Warta  

Resmi Dibuka, Pameran Musawwadat Tampilkan Puluhan Manuskrip Kuno Ulama Nusantara

Pameran Musawwadat
Sc: Panitia Pameran Musawwadat

Manggala, Kairo – Founder Pojok Peradaban Miftakhudin Wibowo, Wakil Sekretaris Jenderal PPMI Ari Pratomo Syuhada, serta Ketua Umum Perpustakaan Mahasiswa Indonesia (PMIK) Hafidz Maulana Yusuf resmi membuka acara Pameran Musawwadat dan Seminar Tradisi Keilmuan Nusantara. Pameran yang merupakan hasil kolaborasi antara Pojok Peradaban serta PMIK ini rencananya akan berlangsung selama 10 hari ke depan dan berlangsung di Wisma Nusantara.

Pada pembukaannya yang dilaksanakan pada Selasa (27/09) kemarin, dipertunjukkan 21 naskah manuskrip kuno para ulama Nusantara dari berbagai daerah. Dalam manuskrip tersebut tertulis beberapa ulama Nusantara yang masyhur seperti Syekh Nawawi Al Bantany serta Syekh Hasan Bashri Sukabumi. Selain itu ada juga karya ulama-ulama Nusantara lainnya yang namanya kurang dikenal seperti Raden Muhammad Mukhtar bin Raden Natanagara Bogor dan Syekh Abdullah bin Afif Cirebon.

Diantara manuskrip kuno tersebut banyak yang ditemukan di Maktabah Musthofa al Halaby, Mesir. Hanya saja kondisinya memang cukup memprihatinkan, mengingat pernah terbakarnya maktabah tersebut. Banyaknya manuskrip yang ditemukan di Mesir, disebabkan kurang memadainya media cetak di Indonesia pada saat itu. Karenanya, banyak ditemukan karya para ulama Nusantara di wilayah yang bidang percetakannya sudah mumpuni seperti di negara-negara Eropa serta Timur Tengah.

Dalam pembukaan acara yang berlangsung dengan ramai ini juga, terdapat Seminar Tradisi Keilmuan Nusantara yang diisi oleh Ust. Aden Abdul Bari. Salah satu pemaparan beliau adalah tentang cara ulama Nusantara menyebarluaskan keilmuannya kepada orang awam, yaitu dengan cara ngalogat berupa pengaplikasian makna tersembunyi dalam bahasa Arab yang kompleks ke dalam bahasa daerah.

Selain itu, beliau juga menyampaikan ciri khas ulama Nusantara, khususnya Jawa dan Sunda yang berfokus pada satu ilmu saja. “Kekhawatiran saya terhadap ulama Sunda dan Jawa adalah karena hobi mereka, ulama Sunda berfokus pada ilmu aqliyat dan ulama Jawa berfokus pada ilmu fikih dan ushul fikih,” tuturnya.

Reporter: Abdul Hafidz & Ibrohim Alkarim

Editor: Muhammad Rifqi Taqiyuddin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *