Oleh: Wafa Fadilah
Tepat pada Rabu, 9 Oktober 2019, Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa kedua di Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar. Sebagai langkah awal persiapan pembukaan prodi, pihak Al-Azhar telah menyetujui untuk mengajarkan Bahasa Indonesia mulai tahun ajaran 2019/2020. Mengingat di Mesir sendiri, Bahasa Indonesia cukup menarik dan banyak diminati oleh warga Mesir.
Seperti perkataan Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Kemendikbud, Hurip Danu, dilansir dari minnews.net, “Bahasa Indonesia memiliki potensi menjadi bahasa internasional karena banyak diminati mahasiswa asing, salah satunya di Universita Al-Azhar di Kairo, Mesir.” Selain itu, tingginya minat terhadap Bahasa Indonesia terlihat dari banyaknya dosen, pelajar, bahkan tak ayal pedagang kaki lima bercakap dengan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, seyogyanya pengangkatan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua di Al-Azhar ini memang perlu direalisasikan.
Guna merealisasikan ide tersebut, pihak KBRI Cairo menggandeng pihak-pihak terkait. Baik dari Universitas Al-Azhar, maupun pihak-pihak dalam negeri. Seperti halnya, Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Badan Pengembangan Bahasa Perbukuan (PPSDK-BPBP), Kemendikbud RI, Kemenristek RI dan Kemenag. Selain itu, KBRI Cairo juga menggandeng 3 perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium pengajaran Bahasa Indonesia di Universitas Al-Azhar, yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ketiga universitas inilah yang menjadi stakeholder penyedia SDM utama pengajaran Bahasa Indonesia di Al-Azhar.
Langkah berikutnya para stakeholder beberapa kali mengadakan Focused Group Discussion (FGD), yakni diskusi santai dalam formasi grup yang membahas topik tertentu. Diskusi yangdihadiri langsung oleh dekan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar, Prof. Dr Thaha Badri ini membahas rencana dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di Al-Azhar. Lantas, hasil dari FGD diserahkan secara resmi kepada rektor Universitas Al-Azhar dan dibahas dalam sidang bersama senat. Kemudian, forum menyepakati bahwa pada tahun ajaran 2019/2020 mendatang, Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa kedua dalam fakultas tersebut.
Sebagai awal peresmian pengajaran Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar bersama KBRI Cairo mengadakan seremonial resmi yang diadakan di aula Fakultas Bahasa dan Terjemah Al-Azhar. Acara itu dihadiri duta besar RI bapak Helmi Fauzi, Atdikbud (Atase Pendidikan dan Kebudayaan) KBRI Cairo, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar, rektor UGM (Prof. Dr Panut Mulyono), rektor UMS (Prof. Dr. Sofyan Anif M,Si.) dan wakil rektor bidang kemahasiswaan UIN Maulana Malik Ibrahim (Dr. M. Isroqunnajah M.A.).
Pada acara tersebut, dalam sambutannya Duta Besar RI Cairo, Helmi Fauzi mengatakan, “Di antara tujuan utama pengajaran Bahasa Indonesia di Al-Azhar adalah bahwa bahasa Indonesia banyak digunakan oleh mayoritas bangsa Asia Tenggara, di mana mayoritas penduduknya beragama Islam. Di sana banyak muncul ulama dan pemikir Islam. Sayangnya, karya-karya mereka belum banyak diketahui oleh para pemikir Dunia Arab. Selain itu, negara-negara tersebut juga membutuhkan para Ulama dan da’i dari Al-Azhar yang menguasai tradisi dan budaya setempat.” “Saya juga mengucapkan terima Kasih kepada Al-Azhar yang telah menerima Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di Fakultas Bahasa dan Terjemah Al-Azhar,” Lanjutnya.
Rektor Al-Azhar mengatakan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua adalah langkah awal dalam mempersiapkan pembukaan Prodi Bahasa Indonesia di Universitas Al-Azhar. Lantas Wakil Rektor Al-Azhar menegaskan “Semoga pada masa persiapan ini kita dapat mempersiapkan kader calon dosen yang akan mengajar di prodi ini. Selain itu, kami berharap agar para mahasiswa yang saat ini memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, diberikan kesempatan untuk kuliah di Indonesia selama 2 tahun, sehingga ia dapat menguasai Bahasa Indonesia dari sumbernya.”
Di sisi lain, dalam sambutannya rektor UGM Prof. Dr Panut Mulyono menyatakan komitmennya, “Saat ini tanggung jawab keberlangsungan program ini ada di tangan kami para anggota konsorsium. Untuk itu, kami akan terus berjuang dan mendukung keberlangsungan program ini yang salah satunya dengan mengirim dosen ke Al-Azhar dan memberikan beasiswa bagi para mahasiswa yang memilih mata kuliah ini sebagai mata kuliah pilihan.”
Menanggapi hal tersebut, Dekan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar menyampaikan bahwa masa transisi ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh KBRI dan Al-Azhar. Terkait 4 dosen yang akan mengajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. “Mereka sudah jadi bagian dari kami. Kami akan memudahkan segala kendala yang dihadapi serta akan melindungi dan menjaga mereka,” tegasnya, disusul tepuk tangan yg meriah dari hadirin.
Kemudian acara dilanjutkan penyerahan kunci laboratorium bahasa dari Duta Besar KBRI Cairo kepada dekan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar dan diakhiri dengan mengunjungi laboratorium tersebut. Dengan ini, sekaligus menjadi kebanggaan bagi kita sebagai kaum muda untuk terus menjujung dan melestarikan Bahasa ibu kita yaitu Bahasa Indonesia.