Judul buku : TERUSLAH BODOH JANGAN PINTAR
Nama penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Sabak Grip Nusantara
Cetakan : ke-5 April 2024
Jumlah halaman : 371 halaman
ISBN : 9786238882205
“iya, teruslah bodoh jangan pintar. Sering-seringlah berkumpul dengan orang tua kampung yang juga sama kerasnya seperti kamu. Sampai mati tinggal di kampung ini. Ratusan tahun anak cucumu begitu-begitu saja nasibnya…”
Novel terbaru karangan penulis ternama yakni Tere Liye telah resmi dirilis di awal februari tahun lalu. Seperti novel-novel sebelumnya penulis yang bernama asli Darwis ini selalu berhasil membuat plot twist yang sulit diprediksi oleh para pembacanya. Meskipun membahas isu yang sangat sensitif dan terkesan kurang menarik, tetapi Tere Liye berhasil mengemas cerita dalam novel ini menjadi bagian-bagian yang sangat seru dan menegangkan. Uniknya novel ini meskipun hanya berlatarkan ruangan 3×6 meter dan sebuah warung kopi, penulis mampu memunculkan cerita yang sangat kompleks dan memunculkan banyak sekali tokoh yang saling berkaitan. Sehingga membuat para pembaca bingung, siapakah tokoh utama dalam novel ini. Menarik sekali bukan?
Secara garis besar novel ini menceritakan sebuah perlawanan dari segelintir orang yang sadar bahwa negerinya sedang tidak baik-baik saja. Mereka sadar bahwa kekayaan alam yang ada di negerinya justru sedang di eksploitasi secara masif dan terstruktur oleh para serigala-serigala buas berbulu domba yang sangat serakah dan hanya mementingkan kelompoknya. Di sisi lain para rakyatlah yang menjadi korban atas tindakan keserakahan yang dilakukan oleh orang-orang yang katanya mewakili suara rakyat, miris.
Dengan menggunakan alur maju-mundur dan mengambil sudut pandang orang ketiga “serba tahu,” novel ini mengungkap kasus-kasus kerusakan akibat proses tambang yang terjadi di balik layar. Bermodalkan keberanian dan semangat membela rakyat-rakyat yang tertindas, enam pejuang—sejatinya tujuh—berkumpul setiap malam di sebuah warung kopi sederhana yang jauh dari keramaian. Mereka merencanakan berbagai hal serta menghadirkan saksi-saksi untuk bisa menunjukan kebenaran yang sebenarnya terjadi kepada tujuh anggota komite independen yang dibentuk untuk memutuskan izin konsesi (pemberian hak, izin tanah oleh pemerintah, perusahaan, individu, atau entitas legal lain) proyek tambang. Akan tetapi dinding yang mereka hadapi sangatlah tinggi.
Hari demi hari berlalu di ruangan 3×6. Saksi demi saksi dihadirkan untuk mengungkapkan hal-hal yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi lawan yang mereka hadapi itu tidak kehabisan cara untuk membungkam kebenaran-kebenaran yang terjadi. Pihak lawan membayar mahal pengacara untuk memuluskan rencana licik mereka. Merekapun turut menghadirkan saksi yang juga telah mereka bayar mahal hanya untuk memutar balikan fakta yang terjadi. Tapi bagaimanapun hasilnya, sejatinya para pejuanglah yang telah memenangkan pertarungan. Setidaknya melawan ego yang ada dalam dirinya.
Membaca novel ini membuat kita sadar bahwa ternyata harga sebuah perjuangan itu sangatlah mahal. Penulis dalam novel ini menceritakan berbagai korban yang harus berlinang air mata, bercucuran darah hingga meregang nyawa hanya untuk memperjuangkan haknya sendiri. Di sisi lain diceritakan pula di beberapa bagian tentang betapa bengisnya cara yang dilakukan para penjajah masa kini dalam memuaskan hawa nafsunya. Segala cara mereka halalkan demi tercapainya segala hal yang mereka dambakan.
Lalu di bagian akhir novel ini, penulis menyempurnakan ceritanya dengan ending yang tak disangka-sangka. Hal ini membuat perasaan para pembacanya sedih sekaligus bahagia akan kehadiran seorang “penyelamat” yang menggunakan cara terakhirnya untuk menutup akhir cerita dari novel ini dengan cara yang elegan.boom!!!
Novel ini cocok dibaca bagi mereka yang ingin mengetahui betapa kejinya para pemangku kebijakan di suatu negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang begitu melimpah. Betapa mengerikannya cara-cara yang mereka lakukan hanya untuk memenuhi nafsu keserakahannya. Novel ini juga mengajak pembacanya untuk lebih peka terhadap masalah seperti suap, korupsi, pertambangan ilegal yang hanya menguntungkan pihak tertentu. Selain itu, novel ini membantu kita untuk tidak menormalisasi tindakan penyalahgunaan regulasi yang telah ditetapkan oleh bangsa ini, sehingga tidak terjadi kerugian bagi satu pihak dan menguntungkan bagi pihak yang lain.
Novel ini pun dikategorikan novel dewasa, diantaranya karena ending cerita yang mungkin tidak relevan bagi anak-anak dibawah umur dan bahkan bisa saja disalahartikan oleh sebagian orang. Meski demikian, membaca novel ini sangat memungkinkan untuk ditamatkan dalam “satu kali duduk” oleh para penikmat sastra karena Tere Liye pintar dalam membangun emosi, dan membangkitkan rasa penasaran bagi penikmatnya.
Oleh : Hawary
Penulis adalah Kru Website Manggala 2024-2025