Bola Panas 90 Juta

Uang Raib PPMI Mesir
Dok. Manggala

“Masisir M-nya mengejutkan ya.”

“Kok bisa?”

“Ya itu buktinya, uang organisasi bisa dipakai buat ngopi-ngopi”

Kira-kira begitulah reka percakapan singkat saya dengan salah satu teman kepercayaan. Tak terasa, kami menerjang dinginnya malam dengan obrolan-obrolan hangat soal bagaimana Bendum tahun itu menggunakan uang PPMI untuk mencukupi kebutuhan pribadi. Berselang satu tahun, temanya masih sama, soal uang. Bedanya, yang ini katanya ‘musibah’.

Sebagai konteks, tautan berikut adalah kronologi resmi yang disampaikan oleh PPMI Mesir: https://www.ppmimesir.or.id/sebuah-transparansi-kronologi-musibah-yang-menimpa-ppmi-mesir/ Namun, semakin kita membaca kronologi ini, semakin kening kita berkerut. Oleh karena itu, Pada tulisan ini penulis mencoba untuk mengurai fakta-fakta yang janggal dan mengganjal perihal ‘musibah’ yang menimpa PPMI Mesir.

Setidaknya, ada empat permasalahan pokok yang penulis anggap janggal dan mengganjal. Selain itu, keempat poin ini juga menjadi bentuk autokritik bagi organisasi tercinta kita di Mesir. Berikut poin-poin yang dimaksud:

Pertama, penulis tidak akan terkejut jika pada masa mendatang dana milik PPMI Mesir raib digondol Tuyul. Karena skenario terburuk yang pernah kita bayangkan, mulai dari dipinjam, dipakai untuk keperluan pribadi, hingga ‘musibah’ terambil oleh orang lain sudah pernah terjadi. Sudah saatnya saya kira, kita mulai membayangkan skenario di luar nalar (tanpa bermaksud mengerdilkan peristiwa sekarang) skenario liar, skenario yang benar-benar absolute cinema. Skenario gila yang akan menjadi buah dari buruknya tata kelola keuangan serta eksekusi yang belum matang. Sama seperti buah-buah busuk yang telah dipetik tahun-tahun sebelumnya.

Kedua, dijelaskan bahwa RB, teman intern Alfan yang kebetulan dititipi satu paket ATM ini bertempat tinggal dekat dengan Ari Pratama Syuhada alias si Penulis yang sudah sampai di Tanah Air pada 24 Desember 2024. Dijelaskan juga bahwa Ari Pratama Syuhada ini akan menjadi pihak penerima dari ATM yang dititipkan pada RB. Kalau kita cermati lagi, sejak siang 27 Desember 2024 ketika Z menghubungi Alfan via video call untuk memberitahukan bahwa satu paket ATM sudah berada di tangan RB. Tidak ada inisiatif dari si Penulis selaku penanggungjawab setelah Alfan untuk mengambil secara langsung paket ATM tersebut.

Sebagaimana yang dijelaskan, Penulis hanya menunggu. Menunggu sambil berharap bahwa RB segera menuntaskan urusannya di Bandung. Entah mungkin yang dibayangkan oleh penulis bahwa proses pemindahan tangan satu paket ATM perlu ritual yang sakral, melibatkan begitu banyak sumber daya, serta memakan waktu yang sangat lama. Logikanya, kalau memang ATM tersebut penting atau setidaknya dianggap penting, Penulis akan melakukan apapun agar ATM tersebut ada di tangannya. Entah menaiki WHOOSH, Prima Jasa, Aragon Transport, Day Trans, bahkan bisa saja sekadar melipir ke Jakarta untuk menaiki KA Parahyangan atau Serayu. Entahlah, ada banyak jalan menuju Roma, tapi bukan untuk mereka yang tak mau berusaha. Hingga akhirnya, dalam rentang tanggal 16 – 24 Januari 2025 terjadi puluhan transaksi di luar sepengetahuan PPMI.

Tindakan Ari Pratama ini dapat dianggap sebagai kelalaian yang mengakibatkan kesalahan fatal. Sama seperti yang dilakukan oleh Alfan. Akibat dari pilihannya untuk menunggu ATM tersebut, raib sudah 90 Juta milik PPMI Mesir. Sikap ini juga dapat menjadi gambaran bagaimana kedua belah pihak saling melempar tanggung jawab. Di satu sisi, Alfan tidak mengirimkan paket ATM pada Ari Pratama hingga sebelum ia berangkat. Pada sisi yang lain, meskipun sudah sampai di Tangerang Selatan pada 24 Desember 2024 dan ada selang waktu 3 hari hingga keberangkatan Alfan, Ari hanya menunggu ATM itu sampai di tangannya.

Ketiga, lebih dari sekedar nominal, tulisan klarifikasi ini justru membuktikan bahwa tidak ada rasa percaya, rasa aman, serta rasa bertanggungjawab yang perlu kita taruh di PPMI Mesir. Sudah tertangkap basah bersalah saja masih berusaha mengintip di balik kata ‘musibah’. Kepada siapa pun penulis dan mereka yang berkontribusi kepala dalam tulisan ini, ketahuilah bahwa KBBI memiliki kata maaf, sesal, dan janji untuk digunakan dalam tulisan klarifikasi tersebut. Alih-alih berkata “Yaudah saya salah, tapi kan ini musibah. Namanya musibah siapa yang tahu.” Setidaknya, berikan rasa percaya dan rasa aman pada 370 masisir yang membaca tulisan klarifikasi ini. Mungkin jajaran akan berpikir bahwa kejadian ini akan menjadi angin lalu, tapi tidak bagi 370 masisir yang kadung membaca tulisan ini.

Keempat, komunikasi publik yang dari tahun ke tahun buruk justru malah kelihatan semakin buruk di tahun ini. Berlindung di balik kata musibah sama sekali bukan langkah bijak untuk menggaet kepercayaan Masisir. Kalaulah paket ATM tersebut sudah berada di tangan Penulis, lalu paket ATM tersebut dirampok seperti daun jeruk milik Sirwandi yang dititipkan pada Dalo, barulah kejadian tersebut dapat dikatakan sebagai musibah. Tapi berhubung ATM tersebut diberikan pada RB, yang mungkin sudah menggunakan uang PPMI Mesir untuk membayar uang muka rumah, maka kata yang pantas untuk menggambarkan itu adalah kelalaian serta kesalahan. Titik sampai disitu, tidak perlu ditambahi embel-embel musibah. Selain itu, jika PPMI Mesir ingin dinilai sebagai organisasi yang transparan seperti judul tulisan klarifikasi, berhenti menjelaskan bahwa PPMI Mesir transparan dan mulailah buktikan bahwa organisasi ini transparan. Tidak perlu repot-repot menggunakan kata ‘transparansi’, yakinkan Masisir bahwa PPMI Mesir memang transparan lewat kebijakan-kebijakannya.

Nasi sudah menjadi bubur, dan uang 90 Juta raib dibawa kabur. Entah berapa program kini terhambat atau tertunda akibat kehilangan ini. Entah pula berapa banyak Masisir yang semakin kehilangan kepercayaan pada organisasi yang seharusnya menaungi mereka. Transparansi yang diharapkan tak kunjung nyata, sementara klarifikasi dengan judul transparansi justru menimbulkan lebih banyak tanda tanya. Pada akhirnya, bukan sekadar uang yang hilang, tetapi juga harapan, kredibilitas, dan keyakinan bahwa kejadian serupa tak akan terulang di masa depan. Satu hal yang pasti, luka ini tak hanya soal angka, tapi juga soal kepercayaan yang kian terkikis.

Oleh: Arif Avianto

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Manggala 2024/2025

 

Response (1)

  1. Apakah dengan berdalih “ini adalah musibah” masalahnya akan selesai? Bagaimana keadaan keuangan setelah “MUSIBAH” ini terjadi? Apa saja konsekuensi kami sebagai anggota organisasi kedepannya, jika 90 jeti itu lenyap tanpa memberi kejelasan kabarnya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *