Oleh: Yasmin Diaz Zahra
Penulis adalah Kru Esai Manggala 2022/2023
Ekonomi adalah bidang fundamental yang sangat berperan bagi seluruh lapisan masyarakat. Jika ekonomi adalah tubuh, maka uang adalah aliran darahnya. Pada kenyataannya, mahasiswa luar negeri memakai dua bahkan tiga mata uang sekaligus dalam perputaran ekonominya. Rupiah dan pound mesir adalah hal yang menemani suka duka dompet masisir, bahkan ditambah dollar bagi mereka yang suka berinvestasi. Bagi Anda sang pemantau rate ustadz tf, pembisnis bagasi dan jastip Mesir yang terpaut rupiah, panitia pemberangkatan maba, atau pemburu beras murah, maka tarik nafaslah sejenak! Anda berada di tahun pembengkakan inflasi besar-besaran di negeri ini.
Seiring dengan bertumpuknya keluhan dari masisir terhadap inflasi Mesir–atau bahkan sorakan riang karena nilai tukar rupiah tinggi, adalah topik yang sedikit rumit dimengerti oleh orang yang belum memiliki kredibilitas ekonomi. Seringkali, berita-berita negara Mesir yang berbau sosial sulit dibongkar oleh orang awam, karena inflasi tahun ini sangat berhubungan dengan kebijakan pemerintah. Maka dari itu, tulisan ini hanya akan berputar dalam satu masalah saja, sampai kapan inflasi geneh (pound mesir) ini akan bertahan? apakah akan lebih lama dibandingkan mendapat gelar Lc? atau akan lebih dini dari antrian ijroat? Lalu, bagaimana nasib mata uang kelahiran kita saat ini?
Inflasi: Pengertian dan Ruang Lingkupnya
Dikutip dari Bank Indonesia, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi adalah salah satu faktor besar yang memengaruhi resesi suatu negara (baca: perputaran ekonomi yang lambat atau buruk). Meskipun terdengar menyeramkan, inflasi ringan dalam suatu negara adalah hal yang wajar dan sangat dibutuhkan. Sebab, inflasi adalah syarat dari pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, Mengapa demikian?
Penjelasan singkatnya bahwa naiknya inflasi juga disesuaikan dengan naiknya UMR, peningkatan demand barang, atau banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Sehingga, inflasi yang ringan akan memutar dan menggerakan aktifitas ekonomi, menstabilkan kesejahteraan masyarakat, dan memajukan perkembangan ekonomi. Bahkan di negara-negara maju sekalipun, inflasi tiap tahun bagaikan bisingnya klakson tuk-tuk di pasar Mesir, tidak terhindarkan!
Adapun lembaga yang bertanggung jawab untuk mengendalikan inflasi adalah pemerintah dan bank sentral negara, contohnya Bank Indonesia atau البنك المركزي di Mesir. Sebelum masuk ke ranah mata uang, kita perlu mengetahui dua kebijakan yang diambil suatu negara terhadap arus inflasi, yaitu:
- Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengendalikan biaya pendapatan dan pengeluaran negara. Tujuannya tentu untuk menumbuhkan perekonomian negara. Keputusan yang diambil bisa berupa pemberian bantuan beasiswa atau start-up dalam segi fungsional, menekan APBN atau pajak dalam segi terencana, atau penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) dalam segi insidental (www.ocbcnisp.com, 12 Agustus 2021). Kebijakan-kebijakan tersebut tentu sangat memengaruhi arus inflasi,s bukan?
- Kebijakan Moneter
Berbeda dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter dikendalikan oleh bank sentral negara. Kebijakan yang diambil salah satunya adalah penetapan suku bunga atau BI Rate di Indonesia. Jika bank sentral memprediksi ekonomi sebuah negara akan meningkat seperti jumlah uang beredar terlalu banyak, defisit transaksi membesar, hutang luar negeri meningkat, atau sebab lainnya, laju inflasi akan melebihi target yang ditentukan. Maka, bank sentral akan menaikkan suku bunganya.
Mengapa harus suku bunga? Sederhananya jika suku bunga di bank meningkat, masyarakat akan lebih terbebani jika mereka mengambil kredit atau melunasi cicilan, karena nominalnya akan bertambah. Sehingga, masyarakat enggan untuk meminjam uang di bank dan lebih memilih untuk menabung. Dikarenakan minat belanja masyarakat menurun, para penjual akan menurunkan harga barangnya agar barang mereka tetap dibeli dan menjaga minat belanja masyarakat. Harga pasar turun, inflasi berkurang, mata uang pun pulih seperti sedia kala.
Dalam skala internasional, naiknya suku bunga menarik para investor asing untuk menanam sahamnya di suatu negara. Hal tersebut akan menguntungkan investor karena mereka akan mendapat bunga atau imbalan yang lebih besar dari modal yang mereka tanamkan. Dengan banyaknya investor, negara memiliki banyak modal untuk pembangunan negara.
Penjelasan singkat di atas mungkin akan sedikit menggambarkan pengaruh inflasi dalam sebuah negara. Lalu bagaimana posisi Mesir terhadap geneh mishry (mata uang mesir)?
Baca Juga: “Pahlawan Sampah yang Tersisih di Negeri Sendiri“
Data Statistik Inflasi
Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik Indonesia, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia tahunan sebesar 5,28%. Angka tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,51%. Walaupun presentase inflasi ini menduduki 44 dari 187 negara dengan inflasi terkecil tahun ini (www.tradingeconomics.com, Februari 2023), hal tersebut tetap menunjukan keberhasilan kinerja pemerintah dan bank sentral yang signifikan.

Masih dari sumber yang sama, jika dibandingkan dengan inflasi Indonesia, inflasi pound mesir pada bulan Februari mencapai 31,9%, yang menduduki peringkat ke 17 dari 187 yang memiliki inflasi terbesar di dunia. Angka ini termasuk tergolong inflasi sedang yang mencapai lebih dari 30%. Tentu inflasi sebesar ini akan mencekik masyarakat Mesir kalangan menengah ke bawah.

Dilansir dari Al-jazeera.net, Profesor ekonomi di American University of Aucland, Mustafa Shaheen, mengatakan bahwa sulit untuk memprediksi perkembangan pound terhadap dolar “Mungkin naik menjadi 40 atau 50 pound, dan mungkin turun menjadi 25 pound”. Hal ini memengaruhi kepercayaan investor untuk menarik sahamnya di negeri piramid ini.
Tercatat dari tahun 2016, Mesir sudah kehilangan nilai mata uang mereka berlipat-lipat. Dari nilai tukarnya terhadap dolar hanya 8 pound, hingga 19 pound. Sampai dimulainya perang Rusia-Ukraina, harga pound mencapai 18 pound terhadap dolar. Pada bulan Oktober 2022, inflasi meningkat mencapai 22 dolar, dengan waktu hanya beberapa minggu dari itu, inflasi meningkat lagi menjadi 25 pound, lalu 35 pound, sampai awal tahun 2023 mencapai 30 pound.
Dalam pemaparan almasryalyoum-com, bank sentral Mesir akan merencanakan perumusan suku bunga baru pada akhir Maret nanti. Dengan kenyataan bahwa inflasi Mesir pada bulan Februari lalu adalah yang terbesar setelah tahun 2017 yang mencapai 34,86%. Ahmad Syauqy selaku pakar perbankan memperkirakan bahwa suku bunga akan naik 1%, dan 2% menurut perkiraan al-Damaty, mantan wakil kepala Banque Mesir sebelumnya. Angka tersebut akan menahan masyarakat untuk menjadi konsumtif atau bahkan sampai tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan tidak lagi meminjam uang di bank.

Penyebab Inflasi Mesir
Ada banyak penyebab inflasi dalam suatu negara, baik dalam atau luar negeri. Adapun inflasi Mesir disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
- Perang Rusia-Ukraina
Dalam kenyataannya, Mesir adalah salah satu negara yang bergantung pada impor, yatu gandum. Hal ini menyebabkan harga gandum melonjak tinggi. Padahal, Mesir adalah salah satu negara dengan importir biji-bijian terbesar di dunia. Tingkat inflasi pada volatile food sebesar 40.25% (Feb, 2023).
- Devaluasi mata uang lokal
Devaluasi adalah kebijakan pemerintah dalam menurunkan nilai mata uang. Salah satunya bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor terhadap luar negeri. Dengan menurunkan nilai mata uang lokal, harga ekspor akan lebih murah terhadap dolar. Harapannya, ekspor negara Mesir akan dilirik negara lain dan akan meningkat secara signifikan. Adapun keputusan pemerintah ini sengaja diambil dengan tujuan lain yang dimuat dalam alarabiya.net. Devaluasi mata uang lokal ini juga merupakan bagian dari perjanjiannya dengan pinjaman IMF baru-baru ini.
- Krisis Ekonomi
Selain memiliki hutang 85,6% dari ukuran ekonominya, Mesir telah menyumbangkan banyak modalnya kepada bidang militer yang telah melemahkan sektor swasta. Pengeluaran militer diberikan kepada transportasi, bensin, stasiun, dan lain-lain. Pemerintah juga mencoba untuk meminjam US$ 3 miliar kepada IMF guna memperbaiki ekonomi negeri ini.
Investasi pemerintah pada proyek megah ‘ibu kota baru’ yang meliputi Kementerian Pertahanan (www.cnbcindonesia.com, 13 Februari) juga menghambat sektor swasta untuk bersaing dan menciptakan lapangan kerja baru.
Posisi Rupiah 2023
Negara Indonesia adalah negara yang tidak akan mendapatkan dampak signifikan dalam krisis energi 2023, tidak seperti negara-negara Eropa lainnya yang menggantungkan diri pada impor Rusia atau Ukraina. Dalam pemaparan channel youtube Ngomongin Uang, setidaknya ada tiga faktor ketahanan Negara yang mempengaruhi resesi atau lambatnya perekonomian negara, yaitu ketahanan sektor energi, pangan, dan finansial.
Pertama, ketahanan sektor energi. Dalam sektor ini, Indonesia memiliki batu bara melimpah yang tidak banyak membutuhkan impor dari luar. namun dalam BBM, Indonesia mungkin akan sedikit menaikkan harga jualnya. Kedua, ketahanan sektor pangan. Produktifitas beras Indonesia meningkat pada tahun 2023 dan memiliki cadangan 6,05 juta ton untuk tahun ini. Pemasok gandum Indonesia juga bukan dari Ukraina. Ketiga, ketahanan sektor finansial (perbankan). Rasio kredit macet Indonesia sangat kecil dan modal perbankan yang mencapai 24,6%, menunjukan bahwa Indonesia tidak perlu cemas untuk menghadapi tahun 2023.
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, inflasi negara ini juga tergolong baik. Meskipun begitu, nilai tukar Indonesia terhadap dolar diperkirakan akan naik pada tahun selanjutnya, yang akan mengurangi sedikit pertumbuhan ekonomi Indonesia. Inflasi kemungkinan akan meningkat, namun tergolong ringan dan masih terkendali.

Kesimpulan dan Saran
Setelah banyak mengarungi inflasi dari kedua negara, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi inflasi yang kecil. Hal ini berdasarkan ketahanan sektor dari pemaparan sebelumnya yang tergolong aman. Tapi bagaimanapun, resiko resesi yang menghantui dunia ini tidak bisa dinafikan karena perang Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut. Stabilitas rupiah juga dianggap mumpuni oleh Menteri Keuangan Indonesia untuk menghadapi krisis energi 2023.
Sayangnya untuk inflasi pound Mesir, belum bisa diharapkan kestabilannya. Karena Mesir telah banyak menghadapi resiko-resiko besar pada perekonomiannya di tahun ini. Dengan menunggu keputusan naiknya suku bunga yang akan diumumkan pada akhir kuartal pertama yaitu bulan Maret, akan menjadi salah satu langkah selanjutnya bagi kejelasan inflasi pound Mesir nanti. Namun pada tahun ini, kemungkinan besar inflasi pound terhadap dolar akan terus meningkat. Dugaan dari Internasional Societe Generale Bank dan Credit Suisse, harga nilai tukar pound terhadap dolar digadang-gadang akan mencapai 34 pound.
Untuk menghadapi inflasi, sebagai mahasiswa yang menggunakan dua sampai tiga mata uang di negeri yang harga komoditas pangannya semakin meningkat berkali-kali lipat, setidaknya ada dua solusi sederhana yang dapat menyelamatkan dompet masisir. Pertama, mengevaluasi keuangan. Contohnya dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, menyisihkan dana untuk kebutuhan pokok, dan mempunyai dana darurat. Kedua, mengalokasikan harta pada aset yang beresiko rendah, seperti emas, deposito, dan lain-lain.
Walaupun kita hidup di tengah-tengah krisis energi, potensi kita sebagai mahasiswa intelektual tidak akan tegerus oleh zaman hanya dengan masalah ekonomi. Ekonomi dan fokus mahasiswa pada bidangnya masing-masing di negeri orang tak hanya sekedar menimba ilmu, namun juga pengalaman hidup. Tak ada salahnya untuk sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.