Habits yang Baik; Kunci Kesuksesan

Cover How to Master Your Habits. (Sc: www.goodreads.com)
Cover How to Master Your Habits. (Sc: www.goodreads.com)

Judul Buku                           : How to Master Your Habits

Nama Penulis                       : Felix Y.Siauw

Penerbit & Tahun Terbit    : AlFatih Press, 2013

Jumlah Halaman                 : 169 Halaman

Ukuran Buku                        : 21,5 × 14,5 cm

ISBN                                       : 978-602-17997-2-7

Oleh: Aghna Irma Yani

Penulis adalah Sekretaris Redaksi 1 Manggala 2021-2022

Setiap orang pasti memiliki sebuah habits (kebiasaan) buruk yang sulit untuk diubah, seperti mendarah daging di tubuh individual maupun kelompok manusia. Meskipun begitu, bukan berarti suatu hal yang tidak mungkin untuk merubah hal tersebut. How to Master Your Habits rasanya adalah solusi konkret yang harus dikonsumsi untuk merubahnya menjadi habits yang baik.

Karya Felix Y. Siauw itu menurut saya sangat menginspirasi bagi para pembacanya, terutama bagi mereka yang ingin merubah kebiasaan buruknya. Bukan hanya itu, penulisnya sendiri menggunakan bahasa yang sangat ringan, menyenangkan dan mengajak pembaca untuk sama-sama berpikir dan interaktif, seolah-olah kita sedang diajak berbicara langsung olehnya.

Orang yang biasa disapa dengan nama Koh Felix itu merupakan seseorang influencer, penulis, dan pendakwah. Buku ini adalah buku ketiganya setelah buku Beyond the Inspiration, dan Muhammad Al Fatih 1453. Sekarang ia telah menerbitkan kurang lebih delapan buku.

Buku ini cocok bagi siapa pun, terkhusus bagi para penulis pemula seperti saya sekarang. Dalam buku ini saya sulit menemukan kelemahannya, karena menurut saya buku ini sangat bagus dan memiliki alur yang tersistematis dan memudahkan pembaca untuk memahami hal mendasar.

Di buku ini kita diberi tahu bagaimana cara membentuk habits yang baik dan benar. Sebelumnya saya ingin menegaskan bahwa ini bukan buku motivasi, melainkan buku yang menjelaskan kepada pembacanya bagaimana cara menguasai suatu keahlian tanpa motivasi, bahkan tanpa berpikir. Hebat, bukan?

Secara keseluruhan, buku ini menjelaskan dan memberikan solusi untuk merubah habits buruk menjadi habits baik. Selain itu, ia juga memberitahu kita bagaimana cara mengerjakan pekerjaan paling sulit sekalipun secara otomatis, menyenangkan, dan yang paling penting tanpa beban.

Sehabis baca buku ini, saya yakin tidak ada kata stres dalam diri kita karena semuanya telah terjawab di dalamnya. Dalam prolog, Koh Felix menceritakan perjuangan dirinya untuk membentuk sebuah kebiasaan, dan bagaimana ia melihat para pendakwah lainnya dalam melatih sebuah habits.

Kemudian di bab pertama, ia memberikan kisah inspirasi dari beberapa tokoh muslim, seperti Imam Syafi’i yang mampu menghafal Al-Quran belum genap dari umur 7 tahun. Bahkan menghafal keseluruhan kitab Al-Muwathatha’ ketika berusia 12 tahun. Selain itu, penulisnya juga menceritakan bagaimana kehebatan para sahabat Nabi dalam memperjuangkan Islam.

Setelah membaca kisah inspiratif di atas, di satu sisi pasti timbul dalam diri kita rasa kagum, tapi di sisi lain kita akan berpikir bahwa hanya orang ahli yang mampu seperti itu. Namun lagi-lagi hal itu dijawab oleh penulis, keahlian bukan diwariskan; sesorang bisa hebat karena habits atau kebiasaan yang membentuknya. Jika keahlian itu diwariskan, maka kita seharusnya sudah melihat monyet mampu membudidayakan kebun pisang tanpa perlu memanjatnya lagi.

Di bab selanjutnya, penulis lebih menjelaskan dan menegaskan bahwa refleksi terhadap sesuatu itu merupakan hasil dari habits. Karena suatu kebiasaan akan melahirkan spontanitas, tanpa motivasi, bahkan berpikir sekalipun.

Sebagai contoh, pelajar Al-Azhar yang sudah lancar Bahasa Arab ‘Amiyyah atau Fushah-nya, ketika berbicara Bahasa Arab sudah bak air mengalir. Apakah seorang pelajar itu belajar Bahasa Arab hanya sekali saja? Tentu tidak! pasti ada sebuah pengulangan yang sudah tidak terhitung jumlahnya dan pembiasaan yang dilakukannya untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari.

Tidak hanya itu, Koh Felix juga memaparkan apa saja struktur untuk membuat habits ini? Di sini dijelaskan bahwa pembentukan kebiasaan ini seperti spiral, yang berawal dari learn (mempelajari), commit (melakukan), lalu practice (latihan), dilanjutkan dengan repetition (pengulangan), sehingga menghasilkan habits. Kebiasaan ini sendiri akan terbentuk setelah 30 hari repetition.

Misalnya saja, sadar ataupun tidak, kita setiap tahun selalu membuat sebuah habits, yaitu pada bulan puasa Ramadan, dimana kita berusaha menahan haus, lapar, bahkan emosi hingga waktu Magrib tiba. Awalnya susah, ‘kan? Yah, begitulah habits. Berawal dari sebuah kesulitan dan paksaan, lama-lama terbiasa. Lalu ketika kita telah berada di akhir Ramadan cobalah apa yang kita rasakan? Biasa, bukan? Nah, hal ini bisa kita terapkan di kehidupan kita juga.

Pembahasan mengenai habits ini juga turut disorot oleh James Clear dalam bukunya “Atomic Habits (2018)”. Di dalam bukunya kita bisa menemukan beberapa trik dan tips yang tidak kita dapati di karya Koh Felix di atas. Salah satunya adalahTrik Dua Menit”.

Sesuatu yang menjadi patokan aturan dari trik ini adalah waktu ‘Dua menit’. Maksudnya, sesuatu itu menjadi susah jika kita membayangkannya susah, sehingga ketika kita melakukannya menjadi berat dan lama. James menginginkan kita untuk melakukan sesuatu itu selama dua menit dahulu, hal ini akan mentigger kita untuk meneruskan pekerjaan lainnya.

Di dalam buku ini juga, James memberikan cara atau strategi untuk membentuk sebuah habits, yaitu dengan melengkapi kalimat berikut: Aku akan (Kata Kerja) pada (Waktu) di (Lokasi). Sebagai contoh: “Aku akan membaca buku pada 15 menit di pagi hari di meja belajar.”

Satu hal menurut saya menarik dari dua buku yang saya paparkan di atas, yaitu keduanya di bagian terakhir menjelaskan dan memberikan benang merah, bahwa setiap habits atau kebiasaan ini tidak luput dengan pengorbanan: waktu, pikiran, bahkan uang. Setiap pengorbanan tentu akan melahirkan rasa sakit, tapi kita harus memahami bahwa itu adalah bahan utama pembentuk the outliers.

Setelah kita sudah memahami tentang habits ini, penulis sendiri menegaskan untuk langsung action, karena manusia itu selalu menunda–nunda—tanpa kita sadari itu merupakan kebiasaan yang buruk.

Tidak cukup sampai di situ, sang penulis juga memaparkan bahwa seseorang mengerjakan sesuatu itu bukan perihal bisa dan tidak bisa, tapi sejatinya dia tidak mau. Jadi jika kita ingin membentuk sebuah habits yang baik, kuncinya adalah “mau”.  Hewan yang tidak memiliki akal pun jika dilatih terus menerus akan melahirkan sebuah kebiasaan.

Karena sejatinya, di dunia ini tidak ada kata “Tidak bisa” bagi kita yang mau untuk berubah. Kata tersebut menurut saya hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak mau, malas, dan orang yang selalu menunda-nunda sesuatu. Kita bisa karena biasa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *