Manggala, Kairo — Setelah sepuluh hari berlalu, akhirnya Pameran Musawwadat yang dimulai sejak 26 September ini memasuki hari terakhir pada Kamis (5/10) di Wisma Nusantara, Rabea al-Adawea.
Miftah Wibowo, selaku kurator pameran menuturkan keprihatinannya terkait pemasukan dana untuk pameran ini. Ia menyebut bahwa yang paling awal dan banyak membantu untuk keberlangsungan pameran tersebut bukan orang Indonesia.
“Justru yang membuat saya sedih adalah yang banyak membantu kami untuk mendanai terselenggaranya acara ini sejak awal hingga sekarang adalah orang Malaysia bukan Indonesia,” ujar Miftah kepada Kru Manggala sembari tersenyum pada Kamis (05/10).
Tidak sampai disitu, Miftah sendiri juga menyampaikan kesedihannya akan antusias Masisir yang tergolong cukup rendah untuk menghadiri pameran, padahal ia dan tim sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menarik peserta. “Kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menarik minat Masisir, baik dari media dan sebagainya, tapi ya hasilnya seperti ini,” tambahnya.
Padahal menurutnya, “Harapan saya dengan adanya pameran Musawwadat, agar Masisir hadir secara langsung menyaksikan karya-karya Ulama Nusantara, sehingga mereka terinspirasi dan termotivasi untuk berkarya sebagaimana para pendahulu mereka saat menimba di Mesir.”
Menurut Miftah, kemungkinan besar pameran Musawwadat pada tahun ini adalah yang pertama dan terakhir kalinya di Mesir. Hal ini karena sebagian besar manuskrip dan kitab-kitab yang ada akan dibawa pulang ke tanah air untuk ditempatkan di Rumah Arsip Naskah Nusantara (RANU) yang bertempat di kediamannya, Tegal Jawa Tengah.
Pada hari terakhirnya, pameran ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa Indonesia saja, melainkan turut hadir beberapa mahasiswa/i dari Brunei Darussalam dan Afrika.
Reporter: Syahril Ikhwan dan Nasirul Fahmi
Editor: Muhammad Rifqi Taqiyuddin
