Dua Novel Lokal yang Wajib Temani Liburanmu

(Sumber: Pixabay)

Oleh: Nara

Di tengah kesibukan memanfaatkan waktu liburan musim panas ini, gak ada salahnya menghibur diri tipis-tipis, entah dengan mengeksplor sudut-sudut Kota Kairo, kulineran, atau menghadiri event-event seru di luar sana. Nah, untuk para Masisir yang males keluar rumah atau bête sama suhu musim panas yang kayak lagi di sauna, kalian jangan khawatir! Kalian bisa banget menghibur diri dengan biaya low budget tapi tetap bermanfaat; yap, yaitu dengan membaca novel. Berikut ini adalah dua novel lokal yang wajib kalian baca at least sekali dalam seumur hidup!

                                                       

1. Orang-Orang Bloomington

Budi Darma, sang maestro sastra Indonesia yang mungkin namanya masih asing di telinga kalangan pembaca non-sastra. Lewat Orang-orang Bloomington, kamu bisa mulai berkenalan dengan dunia imajinasi yang dibangun oleh Budi Darma.

Dibuat berdasarkan pengamatannya terhadap penduduk lokal sekitar rumahnya selama tinggal di Bloomington, Indiana, Amerika Serikat  pada tahun 70an.  Novel ini merupakan kumpulan dari 7 cerpen yang tidak pendek namun juga tidak terlalu panjang. Masing-masing cerita setidaknya mengisi 20 sampai 80 halaman.

Pembaca (termasuk saya) berhasil dibuat kesal dan geram oleh tokoh “saya” yang membintangi ketujuh cerpen dalam novel tersebut. Meskipun tak selalu menjadi tokoh utama, terkadang hanya lewat sekilas dalam cerita. “Saya” adalah mahasiswa salah satu kampus yang berada di kota Bloomington. Kota ini tak terlalu ramai, terlebih rumah yang ditinggali oleh “saya” terletak di jalan bernama Fess yang penghuninya adalah orang-orang lanjut usia.

“Saya” adalah sosok kesepian dan kurang kerjaan. Kegiatannya tak lain dan tak bukan adalah mencampuri urusan orang-orang di sekitarnya. Ia selalu ingin tahu masalah orang lain. Dan keingintahuannya itu justru menjerumuskan ia ke dalam masalah yang menyulitkan dirinya sendiri.

Dendam tak berdasar kepada Keluarga M yang membuat “saya” selalu memperhatikan dengan sangat detail kehidupan mereka dan membuatnya ingin mencelakakan anggota keluarga tersebut. Juga kecemburuannya pada Yorrick yang membuatnya memiliki seribu wajah, dan keinginannya menyingkirkan Orez yang menurut “saya” hidupnya aneh. Dan cerita-cerita lainnya yang membuat geleng-geleng kepala.

Semua tokoh yang ada dalam cerita ini unik dan nyentrik.  Persetan kepribadian baik dan bijak, Budi Darma menciptakan kepribadian para tokoh dengan se-‘apa adanya’ layaknya manusia biasa. Lewat para tokoh yang dihadirkan pada cerita, Budi Darma seolah menelanjangi pikiran-pikiran terselubung dan kerak hati yang pasti ada dalam setiap manusia.

Unik dan ciamik adalah kata yang cocok untuk menggambarkan novel ini. Mungkin kisah Orang-orang Bloomington ini sebenarnya bisa ditemui di manapun. Namun berkat kepiawaian Budi Darma dalam mengolah cerita, menjadikan kisah yang ada menjadi tidak biasa. Sangat direkomendasikan untuk menjelajahi dan menikmati setiap kisah yang ada di buku ini!

2. Laut Bercerita

“Yang paling sulit adalah  menghadapi ketidakpastian. Kami tidak merasa pasti tentang lokasi kami; kami tak merasa pasti apakah kami akan bisa bertemu dengan orangtua, kawan, dan keluarga kami, juga matahari; kami tak pasti apakah kami akan dilepas atau dibunuh; dan kami tidak tahu secara pasti apa yang sebetulnya mereka inginkan selain meneror dan membuat kami hancur…”

Painfully beautiful adalah cara Leila S. Chudori menceritakan lorong-lorong sejarah. Ia berhasil menguak kisah tragis di balik Kerusuhan Mei 98 dan menuangkannya ke dalam karya fiksi-historis yang indah. Membaca halaman demi halamannya sangat menguras emosi. Seolah menyaksikan langsung tragedi tersebut.

Bercerita tentang Biru Laut (tokoh utama) yang hidupnya berubah drastis sejak bertemu dengan seorang gadis bernama Kasih Kinanti di tempat fotocopy buku-buku berhaluan kiri. Dilatarbelakangi dengan ideologi dan keinginan yang serupa; mendambakan Indonesia yang lebih demokratis dan berhak asasi kemanusiaan, Kinanti mengajak laut untuk bergabung dengan organisasi yang didirikannya.Winatra dan Wirasena merupakan wadah bagi mahasiswa menyuarakan pendapatnya yang selama ini dibungkam oleh pemerintah orde baru.

Mendalangi unjuk rasa para petani di Belengguan dan Bungurasih, Laut dan teman-temannya berhasil membuat pemerintah ketar-ketir. Mereka pun berkali-kali keluar masuk penjara akibat aksi yang dilakukannya. Pada tahun 96, Laut, Kinasih, dan anggota lainnya resmi menjadi buronan pemerintah. Winatra dan Wirasena dianggap sebagai organisasi berbahaya yang dapat mengguncang kedudukan presiden yang menjabat kala itu.

Selama dua tahun, Laut bersembunyi dan berpindah-pindah tempat di Pulau Jawa hingga Sumatera. Ia harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk bertemu dengan keluarganya. Meskipun keluarganya telah memperingatkannya jauh-jauh hari untuk tidak terlibat dalam aksi yang dilarang pemerintah,  namun hal tersebut tidak melunturkan semangatnya untuk terus memperjuangkan hak asasi yang telah direnggut oleh orde baru.

Setelah berpindah dari kota ke kota selama dua tahun lamanya, Laut dan dua orang temannya berhasil ditangkap oleh lalat hijau (sebutan untuk apparat pada saat itu) ketika sedang bersembunyi di Rusun Klender. Mereka dipenjara di tempat antah berantah yang tidak terjamah oleh matahari. Tak tahu tanggal, bahkan hari. Hari-hari berdarah penuh ketidakpastian dan  penyiksaan; dipukuli, disundut, disetrum, hingga direbahkan diatas bongkahan es batu, bak hidup di dalam neraka.

Novel ini memiliki dua bagian. Bagian pertama adalah  cerita Laut sebelum pecahnya Kerusuhan 98. Dan bagian kedua adalah sudut pandang Asmara (adik dari Biru Laut) yang menceritakan pasca orde baru atau era reformasi. Bagaimana Asmara dan kedua orang tuanya mencari keberadaan Biru Laut. Setiap hari dihantui ketidakpastian apakah Laut masih hidup atau sudah mati. Hal itu membuat ibunya setiap minggu selalu memasak tengkleng kesukaan Biru Laut dan menyediakan 4 piring ketika sedang makan bersama di setiap hari minggu, berharap sang pemilik piring keempat segera pulang dan ikut menyantap masakan yang dibuatnya. Begitupun dengan  ayahnya, sehari pun tak pernah luput  membereskan kamar tidur dan merapikan rak buku milik Laut. Kadang Asmara menangis ketika melihat orang tuanya yang masih dibayangi oleh sosok kakaknya. Namun ia harus tegar dan menjadi orang yang tetap waras demi keutuhan keluarganya.

Asmara bergabung dengan keluarga yang juga anaknya ditangkap dan kemudian mendirikan komisi orang hilang guna mencari keberadaan mereka yang dihilangkan secara paksa. Akankah Asmara menemukan Laut? Apakah Laut akan dibebaskan dan kembali pulang ke rumah? Atau mungkinkah Laut masuk ke dalam daftar 13 orang yang hilang sampai detik ini?

Sangat disayangkan jika kamu melewati novel fiksi-historis yang satu ini. Kisah yang menguak fakta bahwa masa kelam itu pernah terjadi pada negeri yang sangat kita cintai. Sebuah catatan hitam yang membuat semua orang enggan untuk membukanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *