Oleh: Aghna Irma Yani
Penulis adalah Penanggung Jawab Manggala 2023-2024
Bagi generasi 90-an dan 2000 yang rajin sekolah dan menggemari pelajaran bahasa Inggris, sepertinya sudah tidak asing lagi dengan kamus terjemahan bahasa Inggris-Indonesia serta Indonesia-Inggris yang kebetulan kali ini akan kita bahas. Pada masanya, kamus ini sangat populer dan menjadi rujukan dikalangan pelajar, dan mahasiswa khususnya. Hal ini terjadi karena keterbatasan internet yang belum secanggih sekarang. Tetapi, dibalik kesuksesannya membantu para pelajar dan mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris, apakah Manggalaners sudah tau? Siapakah sosok luar biasa dibalik kamus ini? Ya, sosok tersebut adalah sang Leksikograf Hassan Sadhily. Siapakah beliau dan bagaimana profilnya? Kuy kita bahas dalam tulisan berikut ini!
Siapakah Hassan Shadily?
Merujuk pada Wikipedia.com, Hassan Shadily lahir pada 20 Mei 1920 di Pamekasan, Jawa Timur. Beliau merupakan seorang ahli perkamusan dan leksikograf Indonesia yang sangat legendaris. FYI aja nih, Leksikografi sendiri adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang teknik penyusunan, perancangan, kompilasi, penggunaan serta evaluasi dari kamus.
Hassan menempuh Pendidikan Hollandsche School (HIS) di Pamekasan tahun 1929, dilanjutkan lagi ke Meer Uitgebrid Lager Onderwisjs (MULO) Malang tahun 1937 dan MOSVIA di Yogyakarta tahun 1941. Pada tahun 1944, ia berkesempatan belajar di Tokyo International School, dilanjutkan Military Academy Tokyo Japan. Ketika program beasiswa Fulbright diluncurkan, Hassan Shadily merupakan salah satu orang pertama yang mendapatkan beasiswa ini. Ia mengambil pendidikan master di department of Social Science di Universitas Cornell, New York, Amerika Serikat. Pada saat itulah, ia berkenalan dengan Prof. Dr. Jhon M. Echols yang kelak berperan penting dalam penyusunan kamus Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris yang sangat fenomenal ini.
Latar Belakang dari Penyusunan Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris
Setelah Jhon M. Echols dan Hassan Shadily berhasil menyusun kamus dua bahasa tersebut, diketahui bahwa yang melatar belakangi dari penyusunan ini adalah sang ayah yang selama hidupnya selalu memikirkan kemajuan anak-anak bangsa. Sang ayah menyadari bahwa kemajuan itu berawal dari alat komunikasi yang bagus yaitu bahasa. Tak hanya itu, selama sang ayah hidup, ia ingin sekali melihat anak-anak Indonesia dapat menepuh pendidikan di Amerika dan Eropa dalam pemahaman teknologi yang kemudian diterapkan di Indonesia. Dengan latar belakang inilah Hassan mempunyai ambisi dalam menyusun dua kamus yang saat ini kita kenal guna memajukan pemikiran anak bangsa dalam bidang bahasa.
(BACA JUGA: Tirto Utomo: Sang Pendiri AQUA, Air Mineral Kemasan Pertama di Indonesia)
Perjalanan Menyempurnakan Kamus Legendaris
Pada tahun 1976, kedua kamus itu diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama di Indonesia. Selepas Jhon M. Echols wafat di tahun 1982. Hassan bersama tim Cornell University mengerjakan revisi ketiga yang dimulai pada akhir tahun 1983. Menelisik dari medcom.id, revisi besar itu dilakukan setelah mendapat banyak masukan dan komentar dari warga pribumi serta para pengguna kamus edisi pertama dan kedua. Saat itu, separuh dari bagian kamus dirombak dan disesuaikan. Drafnya diperbaiki oleh Hassan sebelum diterbikan. Tak disangka, hasil dari jerih payahnya selama ini, kamus yang ia susun laris-manis dan menjadi rujukan serta menjadi rekomendasi para pelajar dan mahasiswa khususnya, sehingga dicetak berkali-kali sampai sekarang. Setelah itu, ia menyusun Ensiklopedia Indonesia dalam 7 jilid dengan jumlah keseluruhan 3.500 halaman. Pada tahun 1980, ia bekerja sama dengan penerbit Buku Ichtiar Baruvan Houve dan Elsevier Publising Projects. Ia juga menjabat sebagai pimpinan redaksi saat penyusunan ensiklopedia tersebut berjalan.
Akhir Hayat sang Leksikograf Indonesia
Hassan Shadily meninggal dunia di Jakarta, pada 10 September 2000. Beliau dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Berkat jasa-jasanya, ia mendapatkan tanda kehormatan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden RI pada tahun 2014 lalu. Karya-karya Hassan Shadily pun hingga kini dapat ditemui di berbagai perpustakaan di seluruh Indonesia, terutama Gramedia Indonesia.