Manggala, – Kairo “Gus Dur ini tokoh agama, tokoh masyarakat sipil, dan juga tokoh negara. Yang nggak dari beliau cuma konglomeratnya, begitu. Kalau Gus Dur itu konglomelarat, tapi itu hanya soal finansial saja. Di luar dari itu Gus Dur adalah konglomerat, konglomerat gerakan dan perjuangan,” ujar Alissa Wahid yang langsung disambung dengan meriahnya tepuk tangan para peserta.
Itulah satu dari sekian perkataan yang disampaikan Alissa Wahid yang notabene merupakan putri sulung Gus Dur pada sesi kedua puncak acara Gus Dur’s Day dengan tema “Peace and Humanity” yang dilaksanakan pada Ahad (29/01) di Al Azhar Convention Center (ACC), Madinat Nasr, Cairo.
Pada sesi kedua yang berbentuk forum diskusi tersebut, Alissa yang menjadi pembicara bersama Prof. Dr. Usamah Sayyid Al Azhari turut menyinggung soal Gus Dur yang selalu memegang prinsip Trilogi Ukhuwah dalam setiap cara berpikir dan tindakannya.
“Bahwa terhadap sesama muslim kita punya ukhuwah islamiyah. Bahwa terhadap sesama warga negara kita punya ukhuwah wathaniyah. Bahwa kepada sesama manusia kita punya ukhuwah insaniyah dan ukhuwah basyariyah,” tegas Alissa.
Ia pun menyebut bahwa yang menjadi pembeda Gus Dur dengan yang lain adalah beliau senantiasa mengajarkan dan membumikan Trilogi Ukhuwah. Berbeda dengan sebagian ulama lain yang hanya sekedar berbicara tentang hal tersebut tanpa membumikan dan menerapkannya.
“Karena itulah beliau memiliki jejak kerja-kerja bersama dengan orang-orang dari berbagai macam kalangan,” sambungnya.
Berikutnya Alissa menjelaskan tentang keterkaitan Gus Dur dengan Al Azhar. Ia menyebut bahwa Al Azhar adalah salah satu faktor yang membentuk pemikiran Gus Dur.
“Al Azhar itu membentuk pemikiran Gus Dur. Membentuk pandangan Gus Dur. Membentuk dan mengasah kepemimpinan Gus Dur. Dan karena itu melalui Gus Dur, Al Azhar menyentuh jutaan masyarakat Indonesia,” lanjutnya yang kembali mendapatkan tepuk tangan dari peserta.
Terakhir, Alissa berpesan kepada seluruh peserta yang hadir agar senantiasa belajar membuka cakrawala menempuh perjalanan keilmuan agar mendapat bekal untuk menjadi pengubah dunia.
“Apa pun jalan yang teman-teman pilih, apa pun konteks yang teman-teman jalani, jadikan kesempatan ini (belajar di Al Azhar) sebagai bekal utama untuk kita bisa mewujudkan Islam rahmatan lil alamin sebagaimana upaya yang dilakukan Gus Dur. Gus Dur telah meneladankan, saatnya kita melanjutkan,” tutup Alissa.
Reporter: Muhammad Rifqi Taqiyuddin