Ledakan Beirut, Hiroshima Mini di Lebanon

Ledakan Beirut, Hiroshima Mini di Lebanon

Belum genap setahun Lebanon diterpa oleh krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya. Pada Selasa (4/8/2020) pukul 18.02 waktu setempat terjadi sepasang ledakan besar di Beirut, Ibu Kota Lebanon. Bagai Hiroshima mini titik nol ledakan Beirut ini menghancurkan sebagian besar Beirut baik itu komplek gudang, restoran, rumah, dan toko di sekitar daerah pelabuhan. Yang hingga Selasa petang, masih berfungsi sebagai jantung kota. Lebanon pun mengumumkan masa tanggap darurat bencana selama dua pekan ke depan.

Tragedi Ledakan Amonium dan Perbandingannya

Diberitakan oleh Guardian.com, malapetaka ini diduga dipicu oleh aktivitas pengelasan untuk perbaikan gudang. Api dari percikan aktivitas itu mengenai kembang api dan menimbulkan ledakan pertama. Sementara ledakan kedua, diduga berasal dari gudang yang tak jauh dari lokasi ledakan pertama. Di dalamnya ada sekitar 2.750 ton  amoniun nitrat, ledakan kedua ini terjadi tak lama dari ledakan pertama.

Dikutip dari reuters.com, Rabu (06/08/20), ledakan tersebut setidaknya menewaskan 145 jiwa. Selain itu juga membuat sekitar 5.000 orang terluka dan merusak bangunan hingga radius 15 klometer. Serta memicu gempa lokal magnitudo 3,5. Suara ledakan bergema dan jendela bergetar di Siprus, berjarak 250 kilometer dari episentrum. Ledakan ini diketahui berkekuatan 1.8 Kilotons. Sementara bom little boy di Hiroshima mempunyai kekuatan sebesar 13 Kilotons. Jadi ledakan ini berkekuatan 15 % dari bom pada tragedi Hiroshima 6 Agustus 1945 Silam.

Palang merah setempat mengemukakan jumlah korban masih akan bertambah, karena ada puluhan dilaporkan hilang. Rumah sakit di Beirut telah penuh, sementara korban hilang terus dicari di lokasi ledakan tak jauh dari kawasan padat penduduk, tempat hiburan malam, dan pusat perbelanjaan. “Saya dulu berada di Palang Merah dan kami melihat banyak hal seperti ini tetapi tidak ada yang sebesar ini. Di ruang gawat darurat untuk pertama kalinya kami tidak bisa menangani semua korban yang kami miliki. Kami harus membuka setidaknya 60 kamar di lantai lain untuk menerima pasien gawat darurat. Kami memiliki 10 ruang operasi yang terbuka secara bersamaan dan ahli bedah beroperasi sepanjang malam sampai jam 8 pagi. Saya kehilangan dua teman saya. ” ucap dr. Fady Hadad seorang spesialis trauma di rumah sakit Dieu, Beirut.

Krisis Sebelum Ledakan

Jauh sebelum ledakan ini terjadi Lebanon sendiri telah dilanda krisis ekonomi yang terburuk dalam sejarahnya. Kondisi ini mengakibatkan lebanon berada dalam kondisi terburuk seperti pada perang sipil 1975-1990. Dikutip melalui bbc.com, lembaga Standard & Poor’s menempatkan Lebanon pada posisi negara dengan hutang rasio tertinggi ketiga di dunia. Hutangnya mencapai US$86 miliar, 150% dari PDB nasional.

Kondisi ini diperparah dengan tingkat penganguran lebanon yang mencapai 25 %. Krisis yang melanda sejak tahun kemarin dipicu oleh salah urus keuangan dan korupsi selama beberapa dekade yang tidak terkendali. Kemarahan pada pemerintah Lebanon dan ketidakpercayaan terus membakar semua kalangan tak terkecuali para petugas medis. “Jika ada negara yang ingin membantu kami, tolong bantu institusi yang dapat Anda percayai,” kata Haddad. “Tidak melalui pemerintah.”

Diberitakan oleh reuters.com, ledakan ini mengakibatkan persediaan gandum, bahan pangan pokok Lebanon, hanya bertahan hingga sebulan karena silo atau gudang penyimpanan di dekat pabrik telah hancur.

Ledakan Beirut, Hiroshima Mini di Lebanon
(Penampakan Puing Silo Gandum di Kawasan Pelabuhan Beirut/Sumber: Guardian.com)
Bantuan Kemanusian dari Negara Lain

Sementara itu ditengah krisis bertubi-tubi yang melanda lebanon. Sejumlah negara pun telah menyampaikan niatan untuk mengirimkan bantuan medis hingga pangan. Dikutip dari bbc.com Inggris siap mengirim ahli medis dan bantuan kemanusiaan ke Lebanon menyusul ledakan mematikan di Beirut, kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab. Raab mengatakan Inggris akan mendukung orang-orang Lebanon pada saat mereka membutuhkan dan menjanjikan paket bantuan £ 5 juta.

Selain itu Turki dikutip dari aa.com, telah mengirim bantuan medis dan kemanusiaan yang terdiri dari 20 tim dokter. Pun, ditambah sekitar 400 ton gandum akan segera dikirim ke Beirut menyusul ledakan selasa kemarin (4/8/2020). Begitu juga dengan negara-negara teluk merupakan yang paling cepat merespon kejadian itu. Qatar mengirim rumah sakit keliling untuk mengurangi tekanan pada sistem medis Lebanon, yang tertekan oleh pandemi virus korona. Kuwait juga mengirim pasokan medis saat Palang Merah Lebanon mengatakan lebih dari 4.000 orang dirawat karena cedera setelah ledakan, yang membuat pecahan kaca dan puing-puing beterbangan.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, dalam panggilan telepon dengan Diab, menawarkan bantuan Washington dan menekankan “Solidaritas dan dukungan kami untuk rakyat Lebanon karena mereka berjuang untuk martabat, kemakmuran dan keamanan yang layak mereka dapatkan”. Sementara Presiden Prancis, Emmanuel Macron melakukan perjalanan ke Lebanon pada hari Kamis kemarin (6/8/2020). Ia merupakan pemimpin dunia pertama yang mengunjungi langsung setelah terjadinya ledakan. Prancis berupaya untuk segera mendorong rekonstruksi di bekas jajahannya itu.

Bak sudah jatuh ditimpa tangga adalah peribahasa yang tepat dengan apa yang di alami oleh Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab. Ia telah meminta “negara-negara sahabat” untuk mendukung negara yang terhuyung-huyung dari krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade serta wabah virus korona yang telah menginfeksi lebih dari 5.000 orang dan menewaskan 68 orang.

Ledakan Beirut, Hiroshima Mini di Lebanon
(Presiden Prancis (tengah) Mengunjungi Lebanon Pasca Ledakan Beirut/Sumber: Guardian.com)

Baca Juga Tulisan Feature Lainnya: “Lebanon, Unjuk Rasa di Negara Rasio Hutang Tertinggi”

Oleh: Fakhri Abdul Gaffar Ibrahim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *