Warta  

Seminar Terjemah Misykati Mesir, Pemateri Sebut Terjemah Tak Bisa Digantikan oleh Teknologi

Seminar Terjemah Misykati Mesir
Sc: Panitia Seminar

Manggala, Kairo – Majelis Intensif Studi Yurispundensi dan Kajian Pengetahuan Islam (Misykati Mesir) mengadakan acara Seminar Terjemah & Launching buku “Nalar Keagamaan Isu-Isu Kontemporer”, pada hari Senin (13/11) di Auditorium Griya Jawa Tengah, Distrik 10, Kairo.

Ni’mah Zaidah, Lc., Dipl. selaku pemateri dan juga staf radio pemerintahan Mesir menjelaskan bahwa peran manusia dalam penerjemahan tak bisa digantikan oleh teknologi karena teknologi tidak memiliki Dzauq al-Lughah dalam menerjemahkan teks-teks bahasa asing.

Hal senada diungkapkan oleh Burhan Yusuf Habibi, M.Pd. yang merupakan Dosen Pendidikan Bahasa Arab UIN Salatiga. Ia mengatakan, “Terjemah tidak hanya mengalihkan suatu bahasa secara leterlek saja, akan tetapi bagaimana kita memahami bahasa itu dengan baik dari segala dimensi, dari maknanya, dari leksikalnya, dari sisi gramatikalnya bahkan hingga sisi pragmatiknya, tapi di sisi lain ada juga faktor non-linguistik yang harus diperhatikan.”

Burhan juga menambahkan bahwa ilmu terjemah ini sangat penting sehingga bagaimana kita bisa membaca karya-karya pemikir tokoh-tokoh Al-Azhar dan juga teks-teks keislaman yang kemudian bisa kita sebarkan dengan baik melalui bahasa Indonesia dengan benar.

Selain itu Ni’mah juga menegaskan bahwa hadirnya teknologi seharusnya dapat kita jadikan sebagai alat pembantu, bukan alat penerjemah seutuhnya. Oleh karena itu dengan adanya perkembangan teknologi tersebut dapat mempermudah proses penerjemahan.

Acara seminar ini diselenggarakan sekaligus dengan launching buku “Nalar Keagamaan Isu-Isu Kontemporer” hasil terjemah dari kitab “al-Fikru ad-Diny wa Qodhoya al-Ashry” karya dari Prof. Hamdi Zaqzuq. Yang mana buku tersebut merupakan respon terhadap isu-isu kontemporer yang berkembang saat ini.

Cahyo Nur selaku ketua projek penerjemahan buku ini memaparkan, “Bahwa karya ini sebenarnya dari kajian rutinan biasa, yang kemudian ada inisiatif mengapa tidak kita jadikan karya bersama.”

Oleh: Muzayyin Ali & Muhammad Iqbal Zia

Editor: Fadhil Syukrillah

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *