Berbicara tentang kisah Nabi Ibrahim as sangatlah panjang, alur dakwahnya tidak lepas dari tiga kata: pengorbanan, perjuangan dan ketaqwaan. Pengorbanan hijrah meninggalkan kampung halaman, berjuang memerangi berhala mengajak kaumnya menyembah Allah semata, taqwa dan taat menjalankan perintah Allah SWT manakala menyembelih anaknya Ismail as. Semua ini adalah tugas berat kenabian sekaligus kerasulan yang beliau emban, darinya Allah sematkan gelar mulia yaitu sang khalilullah kekasih Allah. Perjalanan dan Doa Nabi Ibrahim dalam perjuangannya menegakan kalimat Allah diabadikan dalam Al-Quran. Kisahnya yang panjang berikut hijrahnya ke berbagai negeri sarat akan perintah ilahi tidaklah cukup dituangkan di artikel singkat ini.
Perjalanan Nabi Ibrahim as
Bermula dari Babilonia Irak lalu hijrah ke Kan’an Syam dan pindah ke Mesir lalu kembali lagi ke Syam. Di antara hijrah tersebut ada satu momen hijrah mulia yaitu hijrah ke Makkah, nabi Ibrahim as bertolak ke Makkah bersama Siti Hajar istrinya dan Ismail as anaknya untuk tinggal di lembah tersebut. momen krusial itu terjadi dimana nabi Ibrahim as diperintahkan Allah Swt untuk kembali hijrah ke syam dan meninggalkan anak istri tersayang di tanah tandus kering kerontang tak berair tak berindang. dengan teguh dan tabah beliau berdoa memohon kepada Allah SWT untuk keamanan dan keselamatan keluarganya, doa tersebut diabadikan dalam surat Ibrahim ayat 35-41, Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ #
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, Ya Tuhan, jadikanlah negri ini (mekkah), negri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala”
Dalam seluruh doa di atas Nabi Ibrahim menggunakan kata Rabb bukan Allah. Dijelaskan dalam tafsir Sya’rawi bahwa kegunaan kata Rabb ialah lebih umum. Mencakup seluruh manusia, sedangkan kata Allah yaitu menjadikan suatu hal menjadi hukum taklif, yang mana terbatas hanya untuk seorang muslim mukalaf.
Kata “Balad” dalam ayat ini terulang untuk kedua kalinya setelah pertamanya berada di surat Al-baqarah: 126 “Rabbi ijal hadza baladan aminan” dan di surat Ibrahim: “Rabbi ijal hadza al-balada aminan” keduanya memiliki makna berbeda. Dalam tafsir Sya’rawi dijelaskan makna pertama “Baladan” yaitu keamanan negri dari segi umum mencakup masyarakat dan pemukimannya, tidak ada ancaman yang mengganggu kota ini, di dalamnya damai dan tentram. Dan kedua “al-balad” dari segi khusus yaitu keamanan untuk makhluk hidup lainnya seperti pohonnya yang tidak boleh ditebang, hewannya tidak boleh dibunuh atau diburu. Banyak kota-kota yang mampu mengamankan yang pertama tapi hanya Makkah yang mampu mengamankan keduanya.
Doa Nabi Ibrahim untuk Makkah dan Penduduknya
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ #
“Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barangsiapa mengikutiku, maka ia termasuk orang golonganku, dan barangsiapa mendurhakaiku, maka engkau maha pengampun, maha penyayang”
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ
النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ #
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tak mempunyai tanam-tamanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikanlah mereka rizki dari buah-buahan mudah-mudahan mereka bersyukur”
Pemilihan Makkah sebagai tujuan hijrah bukanlah atas keinginan Nabi Ibrahim melainkan atas perintah Allah, yang nantinya kelak akan didirikan Baitul Haram. Ketika Allah sudah memilih lembah makkah untuk dijadikan Baitul Haram sebagai tempat untuk didirikannya shalat. Maka segala kebutuhan hidup di dalamnya sudah pasti dijamin, berupa rizki makanan dan minuman, dan sekarang seluruh jenis buah-buahan dari empat musim dapat kita temui di tempat ini.
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ ۗ وَمَا يَخْفَىٰ عَلَى اللَّهِ مِن شَيْءٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ #
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada satupun yang tersembunyi dari Allah SWT, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit”
Sebagian mufassir mengatakan bahwa maksud dari dhomir jama’ Ma nukhfi wa ma nu’lin yaitu apa yang disembunyikan nabi Ibrahim atas kasih sayangnya terhadap Siti Hajar. Dan yang nampak berupa rasa sedih prihatin terhadap keduanya di hadapan Siti Sarah. Dengan ketabahan Nabi Ibrahim dan ketawakkalan Siti Hajar mereka berpisah, keduanya dipertemukan dengan rida begitu juga keduanya dipisahkan. tak lama kemudian rasa haus tiba, dengan penuh iman siti Hajar meninggalkan nabi Ismail berlari menuju bukit shafa dan marwah mencari air untuk bayinya, disinilah mukjizat Allah tunjukan berupa pancaran air yang bersumber dari kaki mungil bayinya. Hasil dari ketabahan, ketakwaan dan rida akan kehendak Allah kini menjadi sumber kehidupan dan peradaban bagi masyarakat Makkah dan sekitarnya, itu pertanda bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambanya.
Doa Terhadap Orang Tua dan Saudara Seiman
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ ۚ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ #
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak Sungguh, Tuhanku, benar-benar (memperkenankan) doa”
Rasa syukur Nabi Ibrahim atas hibah yang Allah berikan berupa anugrah anak, mana kala itu beliau sudah memasuki masa tuanya yang lemah, tetapi kuasa Allah dapat menjadikan suatu yang mustahil menjadi nyata.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ #
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ #
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari kiamat)”
Doa ini merupakan bentuk syukur terima kasih atas jasa kedua orang tua. Begitu juga sohbah sesama saudara seiman yang kelak pada hari akhir kita semua dikumpulkan dalam naungan syafaat dan ampunan-Nya.
Begitulah bunyi dari doa Nabi Ibrahim, enam ayat singkat yang sebagiannya bisa kita rasakan pada hari ini berupa keimanan, keamanan dan kemakmuran lalu sebagiannya lagi akan kita rasakan di hari akhir berupa ampunan dan pertolongan. Doa ini juga termasuk dari sekian banyak doa yang tertulis dalam Al-qur’an, ialah sebaik-baik redaksi untuk bermunajat kepada Allah SWT, darinya kelak kita amalkan dalam rutinitas ibadah sebagai bentuk syukur akan jasa nabi Ibrahim untuk umat dan keturunannya.
Wallahu A’lam
Baca Juga Artikel Lainnya: Adakah Yang Salah dalam Pemaknaan Ramadhan Kita?
Oleh: Ahmad Falahan
Penulis adalah Penanggung Jawab Badan Otonom Manggala 2020/2021