Rate Your Day

Ilustrasi gadis berkacamata. (Sumber: kibrispdr.org)
Ilustrasi gadis berkacamata. (Sumber: kibrispdr.org)

Oleh: Khadijah bintu Nur

Penulis adalah Peserta Dwara Aksara Manggala Desember 2021

Ting!

Notifikasi dari sebuah aplikasi bernama “Rate Your Day” muncul di atas panel ponsel seorang gadis berkacamata bulat.

It’s 09.00 pm now! Don’t forget to rate your day before you sleep! (Sekarang sudah pukul 09.00 pm! Jangan lupa ‘tuk menilai harimu sebelum tidur)” Gadis berkacamata itu, dengan ekspresi datarnya menekan notifikasi tersebut. Tampilan berwarna warni dengan tulisan ‘Friday, 7 May 2021‘ terpampang, tak lupa dengan tabel presentasi dan 10 jenis emoji di bawahnya.

Tanpa pikir panjang, gadis itu menekan emoji nomor dua, yang berarti hari yang buruk. Sedetik kemudian tampilan ponselnya berubah menjadi halaman kosong dengan tulisan

“Sayang sekali, hari yang buruk, ingin tinggalkan pesan untuk hari ini?”

Gadis itu dengan segera menekan tombol lewati, mematikan ponsel serta melemparnya ke tepi kasur, dan melepas kacamatanya. Ia kemudian menarik napas panjang. Hari ini memang hari yang buruk baginya, ah ya, sebutlah namanya May.

Bagaimana mungkin hari ini bukan hari yang buruk bagi May. Penindasan sebagai gadis berkacamata di sekolah sangat sering sekali menimpanya. Belum cukup sampai di situ, hari ini saat ia ingin membeli softlens sepulang sekolah, ia bertemu dengan segerombolan penindas dan kembali disudutkan. Ketika ia pulang, kedua orang tuanya masih bekerja dan tak ada di rumah. May hanya makan yoghurt di kulkas. Dengan seluruh kekesalan, ia beranjak ke kamar dan segera melempar diri ke kasur.

Sudahlah, besok akan menjadi hari yang indah, besok kau akan mengambil softlens-mu, masa penindasanmu pun akan habis. Besok juga kau ada Olimpiade Bahasa Inggris di sekolah, orang tuamu berjanji akan membawamu ke toko buku setelah olimpiade dan makan bersama, besok bukan hari yang buruk, ‘kan? Gumam May mencoba menghibur dirinya sendiri.

***

Rasanya hari yang cerah pagi itu hanyalah ilusi.

“Maaf ya, Dek. Pesanan Adek kemarin itu sudah saya catat, tapi kata teman-teman Adek, pesanannya dibatalkan,” ucap Penjaga Toko Optik di depannya.

May terpaku dan mengerjap matanya. Teman-teman? Sekelompok penindas itu? May meremat tangannya, disaat seperti ini ia harus bersabar.

“Oh gitu ya, Pak. Ya udah Bapak catat lagi saja pesanan saya, saya gak batalin pesanannya kok.” May berusaha mengucapkan sepatah kalimat itu dengan senyuman.

“Iya, Dek, baik. Maaf ya sebelumnya, Insyaallah besok bisa diambil, kok, softlens-nya”

“Iya, Pak, gak apa-apa”.

May menarik napas sekali lagi, mencoba menenangkan diri, memesan taksi online dan melaju ke lokasi olimpiade.

***

“Maafin Ibu ya, May.”

May membeku di tempat, tak ingin mepercayai kalimat wanita di depannya. Bagaimana bisa di hari H olimpiade namanya tiba-tiba tidak tersedia dalam daftar peserta, lebih tepatnya, namanya ditukar dengan peserta lain. Parahnya, wanita itu tak bisa memberi tahu apa alasan dan dengan siapa namanya ditukar.

“Tapi, Bu, saya kan pendaftar sah, bahkan Ibu sendiri yang menawarkan saya untuk mendaftar di olimpiade ini!” May mencoba protes sekali lagi, bukan apa-apa, ia juga sudah mempersiapkan diri untuk hari ini.

“Maaf, May, keputusannya sudah tetap!” Tegas Wanita itu.

May memasang muka tidak percaya. Tetap? harusnya namaku yang tetap ada di sana! Siapa pula yang menggantikan namaku, hah?! Gumamnya kesal. Masih dengan embusan napas tak percaya, ia keluar dari audoitorium. Berniat kembali pulang.

“Hai, May.” Sapaan tak asing tiba di telinganya. Itu Tiara, manusia yang tak pernah bosan menindas May.

May pun berhenti. Haruskah hari ini aku mendapat penindasan lagi? Bukankah hari ini juga sudah sangat buruk untukku?

“Oh, jangan khawatir, May. Sepertinya hari ini hari keberuntunganmu. Aku tidak akan menganggumu untuk hari ini.” Tiara berlagak sok manis, mendekati May dan menepuk seragamnya, seolah merapikan.

“Apa maumu?” tanya May datar, tak mungkin tanpa alasan Tiara mau berhenti mengganggunya.

“Ah, tega sekali kau, May. Kau tidak percaya padaku?” Tiara sekali lagi berlagak manja.

Menjijikkan, batin May.

Seluruh peserta olimpiade bahasa inggris, matematika, dan sains, harap segera berkumpul di auditorium.” Terdengar panggilan dari pengeras suara.

“Oh, panggilan untukku, wish me luck, May, sampai jumpa!” Tiara melambai dengan senyum tanpa dosanya.

May tertegun, seingatnya Tiara tak mengikuti olimpiade. Masih dengan perasaan terkejut, ia pun berbalik mengikuti arah jalan Tiara. Tubuh May segera lemas saat melihat gurunya menyerahkan papan nama berwarna ungu pada Tiara, papan nama untuk peserta Olimpiade Bahasa Inggris.

May berkaca kaca. Mengapa takdir begitu kejam?

Ting! Sebuah notifikasi masuk ke ponsel May.

Kau tau, ‘kan? Uang lebih bernilai ketimbang bakat. -👑

May meremat ponselnya, menghapus air mata, dan mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah kemudian dengan segera memesan taksi online. Rumah adalah satu-satunya tujuan May sekarang.

Drrt … drrt … drrrt. Tiba-tiba sebuah panggilan masuk; Ayah. May segera mengangkat teleponnya.

“May, maafkan Ayah, ya. Hari ini Ayah dan Ibu ada rapat mendadak, jadi tidak bisa membawamu ke toko buku dan makan sesuai janji kita. Setelah Olimpiade segeralah pulang, maafkan kami ya, Nak.”

“Ayah, aku—” Ucapan May terputus.

Tuut … tuut …

May kehabisan kata-kata, menjatuhkan tangannya, dan berdiri kaku. Hari ini semua kata ‘maaf’ benar-benar memuakkan di telinganya, juga langit cerah benar-benar hanya tipuan baginya. Hari ini tak ada yang namanya keberuntungan untuknya, hanya lelucon yang dilontarkan kepadanya. Hari ini, sungguh ….

Excuse me, hello, do you hear me? Miss? (Permisi, halo, kamu dengar saya? Nona?)”

May mengangkat kepalanya cepat, segera tersadar dari alam pikirannya.

Yes?” jawabnya reflek.

Ah, thank godness, can you speak english? However, i’m getting lost. (Ah, syukurlah, kamu bisa   berbahasa inggris? Bagaimana pun, aku tersesat)” May menatap seseorang di depannya. Wanita bule tinggi dengan mata biru dan aksen britishnya. Satu lagi yang membuat unik wanita di depannya, dia memakai kain kepala berwarna coklat, sama dengan dirinya, hanya saja ia memakai kerudung berwarna warna putih.

Ou, yeah of course. (Oh, ya, tentu saja)” May mengerjap-ngerjap, kembali mengembalikan diri ke alam nyata.

I’m heading to this coffe shop, i had a promise with my friends, but i dont know what transportation that can take me there, (Aku sedang menuju kafe ini, aku janji bertemu dengan temanku, tapi nggak tau harus naik apa buat ke sana)” ucap bule itu menunjukkan foto coffe shop yang ia maksud.

Ah, don’t worry, this coffe shop is near with my house you can go with me using online taxy, (Ah, jangan khawatir, kafe ini ada di dekat rumahku, kamu bisa ikut aku menaiki taksi online)” jawab May tersenyum.

Really? Thank you so much dear. (Benarkah? Terima kasih manis)” Bule itu tersenyum kegirangan.

Selanjutnya May dan bule yang memperkenalkan diri sebagai Jessica itu pergi bersama menggunakan taksi online yang dipesan tadi. Jessica bercerita tentang banyak hal, soal dia yang masih baru berada di Indonesia, niatnya untuk kuliah di universitas ternama di Indonesia, juga ia yang belum mengerti bagaimana caranya menggunakan taksi online. Karena di negaranya, ia lebih sering menggunakan bus atau kereta. May menanggapi semua cerita Jessica dengan senang hati. Hanya dalam 15 menit mereka sudah tiba di tujuan.

May, i’m sorry …,” ucap Jessica saat akan membuka pintu mobil.

Uh, jangan kalimat maaf lagi, keluh May karena ia segera teringat dengan segala insiden menyebalkan hari ini.

I just have this to say thanks to you. (Aku hanya punya ini untuk mengucapkan terima kasih padamu)” Jessica mengeluarkan cokelat dan sebungkus roti. May dengan tatapan kosong menerima pemberian tersebut.

And by the way, your glasses was so cute, it fit you, you look beatiful with it. (Omong-omong, kacamatamu imut, sangat cocok denganmu, kau tampak cantik dengan kacamata itu)” Jessica tersenyum tulus, muka May memerah “Bye May, thanks for all, see you later. (Dah May, terima kasih banyak, sampai jumpa lain waktu)”

Jessica melambai untuk terakhir kalinya dan menutup pintu taksi.

***

May membuka pintu rumah. Ayah dan ibunya benar benar belum pulang. Ia mengembuskan napas, setidaknya ia masih anak yang baik, sebelum masuk ke kamar ia mencoba membereskan apa yang bisa dibereskan di rumah. May menghabiskan sore dengan melukis wajah Jessica di kamar berdasarkan ingatannya.

Waktu terus berlalu, hari sudah malam. May beranjak ke kasur. Menyerah untuk menunggu ayah dan ibunya pulang.

Ting! Sebuah notifikasi tiba-tiba muncul

It’s 09.00 pm now! Don’t forget to rate your day before you sleep!

May menekan notifikasi, menatap layar begitu lama saat tulisan “Saturday, 8 May 2021′ dan sepuluh emoji tertampang di hadapannya. Dengan senyum tipis May menekan emoji ke 10.

“Waw! Hari yang luar biasa! Ingin meninggalkan pesan untuk hari ini?”

May mengetik pesan singkat, dengan ukiran senyum halusnya.

Seluruh hari ‘kan terlihat indah, seluruh langit di tiap hari ‘kan menjadi cerah, jika kau memaknai hari bukan berdasar sampul, melainkan isinya.”

May menekan tombol selesai, melepas kaca mata dan segera terlelap.

***

Drrt … drrt ….

Kabar malam. Sebuah auditorium dari sebuah sekolah menengah pertama dikabarkan mengalami kebakaran, akibat kecelakaan dalam Olimpiade Sains yang diselenggarakan pada 8 Mei 2021. Hingga kini belum diketahui jumlah korban dari kecelakaan tersebut berikut kabar selengkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *