Esai, Opini  

Menyingkap Shira’ul Fikri Dalam Piala Dunia 2022

(Sc: Channel Youtube Goal 90)

Oleh: Muhammad Rifqi Taqiyuddin

Penulis adalah Kru Esai Website Manggala 2022-2023

Bagi saya sebagai pecinta dunia sepak bola sedari kecil, Piala Dunia tentu merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu. Betapa tidak, 32 Timnas terbaik dari berbagai belahan benua saling sikut-menyikut demi menasbihkan diri menjadi kampiun ajang bergengsi 4 tahunan yang sangat prestisius tersebut.

Pada edisi yang ke-22 ini, penyelenggaraannya bisa dikatakan sangat spesial dan berbeda dari edisi-edisi sebelumnya. Selain karena pertama kali diadakan pada musim dingin, event ini juga pertama kali berlokasi di salah satu negeri muslim yang terkenal akan kekayaan minyaknya, yaitu Qatar.

Di artikel ini, tentu tidak akan dibahas mengenai review, highlights, atau berbagai hal lainnya seputar sepak bola pada event tersebut. Jika ingin mencari informasi seputar hal-hal yang disebutkan tadi, Anda tentu bisa mendapatkan informasinya secara lebih detail dan lengkap di berbagai kanal olahraga yang berada di dunia maya.

Akan tetapi di sini penulis ingin sedikit menyingkap dan membuka mata para pembaca sekalian tentang beberapa hal menarik yang mewarnai penyelenggaraan Piala Dunia kali ini, khususnya seputar Shira’ul Fikri yang terjadi selama event ini dimulai hingga kini yang sudah hampir memasuki babak knock out.

Shiraul Fikri

Sebagai mahasiswa yang setiap harinya bergelut dengan kosa kata bahasa Arab, tentu tidak akan sulit untuk mengartikan kata yang berbentuk idlofah tersebut. Ya, Shira’ secara bahasa dapat diartikan sebagai sebuah perselisihan, pergulatan atau konflik. Sedangkan Fikr sendiri bermakna pemikiran. Dengan demikian, Shiraul Fikri dapat diartikan sebagai “Pergulatan Pemikiran”.

Sesuai dengan namanya, maka dalam Shiraul Fikri harus ada yang bergulat. Hanya saja dalam hal ini yang menjadi subjek bukanlah individu maupun kelompok yang bersifat materi, melainkan yang menjadi subjeknya adalah pemikiran-pemikiran yang diusung oleh sekelompok atau segolongan orang, yang mana dua pemikiran tersebut saling beradu satu sama lain dengan tujuan mengubah pemikiran khalayak ramai agar mengikuti pemikiran tersebut.

BACA JUGA: “Quarter Life Crisis; Fase Normal Dalam Hidup”

Pergulatan Pemikiran Dalam Piala Dunia Qatar

Pada bahasan sebelumnya, disebutkan bahwa ketika kita berbicara soal pergulatan atau konflik, tentu harus ada dua kubu yang saling berselisih dalam satu atau beberapa perkara. Dalam konteks ini, siapakah pihak yang bergesekan tersebut? Ia adalah Pemikiran Islam yang diwakili Qatar sebagai pihak penyelenggara dengan pemikiran Barat dalam hal ini ide Liberalisme yang diusung sebagian negara Barat yang mengikuti Piala Dunia.

Qatar sebagai negeri Islam yang penduduknya mayoritas muslim tentu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan budaya keislaman. Karena itu, tidak heran jika negara yang sumber kekayaannya berasal dari eskpor minyak alam dan gas bumi ini sejak jauh-jauh hari telah membuat beberapa aturan tegas yang tentunya berlandaskan dari hukum syara.

Di antara aturan yang dibuat oleh negara yang kini dipimpin oleh Emir Syekh Tamim bin Hamad tersebut ialah pelarangan melakukan tindakan seks bebas alias kumpul kebo bagi para pemain dan suporternya yang hadir ke Qatar, larangan perederan minuman keras di stadion, dan tentu saja penindakan secara tegas bagi siapa saja yang membawa atribut maupun simbol yang berkaitan dengan LGBTQ.

Tidak hanya itu, Qatar pun secara halus melancarkan aktivitas dakwah islam yang bersifat elegan. Antara lain dengan pembacaan ayat Qur’an dalam opening ceremony, mural bermuatan hadits, membuat mushala dengan desain terbuka di stadion tempat pertandingan, dan beberapa cara unik lainnya.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan negara dengan Ibu Kota Doha tersebut, tidak heran membuat muak dan menyalakan api kemarahan sebagian negara Barat yang menjadi kontestan Piala Dunia, khususnya mengenai aturan-aturan yang telah dibuat Qatar.

Bagaimana tidak, mereka yang sehari-harinya dapat melakukan aktivitas secara bebas tanpa aturan karena menganut paham Liberalisme, kini selama event tersebut seolah terkekang di penjara karena tidak bisa berbuat sesuka hati layaknya di negara asal mereka.

Wujud kemarahan tersebut tidak hanya dalam bentuk perasaan dan bualan semata, melainkan sudah pada tahap action yang dilakukan oleh beberapa negara. Sebut saja Inggris, Denmark, dan Jerman. Ketiga Negara Eropa tersebut sampai mengancam akan keluar dari FIFA jika tidak diperbolehkan mengkampanyekan isu LGBTQ.

Bahkan, Timnas Jerman sempat melakukan aksi gestur tutup mulut pada sesi perfotoan tim ketika berjumpa dengan Jepang di fase grup. Gestur tutup mulut itu ditunjukkan sebagai wujud protes kepada FIFA dan Qatar yang melarang penggunaan ban kapten One Love yang merupakan simbol dari LGBTQ yang tentu dilegalkan di negara Hitler tersebut.

Tidak hanya dilakukan oleh salah satu Timnas saja, wujud protes tersebut dilakukan oleh para penonton dan juga beberapa awak media. Misalnya, dari beberapa cuplikan video yang penulis saksikan di salah satu platform medsos, di sana terdapat salah seorang wartawan dari Media BBC Inggris sedang meliput jalannya latihan salah satu Timnas sambil menggunakan ban lengan dengan simbol pelangi.

Adapun yang dilakukan oleh penonton, hal tersebut terjadi pada pertandingan Portugal vs Uruguay. Di tengah jalannya laga tersebut, tiba-tiba dari tribun lapangan muncul sosok pria yang dengan pongahnya menenteng bendera pelangi khas simbol kaum LGBT. Tidak hanya itu, dia pun bahkan mengenakan kaos berwarna biru yang sangat kental dengan sentimen politik. Hal ini karena bagian depannya berlogo Superman dengan tulisan Save Ukraina. Adapun bagian belakangnya merupakan tulisan “Respect For Iranian Woman”.

Sikap Seorang Muslim

Harus dipahami bersama, pergulatan pemikiran yang terjadi pada Piala Dunia Qatar merupakan suatu hal yang lumrah dan memang akan menjadi suatu perkara yang akan terus berlangsung hingga hari kiamat kelak. Sebab yang namanya haq (kebenaran) dalam hal ini adalah ide-ide islam akan terus bersebrangan dengan yang bathil (kesesatan) berupa ide-ide kufur seperti Liberalisme, Sekulerisme, dan kawan-kawannya.

Bukankah dulu Rasulullah SAW juga kerap berkonflik secara pemikiran dengan orang-orang quraisy yang menentang dakwahnya? Tidakkah kita ingat ketika Baginda Nabi menawarkan ide-ide islam yang merupakan kebaikan tapi justru malah direndahkan dan diserang oleh Abu Jahal dan sejawatnya?

Karena itu, sebagai seorang muslim tentu sudah selayaknya mengambil sikap untuk berdiri bersama-sama menentang segala pemikiran-pemikiran sesat menyesatkan yang datang dari Barat seperti Sekulerisme dan Liberalisme. Sebab dari kedua pemikiran tersebut lahirlah kebebasan bertingkah laku yang membolehkan seks bebas, tindakan LGBTQ, dan yang semisalnya.

Tidak hanya pada momen Piala Dunia ini saja, aktivitas penentangan tersebut harus terus dilakukan hingga kemudian hari. Hal ini karena jika pemikiran-pemikiran Barat tersebut terus dibiarkan, maka akan menjadi hama perusak generasi muda muslim seluruh dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *