Oleh: Muhammad Rifqi Taqiyuddin
Penulis adalah Kru Esai Website Manggala 2022-2023
“A leader is a dealer in hope” (seorang pemimpin adalah penjual harapan). Begitulah untaian kalimat yang pernah terlontar dari salah satu pemimpin revolusioner terbesar yang pernah dimiliki Perancis, Napoleon Bonaparte. Kalimat tersebut diucapkan sebagai asa rakyat yang bergantung kepada seorang pemimpin untuk membawa nasib dan masa depan mereka menjadi lebih baik. Rakyat tentu akan menggantungkan banyak harapannya terhadap para pemimpin. Baik itu harapan yang bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun untuk komunitas secara keseluruhan.
Dalam konteks pemilihan pemimpin yang kini di banyak tempat menganut sistem pemilihan umum, seperti pemilihan presiden PPMI misalnya, perkataan Napoleon tersebut amatlah relate dengan keadaan. Bagaimana tidak, para kontestan pemilu berlomba-lomba pada masa kampanye melontarkan berbagai macam harapan soal masa depan suatu komunitas yang dipimpinnya akan lebih cerah dalam bentuk berupa janji-janji manis yang menggiurkan. Ia menjual janji-janjinya tersebut tentunya guna menarik masyarakat agar memilih dan mempercayainya.
Namun sayangnya, jika kita menggali fakta di lapangan dari berbagai fakta dan berita yang tersiar di luaran sana, maka akan didapati banyaknya harapan palsu yang diberikan oleh pemimpin kepada rakyatnya. Tak sedikit janji-janji manis berubah menjadi pahit karena tidak ditepati. Sayang sekali memang, padahal rakyat sudah menaruh harapan besar kepadanya, tapi ia justru mengkhianatinya.
Ingkar Janji, Ciri Orang Munafik
Janji adalah janji. Kepercayaan adalah kepercayaan. Akad adalah akad. Sumpah adalah sumpah. Ketika seseorang sudah berjanji untuk melakukan suatu perbuatan, selagi perbuatan tersebut memang tidak menyalahi syariat, maka janji tersebut harus ditepati. Pun demikian dengan amanah, tatkala seseorang diberikan amanah, maka jelas amanah tersebut harus ditunaikan sesuai dengan porsinya. Sama halnya dengan akad, akad yang telah dibuat dan disepakati harus dijalankan sesuai dengan kesepakatan antara dua pihak yang berakad. Juga tidak jauh berbeda dengan sumpah, ketika sesorang sudah bersumpah atas nama Allah, maka tentu sumpah tersebut harus dijaga dan tidak boleh dilanggar.
Seorang pemimpin yang baik dan tidak munafik, sudah barang tentu akan berupaya sekuat tenaga guna mewujudkan apa yang ia katakan. Ia akan membuat strategi dan rencana yang matang guna merealisasikan apa yang sudah ia janjikan dan tidak akan sedikit pun terbersit pikiran untuk mengingkari apa yang sudah ia tetapkan. Pemimpin juga harus senantiasa menjaga kepercayaan yang sudah diberikan rakyat terhadapnya dengan segenap kekuatan, juga akan selalu menjaga sumpah jabatannya dengan tidak membuat berbagai kebijakan-kebijakan kontroversial yang jutsru malah merugikan masyarakat yang menaruh kepercayaan. Begitulah memang sosok pemimpin yang diharapkan.
Yah, meskipun pada akhirnya penulis juga menyadari bahwa menjadi pemimpin itu tidaklah mudah dan sangat berat. Karenanya tidak heran jika para sahabat nabi pun saling menghindar ketika akan diberikan amanah kepemimpinan. Wajar memang, karena terkadang menjadi pemimpin juga bisa menjadi asbab kebinasaan seseorang di akhirat kelak. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya:
“Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka ialah) Orang tua yang berzina, penguasa yang suka berdusta, dan fakir miskin yang takabur.” (HR. Muslim).
Pun demikian, ketika seorang pemimpin mengingkari janjinya dan mengkhianati rakyat atas kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya, maka ia dapat dikategorikan sebagai orang munafik. Rasulullah Saw. bersabda:
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanah mengkhianati.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dan tentu azab bagi orang yang munafik sangatlah besar sekali bukan? Allah Swt. Berfirman yang artinya:
Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (QS An-Nisa: 145).
So, pemimpin yang suka memberikan harapan palsu bisa dikatakan termasuk orang-orang munafik yang jika berkaca pada nash-nash di atas, akan mendapatkan ancaman yang begitu besar di akhirat kelak. Wal iyaazu billah.
Pemimpin Saat Ini
Mari kita lihat realita yang dapat kita indera sekarang. Dalam hal ini tentu adalah PPMI yang menjadi induk seluruh organisasi Masisir yang kini jumlahnya sudah menjadi belasan ribu dan tampaknya akan terus bertambah setiap tahunnya.
Pada pemilu raya tahun kemarin misalnya, petahana yang kini sekarang menjabat juga tentu melontarkan berbagai janji manis yang tampak sangat menggiurkan bagi yang mendengarnya. Berdasarkan informasi yang penulis dapat, setidaknya diantara janji-janji manis petahana PPMI saat ini adalah dengan membuat beberapa program unggulan berupa:
- EmFour (M4): Maba, Ma’had, Mahasiswa Membaik
- EmTwo (M2): Musaadah Meningkat (Baitul Mal)
- Beasiswa Intif
- Nusantara to The World
- Masisir Berkarya dan Berkontribusi
- Kementerian Perumahan Rakyat
- (SMK) Sehat Milik Kita
- Koordinator Satuan Tugas (Kornasatgas Keamanan)
Selain beberapa program unggulan di atas, terdapat juga beberapa janji kampanye diluar program unggulan. Antara lain:
- Dauratuna
- Pelatihan Pendidikan Bahasa Arab
- Oprek DP Kecapakan Bahasa Arab
- Kitab ke Seluruh Kekeluargaan untuk Diterjemahkan
- Perpustakaan Rakyat untuk Berdialog
Apakah janji-janji yang mereka kampanyekan sudah terlaksana hingga saat ini? Menarik untuk disimak. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari Defri Cahyo Husain, selaku salah satu Dewan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) PPMI ketika dihubungi oleh penulis secara langsung, beliau menuturkan bahwa hingga awal termin 2 ini baru beberapa di antaranya yang sudah separuh terlaksana atau sudah dianggarkan. Tapi memang, ada beberapa lainnya juga yang tidak dianggarkan di RAPBO termin 2, khususnya program beasiswa intif. Bahkan tidak hanya belum terlaksana, ada janji dari petahana yang mungkin mustahil terjadi kecuali jika mereka berani melakukan reshuffle Kabinet. Program yang dimaksud adalah Oprek DP Kecakapan Bahasa Arab.
Oh ya, perlu Anda ketahui, mengenai beasiswa intif, pihak DP PPMI ternyata pada RAPBO termin ini tidak menganggarkan pendanaan untuk program tersebut. Agak aneh memang, katanya mereka menjadikan Beasiswa Intif sebagai program unggulan, tapi kok tidak dianggarkan secara jelas? Bukankah ini adalah suatu isyarat ketidakseriusan untuk mewujudkan program tersebut?
Menarik untuk ditunggu, apakah petahana mampu memenuhi setiap janji manisnya pada termin 2 sekarang? Atau justru ia mengingkarinya sehingga dapat kita cap sebagai tukang ingkar janji alias PHP yang merupakan ciri kemunafikan?
Berpikir Matang Sebelum Berjanji
Masuk pada realita hari ini, sebentar lagi Pemilu Raya PPMI 2023 akan berlangsung. Jika mengacu pada timeline pelaksanaannya, maka pekan ini adalah masa-masa berkampanye dan debat kandidat antara kedua pasangan sebelum masuk pada tahap pemilihan yang akan menentukan siapa pengganti dari petahana yang kini menjabat.
Sebagai seorang rakyat biasa yang menginginkan keadilan dan kesejahteraan bagi bersama, penulis berharap para kontestan yang bertarung agar berfikir secara matang dan realistis sebelum melontarkan janji di khalayak. Hal ini tentu agar di kemudian hari para rakyat tidak merasa dibohongi dan dikhianati oleh janji-janji dan program-program unggulan yang sudah dicanangkan namun pada akhirnya tidak terlaksana.
Selain itu, tentu saja berpikir sebelum berjanji merupakan tindakan yang tepat bagi seorang pemimpin guna terhindar dari dosa dan ancaman yang akan mungkin didapatkan karena mengingkari janji yang sudah ditetapkan. terakhir, semoga Allah senantiasa menyelamatkan kita semua dari sifat-sifat tukang PHP yang merupakan ciri kemunafikan.