Sudah sekian lama kita menanti akan datangnya Ramadhan, bulan yang dinanti seluruh umat Muslim di penjuru dunia. Bukan sekedar suasananya saja yang meriah, melainkan juga di dalamnya terdapat banyak sekali nilai-nilai tarbiyah yang diajarkan untuk semua lapisan generasi. Pengalaman dan kesan dari setiap Ramadhan di setiap tahunnya juga selalu menjadi sesuatu yang amat sayang untuk dilupakan begitu saja, tidak terkecuali untuk para perantau.
Rantau sendiri berarti daerah di luar kampung halaman, kata kerjanya adalah ‘merantau’ yang berarti berlayar/pergi meninggalkan tanah asal ke negeri lain guna mencari penghidupan ataupun pengalaman. Ada beberapa efek dan keuntungan yang didapat dari merantau, di antaranya adalah:
- Meninggalkan zona nyaman yang melenakan.
Pergi keluar dari tempat asal untuk keluar dari zona nyaman akan memberikan banyak perubahan dalam hidup ini. Selama ini kita tumbuh dan berkembang di tempat itu. Ketika pindah ke tempat baru, berbagai kenyamanan di tempat asal tidak akan lagi kamu temui. Kita secara tidak langsung akan menyesuaikan diri beradaptasi dengan berbagai hal baru. Para perantau adalah pribadi yang berani yang tidak pernah merasa puas dengan segala kenyamanan yang dimiliki.
- Dalam merantau ada kesempatan yang lebih luas
Bila lingkungan tempat tinggal kita sekarang tidak mendukung impian terbesar dalam hidup, maka ini waktunya untuk mempertimbangkan. Jika tekad sudah bulat segeralah menyiapkan perbekalan dan pindah dari situ ke tempat yang berpotensi membuka kesempatan baru. Carilah tempat baru yang kondusif bagi jalan kesuksesan yang ingin ditempuh.
- Dengan merantau membuat kita tahu apa potensi dan bakat yang kita minati
Di dunia pertanian ada berbagai macam jenis tanah yang mana masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Ada lapak tanah yang begitu produktif jika ditanami padi namun tidak dengan tanaman lain, tanah di sepanjang pesisir pantai tak dapat ditumbuhi berbagai tanaman pokok namun bukan berarti tanah itu tak memiliki potensi tuk berproduksi melainkan tanah ini memiliki bakat tersendiri dalam menumbuhkan tanaman lain seperti pohon kelapa & bakau, begitu juga dengan tanah di daerah pegunungan terkenal dengan produksi seperti teh, anggur & strawbery juga tanah perkebunan di tepian padang pasir yang terkenal dengan kurma, kaktus dan zaitun. Dari hal diatas menunjukan bahwa setiap diri ini memiliki bakat potensi dan kecenderungan. Dengan merantau kita akan tahu apakah kecenderungan dan bakat yang cocok dan selaras sehingga diri ini menemukan potensinya yang kelak memberikan manfaat bagi sekitanya.
Baca Juga Artikel lainnya “Ramadan, Madrasah Muscle Memory ala Islam”
Ramadhan para perantau.
Lalu bagaimana rasanya jika menjalani bulan mulia ini di tanah rantau? Pastinya berbeda dengan mereka yang menjalaninya di tempat kelahirannya sendiri. Ada berbagai kesan tersendiri bagi saudara-saudara Muslim yang menjalani Ramadhan di tanah rantau. Di antaranya adalah:
(i) jauh dari keluarga & sanak saudara. berada jauh dari keluarga akan membuat diri ini sadar bahwa selama ini mereka benar-benar menyayangi kita dengan tulus, karena seorang akan begitu berharga ketika sosoknya telah tiada. Setelah tidak lagi tinggal seatap bersama mereka diri ini kerap merasa rindu. Merantau mengajarkan kita, bahwa sejauh manapun kita pergi keluarga adalah sebaik-baik tempat kembali.
(ii) Lama durasi berpuasa. Di tanah air, durasi berpuasa sekitar 13 jam. Keadaan ini tentu berbeda dengan mereka yang berpuasa di negara lain, seperti di Jerman yang durasi waktu berpuasa sekitar 19 jam, di Inggris 18 jam, di China 17 jam, di Mesir 16 jam dan lain-lain. Dalam perihal ini, para perantau harus pandai mawas diri mengatur pola hidup agar tetap stabil dalam menjalankan berbagai aktivitas maupun ibadah selama bulan Ramadhan.
Hal demikian terjadi disebabkan kondisi musim yang berbeda. Pada bulan Ramadhan kali ini, bumi bagian utara mengalami musim panas yang durasi siangnya lebih panjang. Sebaliknya, di dataran bumi bagian selatan sedang mengalami musim dingin yang mana durasi malamnya lebih panjang dibanding siang harinya. Masing-masing berbeda sesuai letak geografis tiap wilayah.
(iii) Sajian kuliner yang berbeda. Kuliner di perantauan jauh berbeda dengan kuliner buatan ibu di rumah, orang jawa yang merantau ke Padang akan bergelut dengan sajian yang menendang lidah, lain halnya jika merantau antar negara, selera kuliner yang disajikan jauh lebih asing rasanya dengan kuliner sendiri.
Kalau dilihat sekilas, para perantau ini seakan berada dalam keprihatinan. Mengapa tidak? Dalam momentum bulan suci ini mereka malah rela jauh dari hangatnya kasih sayang keluarga, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan berbagai suka-duka lainnya. Tapi jangan salah sangka, di balik itu semua ada banyak pengalaman dan kesan baru yang sangat berharga. Hal inilah yang membuat mereka tetap kuat dan semangatnya tidak surut untuk tetap fokus pada segala prioritas dan tugas yang mereka jalani. Ada banyak mimpi yang akan dan harus diraih. Pepatah mengatakan: Jika layar sudah dikembang pantang surut balik ke tepian.
Semoga pada Ramadhan kali ini, seluruh umat Muslim di berbagai penjuru dunia dapat menjalankan ibadahnya dengan sempurna. Bagi kita yang masih dalam perantauan janganlah berkecil hati, karena di sekitar kita masih banyak kawan-kawan senasib dan seperjuangan yang senantiasa setia mewarnai hari-hari kita dengan senyum dan tawa. Peran mereka tak kalah penting layaknya keluarga yang selalu ada bersama kita.
Baca Juga Artikel lainnya “Sepetik Hikmah Ramadan dari Syair Abu Nawas dan Salawat Tarhim”