Beberapa hari yang lalu, beredar kabar burung bahwa WNI yang positif Covid-19 kembali bertambah satu orang, dan aura panik pun kembali mendesak ke permukaan. Tentu kita ingat klarifikasi dari Tim Medis KBRI pada 23 Juni lalu terkait salah satu mahasiswa Indonesia yang positif terkena virus pandemik ini. Beberapa tanggapan yang menggambarkan kepanikan muncul di sosial media. Saya ingat ada banyak perbincangan di grup-grup whatsapp mulai dari saling melempar kekhawatiran hingga permintaan-permintaan untuk kembali ke tanah air. Apakah andai-andai kita akan bertambahnya Masisir terjangkit Covid-19 benar adanya?
Mesir sendiri merupakan titik episentrum ketiga terbesar di Dunia Arab setelah Saudi dan Qatar. Pada grafiknya menunjukkan jumlah kasus baru yang terus meningkat. Tercatat rata-rata ada 1000 kasus baru per harinya, dan bahkan pernah menembus angka 1500 dengan catatan kematian tidak kurang dari 70 jiwa per hari. Dengan kondisi seperti ini maka andai-andai kita akan bertambahnya Masisir terjangkit Covid-19 bukanlah hal yang jauh dari kata mustahil.
Dalam situasi yang mengkhawatirkan seperti saat ini, tentu kita perlu menyikapi fakta dengan benar. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus kita lakukan, yaitu:
Filter Informasi
Kita ambil contoh kasus dari lingkungan yang paling dekat dengan kita sebagai Masisir. Seperti yang saya singgung di atas, bahwa beberapa hari yang lalu beredar kabar bahwa WNI positif corona bertambah satu orang. Yang lebih membuat saya khawatir adalah posisinya tidak jauh dari tempat saya tinggal. Namun setelah mencari tau lebih lanjut, bertabayun ke beberapa sumber, kejelasan yang ditemukan adalah informasi tersebut tidak benar.
Di tengah kekacauan akibat si covid-19, ada banyak sekali berita simpang siur, informasi palsu, atau informasi yang belum jelas kebenarannya apalagi di dunia maya. Informasi-informasi seperti ini jika tidak dicari tahu kebenarannya bisa jadi berbahaya. Bukan hal mustahil terjadi kekacauan seperti kepanikan masal.
Karena itulah Allah memerintahkan umat Islam untuk bertabayun dan meneliti sebuah informasi tanpa menelannya bulat-bulat. Firman-Nya dalam surat Al-Hujurat ayat 6 menjelaskan, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Tetap tenang
Di tengah keruwetan pandemi ini, adalah hal yang wajar jika kekhawatiran, kecemasan, dan takut berlebihan mencuat di tengah-tengah masyarakat. Tidak tahu siapa, kapan, dan bagaimana Covid-19 akan menginfeksi orang-orang sekitar atau bahkan diri sendiri cukup untuk membuat beban pikiran sebelum meninggalkan rumah. Terlebih setelah mendengar berita bahwa salah satu Masisir yang terkena virus ini.
Pikiran-pikiran seperti “Bagaimana jika saya pernah berinteraksi dengan seorang carrier Covid-19 tanpa saya ketahui?” Atau “Bagaimana jika saya pernah berinteraksi dengan orang yang pernah berinteraksi dengan ybs?”. Dan masih banyak pertanyaan serupa yang menyebabkan over thinking, kemudian memicu stres dan membuat panik diri sendiri. Tentu kita tahu jika panik sama sekali buka solusi dari problem yang sedang hadapi.
Panik dan stres hanya akan melemahkan tubuh, sedangkan kebalikannya: Tenang dan berpikir positif akan memberikan dampak yang baik pula untuk kesehatan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Sina: “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, kesabaran adalah permulaan kesembuhan.”
Jangan Abai
Setelah menghabiskan waktu setengah tahun melihat angka-angka kasus Covid-19 yang terus meningkat. Tidak sedikit masyarakat yang akhirnya malah menjadi abai terhadap virus yang sedang viral ini. Tidak sedikit juga yang menjadi tidak peduli terhadap protokol kesehatan yang telah ditetapkan; seperti tidak memakai masker, atau tetap beraktivitas secara masif di luar rumah tanpa hal mendesak. Ah, saya jadi ingat melihat bus-bus yang diisi ramai penumpang hingga membludak.
Di sisi lain yang lebih parah adalah bersikap abai terhadap upaya-upaya yang dianjurkan paramedis dan hanya mengandalkan tawakal kepada Allah. Tentu saja berserah diri bukanlah hal dengan konotasi buruk. Akan tetapi jika berserah diri tanpa berusaha mencegah penularan dengan mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan maka sama saja dengan sia-sia.
Maka andai-andai Masisir suspect Covid-19 bertambah tentu tiga hal di atas perlu kita perhatikan. Terakhir, meskipun berita-berita yang beredar tidaklah selalu 100 persen benar, sensor waspada masing-masing kita tetap harus menyala. Jangan lengah! Stay safe!
Baca Juga Artikel Lainnya: “Pandemi Covid-19, Rancangan ‘Sekelompok Orang’?”
Oleh : Ayu Husni
Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo