Esai, Opini  

Eksistensi Masisir: Menentukan Masa Depan yang Lebih Maju dan Berdaya Saing

Eksistensi Masisir
Sc: Antaranews.com

Oleh: Nabil Irtifa Afrizal Khoeri

Penulis adalah kru Website Manggala 2023-2024

Angka pertumbuhan mahasiswa Indonesia di Mesir (yang selanjutnya akan disebut Masisir) pada abad ke 21 mengalami peningkatkan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan Masisir yang ada di abad ke 20. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. (H.C.) Lutfi Rauf, M.A. usai bersilaturahmi bersama civitas akademika UMI Makassar pada hari Senin, 18 Juli 2022. Beliau mengungkapkan, “…saat ini ada 12 ribu pelajar dan mahasiswa asal tanah air yang sedang menimba ilmu di Mesir. Dari belasan ribu mahasiswa itu, 90 persen di antaranya mengambil program studi di bidang keagamaan, sementara sisanya terbagi di beberapa fakultas seperti kedokteran, dan farmasi.”

Selain karena Universitas Al-Azhar merupakan qiblatul ulum umat Islam, bertambahnya angka peminat para pelajar Indonesia untuk melanjutkan study-nya di Al-Azhar dipengaruhi pula oleh Masisir dan alumni Al-Azhar yang berhasil mempertahankan eksistensi nya sampai di zaman modern ini. Tidak hanya itu, Masisir dan alumni Al-Azhar juga sedikit banyaknya berhasil merubah tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, terlebih di sektor pendidikan.

Sudah tidak diragukan lagi bahwasanya sektor pendidikan merupakan salah satu dasar yang harus dikuatkan dalam membangun peradaban yang berkemajuan dan berdaya saing. Pasalnya, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045. Oleh karena itu, momentum perubahan itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh kaum muda Indonesia terlebih oleh Masisir yang mempunyai peran sangat penting dalam perubahan ini. Lalu peran apa yang harus dilakukan oleh Masisir dan solusi seperti apa yang cocok untuk diaplikasikan di zaman sekarang? Untuk itu, penulis akan memaparkan beberapa strategi-strategi penting yang rasional, visioner dan relevan untuk di aplikasikan di zaman sekarang.

Mengawal Perubahan

Satu di antara poin penting yang menjadi dasar dari tetap kokohnya eksistensi Masisir di Indonesia adalah pribadi yang kritis, idealis, dan agamis. Ketiga sikap inilah yang menjadi ciri khas mahasiswa Indonesia di Negeri Piramid yang kemudian dijadikan perisai untuk menghalau perkembangan zaman khususnya westernisasi.

Salah satu hal terpenting dari ketiga sikap itu adalah sikap agamis. Sikap agamis sendiri merupakan sikap yang mampu menjadi pondasi Masisir dalam membangun peradaban dan sumber daya manusia di tengah gempuran westernisasi yang mengikis sikap agamis dalam tataran kehidupan. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Yuliharti dan Umiarso (2018) dalam bukunya Manajemen Profetik bahwa agama sangat penting untuk peradaban manusia. Secara eksplisit menurutnya, “Nilai transendensi (ketuhanan/agamis) dalam kehidupan manusia memang pernah dipisah yang mendorong peradaban manusia masuk pada lubang dehumanisasi universal.” Sikap inilah yang jarang dimiliki oleh para pemuda dan mahasiswa yang ada di Indonesia sehingga peran Masisir dalam ranah ini sangat penting untuk menjadi pondasi perubahan.

Azyumardi Azra (1995) dalam artikelnya, Melacak Pengaruh dan Pergeseran Orientasi Tamatan Cairo mengungkapkan bahwa beberapa ulama dan pemikir terkemuka Indonesia mempunyai peranan penting dalam masa pra dan pasca kemerdekaan. Tokoh-tokoh seperti HAMKA, Raden Fathul Rahman Kafrawi, Djanan Thaib, Muhammad Rasjidi, Kahar Muzakkir, Harun Nasution, Fuad Fachrudin, Yusuf Saad dan Abdurrahman Wahid, semuanya mempunyai kaitan ideologis dan emosional dengan Al-Azhar dan pernah menjadi Masisir pada masanya. Tidak hanya itu, ia juga membagi eksistensi Masisir kepada dua masa. Pertama era kolonial pada (1921-1960) dan yang kedua era pasca kemerdekaan (1966-1993). Pada masa yang pertama, Masisir berhasil mengawal rakyat Indonesia dan menjadi salah satu elemen yang mengusir para penjajah dari negara Indonesia. Pada masa yang ke dua, Masisir berhasil menghalau beberapa pertarungan ideologi diantaranya tren Modernisme Islam Muhammad Abduh dan Fundamentalisme Islam Salafi-Wahabi .

Dari data dan analisis Azyumardi Azra di atas, kiranya harus bisa menjadi refleksi kita sebagai Masisir yang ada di abad 21 ini. Jika Masisir pada abad 20 berhasil mempertahankan eksistensinya dan berpengaruh secara signifikan di zaman pra dan pasca kemerdekaan, maka tentu Masisir yang ada di abad ke 21 ini juga harus bisa berpengaruh dalam pembangunan sumber daya manusia yang idealis, kritis, dan agamis. Tidak hanya itu, kedepannya Masisir juga harus bisa mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berdaya saing.

Kunci Eksistensi dan Perubahan

Upaya mempertahankan eksistensi Masisir dan menjembatani bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju dan berdaya saing bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk itu, perlu diadakan strategi-strategi yang rasional, visioner, dan relevan dengan keadaan Masisir di abad ke 21 ini. Adapun strategi-strategi yang bisa diaplikasikan di zaman modern ini, di antaranya:

Pertama: Penguatan internal Masisir. Ketika berbicara tentang eksistensi dan perubahan, tentu yang harus pertama kali dijaga dan diperbaiki adalah subjeknya itu sendiri. Ada dua hal penting yang harus tetap dipupuk untuk mempertahankan eksistensi Masisir, yaitu akal dan hati. Kenapa hati dan akal? Logikanya sederhana, segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia itu bermuara pada akal dan hatinya. Apabila hati dan akalnya beres, maka beres pula seluruh urusanya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusak pula lah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (Muttafaq alaih). Hati yang dipenuhi dengan semangat dan keyakinan terhadap agama dan kebermanfaatan juga akal yang tajam dalam mengidentifikasi segala sesuatu akan mampu merubah tatanan kehidupan masyarakat dan mempertahankan eksistensi Masisir.

Kedua: Mengenalkan dan mengukuhkan konsep Islamic Worldview ke masyarakat umum. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas (1995: hal. 2) dalam karyanya, Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of The Fundamental Elements of The Worldview of Islam mendefinisikan Islamic World View sebagai cara pandang mengenai visi dan realitas kebenaran yang nampak di mata hati kita dan menjelaskan segala hakikat wujud. Konsep ini penting untuk dikenalkan ke masyarakat umum guna menghilangkan stigma bahwasanya Islam tidak hanya bertitik tolak kepada kehidupan akhirat saja tetapi Islam juga memperhatikan kehidupan dunia. Hal ini selaras dengan apa yang diajarkan Al-Azhar kepada Masisir untuk senantiasa moderat dan washato dalam menjalankan agama Islam.

Ketiga: Membentuk lingkungan yang konstruktif tentang kemajuan agama dan negara. Sebaik-baik konsep apabila tidak didukung dengan lingkungan yang memadai, maka itu semua akan cuma-cuma. Atas dasar inilah, Masisir harus bisa mengambil peran dalam menciptakan lingkungan yang konstruktif tentang kemajuan agama dan negara. Cara pengaplikasiannya sangat dinamis, bisa berupa lembaga pendidikan yang nantinya akan membina orang-orang yang mempunyai keahlian di bidang selain agama, dan bisa juga berupa lingkungan organisasi yang mempunyai visi misi yang jelas yang kedua itu merupakan proyek jangka panjang yang harus dikawal oleh Masisir, guna menciptakan sumber daya manusia yang kritis, idealis, dan agamis di berbagai sektor.

Keempat: Memaksimalkan perkembangan teknologi. Teknologi akan berperan sangat penting dalam kehidupan manusia jika disikapinya dengan bijak. Media sosial dan Artifical Intelligence (AI) adalah dua diantara contoh teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh Masisir dan kaum muda yang ada di zaman modern ini dalam membangun sumber daya manusia yang kompeten. Penyebaran edukasi yang konsisten berupa poster, tulisan, dan hal-hal yang membangun lainya akan sangat berdampak terhadap manusia yang ada di zaman modern. Pemaksimalan penggunaan AI juga akan sangat membantu kehidupan manusia di zaman modern. Untuk itu, diperlukan adanya Masisir yang secara konsisten untuk mengawal itu semua supaya sampai kepada tujuan inti, yaitu mengantarkan bangsa Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaya saing. Selain itu, seminar pembangunan dan literasi yang menggunakan jalur medsos bisa menjadi opsi lain dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten.

Sebagai penutup, ke empat kunci yang telah disebutkan di atas harus bisa diaplikasikan secara maksimal oleh Masisir yang ada di abad ke 21 ini. Pasalnya, keempat poin itulah yang akan mempertahankan eksistensi Masisir di tengah pesatnya perkembangan zaman dan yang akan mengantarkan bangsa Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaya saing.

Editor: Muhammad Rifqi Taqiyuddin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *