Bagaimana Grup FB Pasar Mesir Original Bertransformasi Menjadi Ruang Publik Demokratis Masisir?

Dok, Manggala
Dok, Manggala

 

Akhir-akhir ini penulis semakin tergelitik untuk menuangkan fenomena sosial Masisir dalam bermedia sosial ke dalam bentuk tulisan yang berpijak pada teori dan konsepsi sosiologis. Yang demikian merupakan buah dari kesadaran sosial atas lingkungan di mana penulis tinggal. Selain sebagai tanggung jawab akademik, sebagai mahasiswa jurusan Sejarah di Al-Azhar yang dididik bukan hanya untuk sibuk mengkaji masa lalu namun juga agar pandai menangkap fenomena kekinian.

Fenomena Sosial Apa yang dimaksud?

Yang akan menjadi topik utama dalam tulisan ini adalah tentang transformasi unik grup jual beli Facebook bernama Pasar Mesir Original menjadi ruang publik demokratis serta dampaknya terhadap aspek sosial, politik dan ekonomi masyarakat Indonesia di Mesir.

Pasar Mesir Original

Grup ini adalah grup Facebook paling sering dikunjungi Masisir, setidaknya selama empat tahun belakangan. Betapa pun sudah berdiri sejak 30 Mei 2015, berdasarkan pengamatan subjektif, penulis sendiri baru ngeh dengan keriuhan grup Facebook ini sekitar empat tahun belakang, medio 2021-2025.

Dalam kurun empat tahun itu, keramaian Pasar Mesir Original sungguh melampaui tupoksinya sebagai grup jual beli (pasar). Segala macam isu dan problematika Masisir turut dibahas; dilemparkan, dikaji lalu dikuliti hingga ke tulang-tulangnya. Mulai dari isu politik pilpres Indonesia hingga politik internal Masisir. Kasus-kasus asusila pun tak ketinggalan. Selain itu, mulai dari problem tempat beli tabung gas, izin tinggal (iqomah), peringatan cuaca serta segala jenis “per-info-an” juga ditanyakan ke khalayak Pasar Mesir Original. Canggih, kan?

Berangkat dari pijakan ini, penulis menganggap sudah selayaknya fenomena grup Pasar Mesir Original dinaikkan frekuensinya ke atas gelanggang kajian akademis yang proper—mengingat keberadaannya yang mewujud di tengah-tengah lingkungan kaum terpelajar selevel Masisir.

Perkembangan Fungsi Grup Pasar Mesir Original

Dalam platform social media, grup adalah wadah bersama yang berisi individu-individu tunggal dengan satu minat dan kepentingan. Bukan Facebook, WhatsApp justru menjadi tempat paling banyak dipakai pengguna sebagai tempat berinteraksi di dalam grup. Ada banyak jenis grup di media sosial, mulai dari grup pertemanan, kepanitiaan atau grup jual beli.

Pasar Mesir Original sejak pemunculannya masuk ke dalam kategori grup jual beli. Dari namanya saja sudah terang menggunakan diksi “Pasar”, tempat orang berjual beli. Namun, pada gilirannya Pasar Mesir Original mengalami pelebaran fungsi, yang awalnya tempat menjual barang atau jasa kepada target konsumen potensial—dalam hal ini Masisir menjual kepada Masisir lain—menjadi ruang publik dengan makna yang sebenar-benarnya.

Tentu hal ini unik, karena menurut studi, di kalangan anak muda, jumlah pengguna Facebook sebagai social media favorit terus mengalami penurunan, berbanding terbalik dengan WhatsApp yang kemudian menjadi platform utama kawula muda dalam berinteraksi.

Dalam konteks ini, ketersambungan Masisir kepada Facebook—bukan WA—bisa dijelaskan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi. (1) Facebook masih menjadi platform sosmed arus utama di Mesir. Info majelis kajian dan informasi kampus utamanya didapatkan lewat Facebook. (2) Jumlah anggota grup yang banyak. Berbeda dengan WA yang mempunyai limit maksimal 1.204 anggota, grup publik Facebook sendiri mempunyai kuota yang sangat besar, mencapai 200.000 anggota. Per hari ini, anggota Pasar Mesir Original sudah mencapai 43,2 ribu anggota. Jauh melebihi total masyarakat Indonesia di Mesir yang menurut data terakhir hanya berkisar antara 13-15 ribu orang.

Semaraknya Pasar Mesir Original dengan isu aktual Masisir dapat dijelaskan dengan teori Disinhibisi Online yang diperkenalkan John Suler. Teori ini menyatakan bahwa anonimitas dalam interaksi Online bisa mengurangi hambatan sosial dan psikologis yang biasanya ada dalam interaksi tatap muka, sehingga individu merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri mereka.

Fitur pengunggah anonim yang disediakan Facebook memungkinkan individu melempar isu dan pertanyaan apa pun ke khalayak grup tanpa perlu khawatir mendapat stigma dan penghakiman sosial. Selain itu, tak jarang individu yang bergabung ke Pasar Mesir Original menggunakan akun kedua (second account), sehingga makin leluasalah mereka dalam mengekspresikan apa saja yang lewat di kepala tanpa harus mempertimbangkan implikasi dan konsekuensi yang bisa terjadi. Anonim, tak ada yang tahu.

Ruang Publik dan Demokratisasi Masisir

Ruang publik adalah kebutuhan mendasar entitas masyarakat modern. Tidak pun disediakan oleh pihak berwenang, publik akan mencari bahkan menciptakan ruang publiknya sendiri. Sederhana, karena kegelisahan, kekhawatiran dan keresahan kolektif mesti disalurkan.

Ruang publik yang ada mesti bersifat terbuka dan menjamin rasa kesetaraan. Dalam bukunya The Structural Transformation of the Public Sphere, Jurgen Habermas memakai istilah Ruang Publik Demokratis untuk menyebut konsep yang mencakup aspek-aspek seperti desain fisik/non fisik yang tanggap terhadap kebutuhan pengguna, aksesibilitas bagi seluruh lapisan masyarakat, serta kemampuan ruang tersebut untuk memfasilitasi interaksi sosial dan mendukung kesejahteraan fisik maupun mental dengan menghadirkan rasa kesetaraan.

Ruang Publik Demokratis juga memungkinkan terjadinya interaksi terbuka antara elite pengambil kebijakan dengan masyarakat, di mana warga dapat menyatakan opini, kepentingan, dan kebutuhan mereka secara bebas. Tak sampai di situ, Ruang publik Demokratis turut berperan menyediakan potensi kesejahteraan ekonomi masyarakat lewat keramaian (traffic) yang ia sediakan. Dan, ya. Pasar Mesir Original simile dengan definisi Ruang Publik Demokratis ala Jurgen Habermas ini.

 

Dalam situasi ramai (43 ribu anggota), bisa mengunggah tanpa teridentifikasi (fitur anonim dan second account) dan ketiadaan tapal batas kelas sosial (democracy) lalu dibarengi ketiadaan ruang publik lain yang bisa mengakomodir unek-unek kolektif masyarakat—lahirlah Pasar Mesir Original, fasilitator tunggal ketersediaan ruang publik paling demokratis di Masisir.

Kita tahu, di antara prinsip dasar demokrasi adalah kebebasan berpendapat dalam bingkai ide kesetaraan. Pasar Mesir Origninal menyediakan “kesetaraan” itu. Suara Maba yang baru tiba di Mesir tiga belas hari lalu mempunyai hak yang sama dengan senior kandidat doktor filsafat untuk ditengahkan ke khalayak publik. Pasar Mesir Original menghapus tedeng pemisah kelas antara senior-junior, ustaz-murid, laki-laki-perempuan. Sama rata, sama rasa. Semua boleh melempar isu, dan semua boleh berkomentar.

Contoh, akhir-akhir ini sedang hangat isu Masisir yang membuat konten “velocity” di mihrab masjid Al-Azhar. Tak butuh waktu lama, unggahan itu pun langsung menjadi bahan perbincangan. Yang unik, medan utama pemberitaan bukan di media mainstream Masisir, melainkan unggahan-unggahan dalam grup Pasar Mesir Original.

Seketika Pasar Mesir Original dibuka orang bukan untuk mencari barang untuk dijual atau dibeli, grup ini dibuka untuk memvalidasi kemarahan pribadi terhadap konten yang dianggap melecehkan Al-Azhar itu—dengan cara membaca sumpah serapah di kolom komentar atau turut serta meramaikannya dengan berkomentar pula. Sebuah peragaan sempurna konsep Validasi Emosi dalam ilmu Psikologi.

Yang menarik, tiap ada isu, selalu terjadi “pertumbukan” narasi; antara dua sikap yang seharusnya diambil. Sebagaimana yang terjadi di konten “velocity mihrab” ini. Ada yang mendukung pemberian sanksi sekeras-kerasnya, seperti yang dikatakan akun El-Abqory (22/03/2025) “Bagi yang joget2 di mihrab Azhar, kurasa sambil persiapan permintaan maaf atas kesopanan dan kejeniusan kalian, sembari jugalah kalian packing2 barang, karena 99,9% udah Auto D.O klean. Kalau selamat klean ga D.O. Mukjiaz kali itu”.

Namun ada juga yang tidak menyetujui sikap “marah berlebihan”. Lewat unggahannya (23/03/2025), akun Moamar Khalid menasihati “Marahlah sesuai porsinya. Jangan sampe ngerasa seneng ngeliat aib orang lain dengan sumpah serapah nya. Ga ada yang sempurna di muka bumi selain nabi”.  

Selain itu, ragam respon menanggapi isu ini tercermin juga dalam unggahan akun Zahrana AltOfun Nisa (23/03/2024) “Wallahi nangiss…jahat kalian” sembari menampilkan foto Syekh Ahmad Ma’bad sedang duduk mengajar di kursi tempat konten “Velocity-Mihrab”.

Dalam keramaian itu tiba-tiba muncul narasi lain, menggelisahkan platform grup Pasar Mesir Original yang beralif fungsi jadi tempat curhat dan luapan kemarahan. Kegelisahan ini terekam dalam unggahan akun Steven Day (23/03/2025) “Kenapa Grup jual beli skrng ramai dg ceramah2 yaaa. Fokus jual beli ajjjj”.

Tentu saja, tiap unggahan penuh dengan komentar, baik dari akun pribadi maupun akun kedua (second account), baik laki-laki atau perempuan, senior dan junior, semua turut berkomentar.

Yang dilihat adalah isi komentarnya, bukan si empu komentar.

Lihat, betapa Pasar Mesir Original tidak lagi menjadi tempat jualan, ia sudah mengalami pelebaran makna dan fungsi, utamanya sebagai ruang publik di mana setiap orang boleh berargumen, berdebat dan berpendapat.

Contoh lain fenomena demokratisasi Masisir lewat grup Pasar Mesir Original juga terlihat saat meledaknya isu Uang PPMI yang raib. Segera setelah tulisan pertama yang mengangkat isu ini terbit di website PPMI Mesir, orang-orang langsung membuka akun Facebook masingmasing—dan ya, mencari grup Pasar Mesir Original. Ada yang langsung menghajar elite PPMI dengan mengunggah narasi menyudutkan, ada juga yang mau nimbrung saja di kolom komentar, dan tidak sedikit yang hanya ingin menyaksikan betapa seru dan liarnya opini berkeliaran.

Hari ini, grup Facebook Pasar Mesir Original sudah bertransformasi menjadi ruang publik. Laiknya “Pendopo Online”; tempat keluh kesah dan aspirasi warga diperdengarkan. Dan yang namanya perbincangan, tidak ada soal apakah materi pembicaraan itu produktif atau kontraproduktif. Sebagai sebuah bentuk kebebasan berekspresi dan berpendapat, pokok apa pun mesti dihormati.

Manfaat Pasar Mesir Original

Selain sebagai katalisator proses demokratisasi Masisir. Pasar Mesir Original juga mempunyai dampak positif lain—yang disadari atau tidak—telah lahir bersamaan dengan kelahirannya sebagai ruang publik demokratis Masisir.

Dampak Sosial

Teori Fungsionalisme ala Emile Durkheim menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu keutuhan yang terbentuk dari berbagai elemen dan sistem. Maka masyarakat Indonesia di Mesir—untuk tidak hanya menyebut mahasiswa Indonesia di Mesir—juga terdiri dari berbagai elemen yang menyangga entitas sosial bernama Masisir ini.

Elemen Masisir terwakili dengan identitas kedaerahan, spesialisasi ilmu dan diversifikasi aktivitas harian. Tiap elemen—meski tidak benar-benar memisahkan antara satu individu dengan individu lain—uniknya saling terikat dalam satu kesepakatan norma dan pakem Keazharan (sebuah norma yang menjadi standar kolektif penentu layak dan tidaknya sesuatu sesuai dengan ajaran Al-Azhar).

Sebagai entitas sosial, Masisir tidak dapat lepas dari kebutuhan untuk berinteraksi secara kolektif dalam satu wadah. Kita tahu, sebelum era televisi, surat kabar adalah wadah bertemunya kesadaran individu dengan individu lain di sekelilingnya. Dalam konteks Masisir, surat kabar tidak eksis, media arus utama (majalah, buletin dan website) pun tidak signifikan. Di titik inilah Pasar Mesir Original hadir, dengan menjanjikan lalu lalang 43 ribu anggota, segera ia menggeser wadah kolektif lain untuk menjadi fasilitator interaksi sosial.

Akhirnya, kontrol sosial menemukan tempat untuk hidup dan pada gilirannya bisa mewujudkan stabilitas sosial Masisir.

Dampak Politik

Kita tahu kepentingan politik Masisir selama ini disalurkan lewat institusi semi politis yang mewujud dalam bingkai sistem student goverment. Seperti piramida tegak, institusi-institusi ini merangkai tiap kepentingan identical individu yang tergabung di dalamnya. Masisir, sebagai entitas yang kawin dengan sistem student geverment, maka partisipasi dan opini publik menjadi sangat krusial. Dan Pasar Mesir Original adalah tempat opini publik yang paling otentik terbentuk.

Dalam teori komunikasi politik, opini publik bisa memengaruhi kebijakan sampai di tahap penyetujuan dan pembatalan. Menurut teori ini, opini publik bukan hanya sekadar pendapat individu, tetapi merupakan hasil dari penggabungan pikiran, perasaan, dan usulan yang diungkapkan oleh masyarakat secara kolektif. Hal ini membuat opini publik menjadi kekuatan politik yang signifikan dalam sistem demokrasi. Maka di titik ini Pasar Mesir Original tidak cukup dipandang sebagai “pasar online”.

Bagi masyarakat, kritik atas kebijakan, fungsi controlling dan aspirasi akar rumput bisa disuarakan lewat platform Pasar Mesir Orinial. Bagi kalangan elite, opini publik yang terbentuk di grup FB ini mesti sedapat mungkin ditangkap dan diartikulasikan dalam bentuk kebijakan.

Dampak Ekonomi

Dalam teori ekonomi, customer engagement (keterlibatan konsumen) sangat penting untuk terjadinya transaksi. Dengan intensitas lalu lalang anggota grup yang tinggi, para pelaku usaha Masisir mendapat tempat yang pas untuk mempromosikan produknya. Sesederhana semakin banyak orang yang melintas, semakin besar peluang untuk menarik pelanggan dan meningkatkan penjualan.

Maka di titik ini keriuhan Pasar Mesir Original membawa berkah tersendiri bagi pelaku usaha. Bisa Anda lihat, di setiap unggahan yang viral dan memiliki banyak komentar, mesti ada saja pelaku usaha yang menjajakan produknya dalam kolom comment.Ahlan, bagasi tanggal sekian dan sekian” atau “Yang mau produk A silakan DM ya, Kaka”.

Dengan kesadaran ini, admin grup Pasar Mesir Original tentu tahu alasan grupnya terus menerus segar dan sehat bukan hanya karena orang bisa bertransaksi, namun juga karena tingginya lalu lalang (foot trafic) saat keriuhan berlangsung. Karena grup Facebook sejenis dengan kata kunci “Pasar” ada banyak. Selain Pasar Mesir Original ada Pasar Online Mesir, Pasar Asia, Pasar Murah Masisir, Pasar Indo Malay dan lain-lain. Satu-satunya diferensiasi Pasar Mesir Original adalah dalam satu waktu ia juga berperan sebagai ruang publik Masisir.

Selain itu, admin grup juga “kecipratan berkah” dengan menjadikan faktor “keramaian” sebagai daya jual untuk para peminat iklan di laman grup.

Penutup

Demikianlah, dari ide membuat laman tempat Masisir menjajajakan produk dan mencari barang, akhirnya grup Facebook Pasar Mesir Original bertransformasi menjadi ruang publik penyedia ruang interaksi dan geliat sosial, politik dan ekonomi Masisir.

Harapannya, tulisan ini bisa memantik diskursus bagi para pengambil kebijakan dan Masisir secara umum agar tidak gagap dan gugup dalam menyikapi persoalan sosial. Contoh kasus “Velocity-Mihrab”, Alih-alih menanggapinya dengan kemarahan dan huru-hara online, ada baiknya tiap individu memberikan tinjauan akademik masing-masing; yang concern di bidang yurisprudensi Islam bisa mengetengahkan tulisan tentang bagaimana soal pokok itu disikapi dari kacamata syariah. Yang fokus dalam bidang hadis, lemparkan wacana hadis dalam menyikapi fenomena tersebut.

Dengan demikian, tegaklah tiang pembeda antara orang awam dengan Masisir sebagai kaum terpelajar dalam menanggapi suatu isu. Orang awam berpijak pada emosi dan syakwasangka, sedang kaum terpelajar lebih memilih menjadikan isu itu bahan kajian dan pengayaan ilmunya.

Tabik.

 

oleh: Rifaldhoh

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Al-Azhar Jurusan Sejarah dan Peradaban

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *