Manggala, Kairo – Egypt Student Information (ESI) mengadakan seminar dan rihlah ilmiah seputar dunia talaqqi Al-Azhar yang sempat terhenti saat pandemi covid-19 melanda pada Sabtu, (18/11) di Sahah Qozzaz, Gamaliya, Kairo.
“Sebenarnya ini adalah acara tahunan, tapi kemudian tawaqquf (red: terhenti) karena pandemi. Barulah di tahun ini kita adakan kembali,” ungkap Faruq Abdullah Alwin, Lc. selaku Ketua Umum ESI.
Faruq melanjutkan bahwa target sebenarnya dari acara ini adalah mahasiswa baru. Baru di sini tidak hanya berarti baru secara kedatangan, tapi juga secara kesadaran. Misalnya sudah sekian tahun di Mesir, baru ingin ber-talaqqi lagi. Masalahnya adalah banyak dari mereka yang masih kebingungan terkait jadwal, sistem belajar, sistem berbayar atau gratis, dan sebagainya.
Seminar yang dihadiri oleh setidaknya 104 orang tersebut diisi oleh dua pemateri. Pertama, Rizky Andrian, Lc. Pada materinya, ia memaparkan sejarah talaqqi di Al-Azhar mulai dari sejak berdirinya hingga hari ini.
“Talaqqi di Al-Azhar sempat mengalami naik turun. Sampai datanglah Syekh Ali Jum’ah yang menjabat sebagai Pimpinan Ruwaq Al-Azhar saat itu menghidupkan kembali talaqqi di Al-Azhar,” ungkap Rizky Andrian.
Pemateri kedua adalah Faqih Ubaidillah, Lc. yang banyak bercerita seputar metode belajar dan pengalamannya dalam perjalanan talaqqi ke banyak masyayikh seperti Syekh Abdul Aziz Asy-Syihawi dan Syekh Fauzi Konate.
“Asalnya kita ke Mesir ini adalah untuk menuntut ilmu. Jadi aneh kalau misalnya dalam seminggu kita tidak menghadiri satu majelis pun. Terlebih lagi jika ada yang menganggap bahwa di Al-Azhar ini tidak ada ilmunya. Karena bisa jadi itu adalah istidraj dan antum sudah mahjub, terhalang dari ilmu tersebut,” pungkas Faqih Ubaidillah.
Seminar itu pun ditutup dengan penyerahan hadiah untuk empat penanya terbaik, penyerahan sertifikat pemateri, dan foto bersama.
Reporter: Irfan Amrullah Prasetyo
Editor: Fadhil Syukrillah