Sebelum Kubisikkan Pah Lawan

Pah Lawan

Sebelum Kubisikkan Pah Lawan
Jemarimu adalah yang paling kuat menggenggam
Lembut mendekap tangis si bayi merah
“Nak..Lahirlah, biarkanku tunjukkan arah. ”

Sebelum Kubisikkan Pah Lawan
Bahumu adalah yang paling kuat menopang
Rengkuh merangkul bebal si anak tuna ramah
Menentang, pecah, dan berulang
Menangis, gentar, dan berulah
Tibalah gerimis saat merinai pula rasa sesal

Bahunya meneduh, menyematkan padaku jaketnya yang lusuh
“Nak..Ayo pulang, ada esok yang masih berulang.”

Sebelum Kubisikkan Pah Lawan
Matamu adalah yang paling tajam menatap
Sendu menangis pada lambaian tangan si gadis manis
Terpaut hampir seluruh
Pada ia yang menawarkan altar sehidup sesurga
Luruhlah bongkahan es di relung jiwa
Sesak melepas bahagia meretas
“Nak.. Satu resah, Penjagaanku untukmu purnakah sudah?”

Sebelum Kubisikkan Pah Lawan
Pah
Terimakasih untuk sedia yang tak pernah tiada.

Baca Juga Puisi Lainnya: Balada Untuk Ayah”

Oleh: Resa Amelia Utami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *