Bilal: A New Breed of Hero

Oleh: Mohamad Munib Asmuni

Oleh                                   : Ayman Jamal

Judul Film                         : BILAL: A New Breed Of Hero

Sutradara                         : Ayman Jamal, Khurram H. Alavi

Produser                           : Ayman Jamal

Penulis Naskah                : Khurram H. Alavi, Alex Kronomer, Michael Wolfe, dan Yassin Kamel

Pengisi Suara                   : Adewale Akinnuoye, China Anne McClain, Jacob Latimore

Durasi                               : 1 Jam 47 Menit

Yang membedakan nilai seorang hamba dibanding hamba lain di mata Tuhan adalah tingkat ketaqwaan terhadapNya, bukan malah menyangkut perbedaan  seperti perbedaan ras, suku, warna kulit dan hal-hal primordial lain yang telah dianugerahkan Tuhan sejak lahir kepada diri seorang hamba.

Namun sejatinya, kita juga dapat menghetahui bahwa dunia ini tidak hanya dihuni oleh orang-orang Islam yang dapat mengimani ayat tersebut, meskipun tidak menutup kemungkinan di agama-agama lain dapat ditemukan ajaran yang serupa, namun di satu sisi kita juga tidak dapat menafikan bahwa masih ada beberapa orang di dunia ini yang berpikiran bahwa perbedaan-perbedaan lahiriah itulah yang membedakan satu manusia dengan manusia lainnya. Yang kemudian membuat suatu ras/suku seakan-akan lebih superior dibandingkan dengan yang lainnya, seperti yang dapat kita lihat di Amerika belakangan ini.

Nampaknya tema kemanusiaan sedang menjadi tema paling hangat di dunia perfilman saat ini. Seperti film BlackkKlansman yang mengangkat isu mengenai penolakan warga Amerika “murni” terhadap warga Amerika berdarah Yahudi yang terjadi hari ini. Tentu masih hangat juga, film yang berhasil menyabet penghargaan sebagai film terbaik Oscar tahun ini, Green Book, yang mengangkat tema serupa, namun dengan isu yang berbeda.

Dan dengan tema serupa, Ayman Jamal dan Khurram H. Alavi, turut hadir di kancah perfilman internasional melalui karyanya yang berjudul “BILAL : A New Breed of Hero.” Film ini berkisah tentang hidup Bilal bin Rabbah, seorang sahabat Nabi yang juga terkenal sebagai mu’adzin pertama, semenjak dia masih menjadi budak, hingga kemerdekaannya setelah Islam.  

Untuk menarik penonton yang lebih banyak dan mencakup segala usia, Ayman Jamal dan Khurram H. Alavi memilih “jalan” animasi untuk membuahi idenya tersebut. Mereka berdua menggandeng Barajoun Entertainment, sebuah rumah produksi yang bermaskas di Dubai, sebagai pengalih-wahanaan untuk idenya tersebut. Animasi yang digarap oleh Barajoun Entertaniment ini, menghabiskan setidaknya 8 tahun untuk pengerjaannya dan dieksekusi oleh 250 animator. Selain sebagai sutrada, pada film ini Ayman Jamal juga berposisi sebagai seorang Scriptwriter. Pada narasi serta dialog antar tokoh yang ditulis oleh Jamal, terlihat dia bermaksud untuk mengajak penonton agar tidak bersikap tirani bagi kelompok tertentu, dan untuk menumbuhkan rasa toleransi terhadap sesama.

Ayman Jamal berusaha menyajikan film ini dengan daya tarik lokal yang kuat ditambah estetika yang mengesankan. Latar-latar seperti bukit pasir, seekor elang pemangsa yang terbang di langit, kuda jantan yang gagah, pasar-pasar khas abad pertengahan, dukun dan tokoh berkerudung menghiasi layar film tersebut. Dan dari segi visual pun dirancang dengan sangat apik, sehingga membuat tokoh-tokoh tertentu seperti dimainkan oleh aktor sungguhan. Begitu juga, komposisi musik Atli Orvarsso dipenuhi dengan tema gambar, sehingga memberikan kesan emosional yang mendalam.

Film ini ditayangkan pertama kali pada tanggal 9 Desember 2015 di Festival Film Internasional tahunan ke-12, dan kemudian dirilis di seluruh wilayah MENA (Timur  Tengah dan Afrika) mulai tanggal 8 September 2016, hingga akhirnya Film ini mendapat ulasan positif dan merupakan film Box Office, dan berhasil dirilis di Amerika pada 2 Februari 2018. Film ini memenangkan “The Best Inspiring Movie” pada Hari Animasi selama Festival Film Cannes dan “Film Inovatif Terbaik” di BroadCast Pro Middle East Award. Film “Bilal” juga termasuk nominasi di ajang penghargaan tertinggi di kawasan Asia Pasifik sebagai “Best Animated Feature Film” di Asia Pacific Screen Awards.

Banyaknya penghargaan dan ulasan positif yang dilemparkan terhadap film ini tidak berarti mengisyaratkan bahwa film ini tidak memiliki “penentang”. Ada sebagian orang  yang menentang film ini, dengan mengatakan bahwa film ini termasuk sebagai kampanye terselubung dari pegiat Liberalisme. Sehingga mereka mengatakan film ini tidak layak untuk ditonton karena mengandung pesan yang dianggap sublimal message bagi anak-anak yang menontonnya, yang mendorong mereka untuk memilih kehidupan yang “bebas” sebagaimana layaknya para penganut Liberalisme.

Dan ulasan negatif tersebut, mengundang Ustadz Fahmi Zubair, untuk menanggapi ulasan tersebut melalui akun Facebooknya. Lebih terang, ia mengatakan : “Sifat dakwah itu Tadarruj (bertahap), Bathi’  (pelan-pelan), bahkan sifatnya Sho’bah (susah karena banyak tantangan). Jadi ada strategi dakwah agar message ini sampai sebelum ditolak. Nah, film “Bilal” bentuk dakwah di dunia Entertainment. Film Bilal, cara mengenalkan sosok sahabat Nabi SAW secara soft, ditonton banyak non-Muslim yang bisa masuk pasaran bioskop-bioskop US Theatre. Hebat kan? Mudah-mudahan akan menyusul film-film lain.”

Film ini rencananya akan diputar ulang di Filipina, Korea Selatan, Vietnam, Austria, Bangladesh, dan sejumlah negara eropa. Namun sayang, film ini tidak dapat tayang di bioskop-bioskop di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *