampai ke luar negeri.

Secara umum, buku ini cocok dibaca oleh siapa pun, terlebih yang ingin mengetahui esensi bahagia yang benar. Meskipun judulnya Tasawuf Modern, ia tidak menguraikan tasawuf secara mendalam. Tetapi, topik utama yang dibahas nya adalah bahagia. Bahagia adalah salah satu topik yang tak usang dimakan zaman, dan selalu jadi bahan perbincangan hangat yang selalu ingin diwujudkan. Karena itulah, meskipun ditulis puluhan tahun silam, buku ini tetap relevan dan bisa dinikmati oleh semua kalangan di setiap zaman.

Pada awalnya, karya jenius ini merupakan salah satu rubrik dalam majalah Pedoman Masyarakat yang dipimpin oleh Hamka sendiri. Karena banyak sekali permintaan pembaca, maka tulisan-tulisan tersebut dihimpun dalam satu buku yang berjudul Tasawuf Modern.

Seperti yang diterangkan di atas, bahwasanya buku ini menjadikan bahagia sebagai objek utama kajianya. Tidak hanya itu, ia juga mengandung kalimat-kalimat yang dapat menentramkan jiwa si pembaca, sebagaimana cerita salah satu dokter yang menyuruh kepada pasiennya untuk membaca buku ini guna menentramkan jiwanya dan melekaskan kesembuhannya.

Kemudian, di sini terdapat juga salah satu kisah nyata menarik yang diambil dari kehidupan Hamka sendiri, yaitu ketika dirinya hampir bunuh diri saat berada di dalam penjara karena dituduh sebagai pengkhianat negara. Selama di penjara, Hamka terus-terusan diintimidasi oleh polisi sampai-sampai terbesit dalam benaknya untuk melakukan bunuh diri. Bahkan, Hamka pun telah membuat wasiat untuk anaknya di rumah. Perang batin antara  setan dan keimanan berkecambuk dengan dahsyat di dalam batinnya.

Satu diantara ucapan Hamka ketika menasehati dirinya yang diabadikan dalam buku ini adalah: “Dan ada orang yang berkata, ‘dengan bukunya (Tasawuf Modern) dia menyeru orang agar sabar, tabah, dan teguh hati bila menderita satu percobaan dari tuhan. Orang membaca bukunya itu semua selamat karena nasihatnya, sedang dirinya sendiri memilih jalan yang sesat. Pembaca bukunya masuk surga karena bimbinganya, dan dia di akhir hayatnya memilih neraka.’” Pada akhirnya, keimanan Hamka lah yang menang. Lepas dari itu, Hamka kembali membaca bukunya sendiri Tasawuf Modern di samping ia membaca Al-Qur’an untuk menentramkan kembali jiwanya dan mengembalikan kembali kebahagiaannya.

Dalam buku ini pula, Hamka membedah keterkaitan antara bahagia dengan agama, bahagia dengan utama, bahagia dengan kesehatan badan, bahagia dan harta benda, tangga yang akan menyampaikan kepada bahagia, bahagia yang dirasakan oleh Rasulullah, pendapat para tokoh muslim dan filsuf tentang bahagia, sebab-sebab celaka, dan pada akhirnya Hamka menutup buku ini dengan bermunajat kepada Allah Swt. dan meminta ampunan kepadanya.

Perbedaan perspektif antara tokoh-tokoh besar di luar Islam dan Ulama-ulama Islam tentang kebahagiaan seperti Aristoteles, Ar-Razi, Imam Ghazali, Leo Tolstoy bahkan pendapat bahagia dari Nabi Muhammad pun beliau cantumkan dalam buku ini. Tidak hanya itu, nasihat-nasihat yang diberikannya pun enak untuk diterima. Banyaknya quotes, syair-syair arab, serta tips-tips seputar cara mencapai kebahagiaan dan tips menenangkan jiwa yang diberikan oleh Hamka, semakin membuatnya digandrungi oleh banyak masyarakat.

Hanya saja memang tidak ada sesuatu yang sempurna, termasuk buku ini tentu saja memiliki kekurangan. Salah satunya adalah terselip bahasa Minang yang mungkin akan sulit dimengerti oleh orang yang diluar daerah tersebut. Namun jika bicara Over all, semua yang ada dalam Tasawuf Modern sangat bagus dan hampir mendekati kata sempurna.

Terakhir, pada intinya dalam buku ini Hamka berusaha ingin meluruskan perspektif orang-orang terhadap kata “sufi” yang terkenal lusuh, tidak menikah, tidak makan, dan meninggalkan kehidupan dunia untuk mencapai kebahagiaan yang abadi yaitu kehidupan akhirat. Paham ini lah yang justru malah bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk membagi porsi antara kehidupan dunia dan akhirat. Jangan sampai masyarakat di zaman sekarang condong kepada salah satunya dan melalaikan yang lainya. Dan dalam buku ini pula Hamka mengajarkan kepada kita bahwa mencari bahagia itu tidak perlu bersusah payah, karena “Bahagia itu dekat dengan kita dan ada di dalam diri kita”.

Editor: Muhammad Rifqi Taqiyuddin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *