Judul Buku : Dalam Mihrab Cinta
Nama Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Ihwah Publishing
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Tebal Buku : 266 Halaman
Cetakan : ke-IV, Juli 2007
ISBN : 978-602-98221-4-4
Oleh: Muhammad Iqbal Zia Ulhaq
Penulis adalah Kru Website Manggala 2022/2023
Perbuatan buruk merupakan salah satu hal yang harus kita hindari. Apalagi bagi kita seorang muslim, harus senantiasa berbuat baik kapan pun dan di mana pun. Perbuatan baik akan diganjar dengan pahala, sedangkan perbuatan buruk akan diganjar dengan dosa. Perilaku buruk wajib dihindari, jika tidak, hal tersebut akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Salah satu dosa besar yang amat merusak adalah fitnah. Fitnah adalah menuduh orang lain melakukan keburukan, padahal orang tersebut tidak melakukannya. Sebagaimana yang kita ketahui, fitnah merupakan dosa besar dan sangat berbahaya sehingga bisa merusak seseorang. Hal yang disebut Fitnah ini dikemas dalam sebuah novel yang berjudul “Dalam Mihrab Cinta” karya penulis terkemuka; Habiburrahman El Shirazy.
Dalam novelnya, pria yang biasa disapa “Kang Abik” ini menceritakan tentang seorang santri yang difitnah mencuri uang oleh temannya yang menyebabkan kehidupannya berubah. Diawali dengan fitnah tokoh yang bernama Burhan kepada Syamsul, hingga menyebabkan ia dikeluarkan dari Pondok Pesantrennya.
Konflik semakin rumit manakala Syamsul dikeluarkan dari pesantrennya yang menyebabkan ia tidak dipercayai lagi oleh keluarganya. Bahkan, keluarganya percaya bahwa syamsul merupakan seorang pencuri yang sebenarnya. Tak kuat dengan kondisi yang dialami, Syamsul pun kabur dari rumahnya. Karena orang-orang menyebutnya seorang pencuri, tak disangka Syamsul pun benar-benar melakukan hal tersebut di kemudian hari. Ia melakukan aksi pertamanya di bus setelah kabur dari rumahnya. Nahas, ia terpergok polisi atas perlakuannya tersebut, yang mengakibatkan ia harus mendekap di dalam penjara.
Keluarganya mendengar berita tersebut dan sudah terbukti bahwa Syamsul merupakan seorang pencuri. Namun, adiknya Nadia tidak percaya kakaknya melakukan hal tersebut. Ia mendatangi kakaknya yang sedang ditahan dalam jeruji besi dan membebaskannya. Tak bisa lagi menahan kakanya, Syamsul pun akhirnya kabur menaiki sebuah bus menuju Jakarta. Lantas apakah syamsul benar-benar menjadi seorang pencuri ataukah ia menjadi seorang yang bertaubat di kemudian hari?
Buku ini tergolong buku fiksi, di dalam novelnya ini penulis menyajikan cerita dengan nuansa roman religi yang penuh makna. Penulis menuangkan alur cerita yang diawali dengan kehidupan di pesantren yang mana sang penulis sendiri mempunyai latar belakang pesantren yang kuat, bahkan mungkin alur cerita di awal diangkat dari kisah yang penulis alami semasa mengenyam pendidikan di pesantren.
(BACA JUGA: Habits yang Baik; Kunci Kesuksesan)
Gagasan yang penulis sajikan ke dalam novel ini adalah bahayanya fitnah dan adu domba terhadap orang lain. Sebagaimana yang kita ketahui dalam agama Islam, fitnah merupakan salah satu dosa besar yang harus dihindari bagi kaum muslimin, karena dampak dari fitnah itu sangatlah dahsyat. Dalam hukum Islam, fitnah juga sering disebut dengan Al-Qadzaf dan dikategorikan sebagai kejahatan yang sangat besar. Bahkan, Allah Swt. menjanjikan neraka jahanam bagi para penyebar fitnah. Mereka akan didera sebanyak 80 kali dan kelak tak akan masuk surga. Selain menimbulkan penyesalan dan dosa besar, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.
Beranjak dari hal tersebut penulis merangkai gagasan tersebut menjadi sebuah novel yang menghadirkan cerita yang menarik di dalamnya. Selain itu penulis menjadikan novelnya sebagai wadah yang tepat untuk menyampaikan pesan dakwah syariat Islam kepada pembaca.
Pembaca dapat merasakan dampak dari fitnah itu sendiri, diawali dengan tuduhan pencurian yang dilancarkan oleh lingkungan sekitarnya kepada Syamsul, hingga kehidupannya berubah. Bahkan, ia sampai nekat benar-benar mencuri walaupun pada akhirnya ia mengembalikan kembali uang curiannya tersebut.
Penulis bisa mengemas sudut pandang dengan baik, di dalam bukunya penulis menggunakan sudut pandang orang ke-3 pelaku utama, yang membuat pembaca bisa merasakan konflik-konflik yang terjadi dan bertanya-tanya akan kelanjutan dari setiap alur kisah yang disajikan, diawali dari kisah konflik di pesantren hingga aksi pencopetan dan perantauan ke ibu kota, seolah-oleh pembaca dibawa kembali ke masa tahun 2000-an. Dengan demikian penulis bisa menuangkan kondisi sosial yang terjadi pada zaman itu.
Tak hanya itu, ilustrasi dan watak tokoh dalam cerita dapat tergambarkan dengan baik oleh penulis, mulai dari syamsul yang sabar ketika difitnah, hingga kekejaman dan kelicikan burhan sangat tergambarkan dalam cerita. Selain itu, gaya bahasa yang disajikan tergolong ringan dan mudah dipahami, hal ini dimaksudkan penulis agar karyanya bisa dinikmati oleh pembaca dari semua kalangan. Penulis bisa menyajikan alur cerita dengan baik, yang di dalamnya terdapat banyak pelajaran yang bisa diambil, salah satunya bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari sebuah fitnah yang keji, yang mana sebagai seorang muslim kita telah mengetahui bahaya fitnah itu sendiri, dan penulis berhasil mengemasnya menjadi sebuah novel yang best seller di zamannya.
Menurut saya novel ini sangat bagus untuk dibaca, penulis dapat menyampaikan ide dan gagasan yang baik. Selain menggambarkan nuansa pesantren di awal, sudut pandang yang disajikan penulis membuat pembaca bisa merasakan kondisi sosial pada saat itu, sekaligus juga bisa mengambil manfaat dan hikmah dari kisah tersebut. Bahwasannya sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa menaati syariat Islam dan selalu bersabar akan cobaan yang menimpa diri kita, agar kehidupan kita menjadi damai dan sejahtera.